Dua bulan telah berlalu, kini Reihan benar-benar pulih dan menerima apa yang telah menimpanya dirinya.
Selama ini Reihan dirawat orang yang sebaya dengannya yaitu Mogi, dan yang menyelamatkannya adalah ayah Mogi yaitu Roberto saat ia mencari material bersama pelanggannya untuk bahan tempa senjata.
Ia menemukan Reihan sekarat di hutan dekat gua tempat Roberto selesai mencari bahan material, untungnya pelanggan Roberto melihatnya saat mereka keluar dari gua dalam hutan.
Mogi satu-satunya anak Roberto setelah istrinya meninggal dikarenakan penyakit yang tidak diketahui.
Beliau selalu mendidik dan mengajarkan Putranya teknik membuat perlengkapan senjata dan mengenalkan berbagai jenis material untuk meningkatkan wawasannya.
Toko Roberto mulai terkenal karena kejujuran dan teknik marketingnya yang baik.
kebanyakan Pandai besi selalu menunggu orang datang ke tokonya, dan itu menjadikan peluang untuk Roberto dan putranya yang selalu menjemput dan mengantarkan pesanan pelanggannya saat sudah siap.
Itu salah satu pelayanan ekstra yang disenangi para pelanggan karena dapat menghemat waktu dan tenaga mereka untuk melakukan hal yang lain.
Selama dirawat Mogi dan berinteraksi menggunakan bahasa isyarat, kini Reihan dengan mudah belajar bahasa di dunia itu selama dua bulan dan sekarang ia sudah lancar berbicara.
Reihan dibuatkan kaki palsu oleh Roberto agar bisa berjalan kembali dengan normal. Karena jasanya yang begitu besar Reihan selalu membantu dan menurut kepada Roberto yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri.
Bertambahnya tenaga kerja membuat toko Pandai besi Roberto semakin efisien. Walaupun ada beberapa pelanggan yang tidak berkelakuan baik, hal itu kadang dialami Mogi dan Reihan saat menjemput dan mengantarkan pesanan.
Mogi dan Reihan pergi ke Kedai Serikat untuk mengantarkan pesanan milik seorang petualang yang sedang menunggu barangnya tiba.
Orang itu berbadan kurus, punya bekas luka di jidatnya, dan memiliki kalung plat Perunggu yang terukir nama di permukaannya.
Jika memiliki status dan tanda pengenal di balik kalung tersebut pertanda mereka adalah seorang petualang.
Kini ia sedang mengamati barangnya yang sudah datang di meja kedai.
"Pedang ini terlihat tidak terlalu kuat untukku, aku tidak yakin senjata ini bisa bertahan lama bersamaku." protes pria itu merasa tak puas.
Kedua sebaya itu tetap berusaha berkelakuan baik terhadap pelanggannya demi nama baik Toko Ayahnya.
"Mohon maaf, jika terjadi kerusakan saat digunakan dalam waktu dekat. Datanglah kembali ke toko kami nanti akan segera diselesaikan." jawab Mogi dengan santun sambil menundukkan kepalanya.
Pria itu kembali mengeluh terhadap dua sebaya itu.
"Yang aku khawatirkan adalah saat ditengah pertarungan senjata ini tiba tiba rusak dan aku tidak bisa lagi melakukan perlawanan. Bagaimana nasibku di Dungeon nanti."
"Aku tak ingin sampai celaka seperti orang yang di sebelahmu itu, hanya karena pedangku kurang bagus."ucap pria itu tanpa berpikir.
"Apa kau bilang!" teriak Mogi dengan kesalnya.
Ternyata kejadian Reihan sudah banyak diketahui kalangan petualang pemula sebagai pembelajaran untuk selalu memperhatikan perlengkapannya sendiri sebelum pergi berpetualang.
"Sudah hentikan!" sahut seseorang yang mendatangi mereka.
"Jangan sombong karna baru naik satu tingkat Roy, ucapanmu bisa menjadi petaka untukmu." ucap pria itu kepada Roy yang protes terhadap sebaya itu.
"Heh, hanya karena kamu satu tingkat di atasku semaunya menasihati ku Gin. Ini demi keamanan ku saat pergi berburu tau." bentak Roy dengan kesal.
Petualang lainnya mulai angkat bicara terhadap kelakuan Roy yang tidak mencerminkan sosok petualang yang sesungguhnya.
"Menurutku pedang itu kualitasnya sudah lebih bagus untuk petualang kelas perunggu, dan itu semua bergantung dari biaya dan bahan yang kamu berikan kepada mereka."ujar petualang lainnya yang mengamati pedang pesanan milik Roy.
"Benar! lagipula nasib mu didalam Dungeon itu sudah menjadi resiko kamu sendiri bukan tanggung jawab orang pribumi."
