Kegiatan Pahlawan baru saat ini adalah mendesain perlengkapannya masing-masing sebelum nantinya akan andil dalam sebuah perayaan turnamen duel antar Petualang yang akan di selenggarakan oleh kepala Serikat, dan biaya pembuatan perlengkapan mereka untuk saat ini ditanggung oleh pemerintah kota Savana.
Beberapa dari mereka mengikuti saran pemerintah kota untuk membuat perlengkapan di sebuah toko Pandai besi berkelas, namun ada juga yang lebih memilih mencari tempat lain untuk membuat perlengkapannya sendiri.
"Kamu mau ikut aku Sep?" tanya Hikari yang didekat Asep.
"Oke gas kalo kamu ngajak aku." sahut Asep tengah senggang.
Asep mulai bisa menggunakan Bahasa di dunia itu karna sering berbaur dengan anak anak yang sering bermain di lapangan latihan.
Mereka berdua berjalan melihat lihat sekeliling pasar hingga menemukan salah satu toko Pandai besi yang menarik perhatiannya dan kebetulan Xavier juga ada disana, akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam toko tersebut.
Bunyi lonceng terdengar saat pelanggan membuka pintu, kedatangan mereka pun disambut oleh seorang wanita Kurcaci yang tengah berkeringat banyak.
"Selamat datang! Ada perlu apa kemari?" sapa Tingting mengusap keringat.
"Saya ingin membuat zirah dan pedang seperti pada gambar ini." sahut Hikari memberikan kertas hasil gambarannya.
"Hmm...konsepnya begitu menarik! Ini jenis perlengkapan ringan yang cukup fleksibel untuk menahan serangan tanpa memberikan beban berlebih kepada penggunanya." puji Tingting.
"Bukankah ini zirah samurai dengan senjata katana... Keren!" ungkap Asep yang melihat gambaran tersebut.
"Baiklah ini biaya pembuatan dan waktu perkiraan selesainya! Kalau anda memberikan alamat kediaman anda kami akan antar kesana setelah pesanan ini selesai." ucap Tingting memberikan lembaran transaksi.
"Tidak perlu, aku akan mengambilnya sendiri kesini nanti." balas Hikari membayar pesanannya.
"Kalau begitu saya mau perlengkapan pedang, zirah, dan perisai terbaik di toko ini dan juga ingin bertemu yang namanya Reihan!" sambung Xavier meletakkan semua uangnya kemeja.
Mogi yang mendengar kata Reihan dari dalam langsung menghentikan proyeknya dan menghampiri mereka keluar.
"Bukankah kalian Pahlawan yang terpanggil itu, Apa kau mengenal Reihan!" sahut Mogi bersemangat.
"Tidak, malahan aku yang ingin mengenal dia." balas Xavier.
Ditengah percakapan mereka, terjadi kerusuhan diluar toko Mogi yang terdengar begitu jelas dan mereka bergegas menghampiri peristiwa tersebut.
Terdapat dua pria yang sedang adu mulut
"Kau boleh saja menghinaku. Tapi jangan mengolok Reihan di depanku!" ancam Roy mengeluarkan pedangnya.
"Haha... Apa spesialnya orang cacat itu, aku sudah muak mendengar nama dia yang terlalu dilebih lebihkan orang setempat." balasnya kesal sambil menodongkan tongkat sihir.
"Itu Lukas! Mengapa dia bermasalah dengan senior kita." ungkap Xavier.
Setelah Reihan meninggalkan kota, nama dia jadi terkenal oleh banyak penduduk karena telah berhasil membunuh Naga api vulkano seorang diri dan hal itu menjadi hambatan untuk Lukas yang ingin bersinar di kota tersebut.
"Hentikan Roy! ingat kita disekitaran kota. Perkelahian kalian bisa mencelakai orang lain." tegur Mona menahan emosi.
"Itu benar nona manis, aku juga tak ingin melukainya selama kamu mau jadi wanitaku." rayu Lukas tersenyum.
"Hmm. Sepertinya yang kita panggil ke dunia ini bukanlah Pahlawan melainkan bajingan!" sahut Roy sarkas.
Seketika Lukas menembakkan bola api mengarah Roy yang tengah bersiaga, dan api itu berhasil dibelah Roy menjadi dua yang mengenai jalanan hingga terbakar. Mona yang berada disana langsung memadamkan api tersebut menggunakan sihir es.
"Api yang kamu keluarkan tidak ada apa apanya dengan yang sebelumnya aku hadapi." balas Roy.
"Apa!"
"Hentikan!" teriak Mona.
"Kalau kau ingin unjuk gigi, mari sini beradu sihir denganku!" tantang Mona yang marah.