"Jangan mengaku petualang kalau masih menyalahkan orang lain, bikin malu kami saja!"
"Minta maaflah dan bayar pesananmu Roy." Sahut para petualang dari kejauhan.
"Cih, baiklah. Ini uangnya dan maaf kan perkataanku barusan." ucap Roy meletakkan uangnya di meja lalu pergi meninggalkan kedai sambil menahan rasa malu.
"Si Roy orangnya memang seperti itu, tapi sebenarnya dia orang yang baik." ujar Petualang dengan kalung plat Perak didekat mereka.
Tanpa sepatah katapun Reihan dan Mogi langsung mengambil uangnya dan pergi meninggalkan Kedai serikat.
Kini mereka berbaring dibawah satu pohon rindang diatas bukit kecil sambil mengeluarkan unek-unek yang mengganjal dibenaknya.
"Lihat saja nanti, suatu saat aku bakalan jadi petualang terhebat di negeri ini." ucap Mogi mengangkat satu tangan keatas sambil meraba cahaya yang menembus celah dedaunan pohon.
"Kenapa tiba tiba mau jadi petualang?" tanya Reihan dengan heran.
"Bukannya nanti kamu mau jadi pencipta senjata terhebat yang belum pernah dimiliki siapapun." sambung Reihan sambil menatap dedaunan yang melambai diatasnya.
"Benar!"
"Aku akan menjadi petualang terbaik menggunakan senjata hebat ciptaanku kelak." jawab Mogi dengan mantap.
"Menurutku lebih aman berada didalam kota ini dan menjadi penempa hebat seperti ayahmu."
Mogi tersenyum sambil mengepalkan tangan satunya diatas." aku tak mau mengubur impianku di kota ini.
"Jadi Rei, apa tujuanmu mulai sekarang ini." Tanya Mogi mengarahkan pandangannya kepada Reihan.
Sambil menaruh kedua tangannya dibawah kepala sebagai tumpuan, Reihan memejamkan matanya dan mulai berbicara. "Aku ingin membalas budi kepada kalian sambil mencari jalan untuk pulang ke asalku, mungkin keluargaku sangat mengkhawatirkan ku saat ini."
"Benar juga, keluarga ya." ucap Mogi teringat mendiang ibunya.
Mogi langsung tersenyum dan mengajak Reihan dengan semangat. "jadilah petualang bersamaku, dengan begitu kita bisa sekaligus mencari sesuatu yang dapat membawamu pulang ke duniamu."
Reihan membuka matanya dan duduk termenung sambil memegang erat kaki palsunya dikarenakan bekas trauma yang mendalam.
"Aku belum siap dan bagaimana dengan Ayahmu jika kamu pergi meninggalkannya berpetualang." tanya Reihan dengan wajah lesu.
Mogi bangkit dan duduk sila sambil memegang kedua lututnya dengan tatapan lurus ke depan.
"Menjadi ahli pandai besi adalah kemauan Ayah sendiri, lagipula tidak ada paksaan untukku mengikuti jejaknya."
"Aku tahu impian ini membahayakan nyawaku, tapi itulah tujuanku tetap semangat untuk menjalani hidup." jawab Mogi dengan tekadnya.
"Tapi apa aku bisa seperti itu, terasa mustahil untuk kondisiku yang seperti ini." ungkap Reihan kurang percaya diri.
Dengan senyum kecil yang memprovokasi, Mogi mencoba menghilangkan keraguan dibenak Reihan. "Yah, kalau begitu kamu bisa membalas budi dengan menggantikan posisiku sebagai penerus pekerjaan Ayahku dan tinggal di dalam kota dengan damai."
Mendengar ucapan Mogi barusan membuat Reihan kesal dan kembali berambisi untuk bisa pulang ke dunianya.
"Sepertinya aku harus melawan rasa takutku dari sekarang." jawab Reihan dengan kesal.
Mogi senang mendengar perkataan Reihan yang secara tak langsung mengikuti keinginan dalam dirinya.
"Ayo Rei, kita harus cepat menyelesaikan pekerjaan ini sebelum hari mulai gelap." ajak Mogi yang sedang bangkit lalu mengulurkan tangannya.
"Baiklah, masih banyak pesanan yang harus dijemput." sambut Reihan sambil meraih tangan Mogi lalu berdiri dan bergegas pergi menyelesaikan pekerjaannya agar cepat kembali kerumah.
"Tidak boleh.!" ucap Roberto tengah menyilangkan tangannya didepan meja makan tepat dihadapan mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Emas
apakah ini apa yang orang jepang sebut sebagai tsundere
2024-03-08
1
Emas
Pake nanya
2024-03-08
1
Emas
MCnya kelewat jenius, dia bisa belajar bahasa baru cuman dua bulan aja
2024-03-08
0