"Baiklah, kalau aku menang kau harus jadi wanita pelayanku." balas Lukas tersenyum lebar.
Merekapun berkumpul di lapangan latihan termasuk Mogi, Xavier, Hikari, dan Asep untuk melihat aksi duel antara penyihir.
"Memang benar Lukas adalah yang terkuat dari kami semua, tapi apakah dia bisa mengalahkan penyihir kelas emas? Semoga saja tidak. Atau dia akan lebih dulu merebut Mona dariku." batin Xavier.
Beralih kepada regu Pahlawan yang sedang berada dalam perjalanan menggunakan kapal layar menuju Yggdrasil untuk mengantarkan kembali artefak pasir waktu.
"Arthur! Bagaimana pendapatmu dengan Pahlawan baru yang sudah kita latih sebelumnya" tanya Daimax yang sedang memancing.
"Dari tiga orang yang menggunakan teknik senjata semuanya luar biasa dan aku suka mereka. Namun yang paling menonjol adalah Hikari, teknik dan gaya bertarungnya begitu anggun sampai membuatku kagum dengan bakatnya." ungkap Arthur yang bertumpu di penghalang kapal.
"Tetra bagaimana dengan Pahlawan baru yang kau dampingi, apakah ada yang menjanjikan?." sambung Daimax kembali bertanya.
"Aku hanya mendampingi dua laki laki dan sisanya didampingi oleh Berry, walaupun begitu dari mereka semua yang paling menjanjikan adalah Lukas tapi aku tidak senang dengan sifatnya. Ku harap dia tidak menjadi dampak buruk untuk kita." jawab Tetra yang tengah bersantai menatap laut.
"Aku menemukan satu orang yang hanya punya kemampuan penyembuh dan kemampuannya hampir mirip Serena walaupun tidak sampai ketahap regenerasi, tapi aku yakin dia akan melampaui kemampuan kakakku. Dan Dia bisa melengkapi regu kita untuk menghadapi Raja iblis kelak apabila Serena tidak mau bergabung." jelas Daimax yang sedang mendapatkan strike.
"Benar, orang itu yang kita butuhkan dalam regu kita selama ini. Jadi siapa namanya?" tanya Arthur.
"Asep!"
"Nama yang unik." ujar Tetra datar.
Berpindah lagi ke tempat Ruang hampa tempat Reihan melatih fisiknya.
Naki yang kembali setelah meneliti Monster Salamander berjalan tersebut kini terkejut dengan perubahan pesat yang dialami tubuh Reihan, yang mana terlihat dibalik pakaiannya yang sudah compang camping akibat latihannya tersebut.
"Sepertinya bajumu sudah gak layak pakai Rei." tegur Naki yang menghampiri Reihan.
"Iya nih, apa kamu melihat tas ku juga sewaktu aku hanyut sebelumnya. Karena hanya itu pakaian gantiku." ujar Reihan tengah mengamati pakaian yang ia kenakan.
"Kamu ini aneh Rei! Dimana-mana Pakaian kain apalagi ada besinya mana bisa mengapung, dan juga tasmu kan terbuat dari kain yang pasti akan hanyut dalam keadaan tenggelam." protes Naki menjelaskan.
"Oh iya benar juga ya! Jadi gimana ini." balasnya lagi.
"Dahlah, kita makan buah ini dulu, lalu pergi ke desa mencari pakaian gantimu." sambung Naki membawa buah-buahan aneh.
"Apa gak ada makanan lain? Buah ini bentuknya terlalu vulgar." lanjut Reihan protes.
"Don't judge a book by its cover." balas Naki kesal.
"Dah lah."
Setelah makan Reihan menggunakan jubah pemberian Naki untuk menutupi tubuhnya lalu pergi keluar ruang hampa untuk membeli pakaian di desa yang tentunya juga menggunakan uang milik Naki.
Sesampainya di desa Reihan ditegur oleh seseorang yang pernah bertemu dengannya sebelumnya.
"Hei ternyata kamu sudah sembuh ya, mengapa kamu bisa disini dan bagaimana dengan yang lainnya di kota Savana?" tanya pria misterius itu.
Reihan sempat berfikir keras untuk mengingat orang tersebut.
"Maaf ini hanya tebakanku, apakah paman yang menyelamatkan kami di padang bersalju waktu itu? Karena ciri-ciri mu persis seperti yang diceritakan Mona saat kami baru tersadar." ungkap Reihan memastikan.
"Benar! Akulah yang mengantar kalian dan jangan sebut aku dengan kata paman... Panggil aku."
"Samsool."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ryaici Saristi
dah lah,, crispy bacanya 😅😅
2024-02-27
1
meleecreep
samsul amor datang
2024-02-24
2