Reihan dan Mogi mengendap-endap dibalik semak dan ilalang
menunggu salah satu Monster jagungnya berpisah dari kelompoknya agar nanti tidak kewalahan menghadapi jumlah mahluk tersebut.
"Mogi serang!" seru Reihan memberikan aba-aba.
Dengan cekatan Mogi keluar dari semak langsung menebas belakang Monster jagung yang teralihkan oleh suara Reihan, belum sempat mahluk itu menyerang balik langsung disusul tusukan pedang dari depan milik Reihan sehingga mahluk itu seketika tumbang.
"Akhirnya dapat satu." ucap Reihan terduduk letih.
"Iya nih, sepertinya cara aman ini perlu waktu seharian." balas Mogi jenuh.
Mereka segera mempreteli butiran besar yang menempel pada jasad Monster jagung murka sesuai petunjuk dari misi.
Saat ini telah terkumpul dua belas biji jagung murka, tinggal delapan lagi agar masing masing dapat sepuluh.
Selanjutnya Mogi menyerang secara langsung Monster jagung murka di lereng bukit namun satu tebasan nya tidak cukup membunuh mahluk itu akibatnya Monster jagung sempat berubah warna merah.
Dalam keadaan panik Mogi langsung mencolok matanya menggunakan jari dan menendang keras hingga Monster jagung murka terguling masuk ke dalam danau tepi lereng.
Anehnya mahluk itu timbul mengambang dan tidak meledak walaupun sudah dilukai.
Mereka beropini Monster jagung itu tidak akan berbahaya bila terkena air karena kesulitan menaikkan suhu panas dalam dirinya namun ada kemungkinan suhu tubuhnya tetap bisa naik dalam waktu yang lebih lambat.
Mendadak Suara ledakan dan jeritan terdengar keras di wilayah Goron berada.
Mendapati hal yang tidak beres Mogi dan Reihan bergegas mendatangi sumber suara.
Alangkah terkejutnya mereka melihat teman Goron yang berada didalam pelindung sihir sendirian tengah dikerumuni banyak sekali Monster jagung murka yang sudah memerah.
"Bagaimana ini Rei, aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya." Ucap Mogi keringat dingin.
"Aku juga bingung harus bertindak apa Mogi!" balas Reihan dengan tangan yang bergetar memegang erat pedang di pinggangnya.
Melihat sihir pertahanan Ririn yang sudah semakin retak akibat tekanan dari koloni Monster jagung murka, tanpa pikir panjang dua sebaya itu bergerak mendekat dan berencana memancing mahluk itu untuk menjauh dari Ririn.
"Sebaiknya kalian jangan kesana kalau tak ingin mati konyol." kejut pria misterius yang menahan bahu mereka dari belakang.
"Tameng!" teriak orang itu menargetkan Ririn sebagai prioritas dilindungi.
Sihir tameng cahaya muncul mengelilingi Ririn dari dalam pertahanannya yang telah hancur.
"Sekarang biar aku yang urus, kalian berlindung dulu disini." pinta Pria itu lalu menancapkan perisai persegi panjang miliknya untuk melindungi Mogi dan Reihan.
Berpostur tinggi, bertelinga runcing, dan menggunakan zirah ringan berwarna perak. Dialah sosok yang membuat Mogi berambisi menjadi seorang petualang, kini orang itu berjalan di depannya menghampiri Ririn yang sedang terpojok.
"Itu Daimax sang tak bergeming!" seru Mogi terkagum-kagum.
Kini Monster jagung murka beralih menyerbu Daimax yang begitu terlihat mencolok karena pantulan cahaya matahari.
Daimax terus maju ke depan memperkirakan radius ledakan mahluk itu tidak berdampak kepada Mogi dan Reihan yang berlindung dibelakang tamengnya.
Sambil berjalan dia mengaktifkan skill provokasi dengan menepuk kedua tangannya ke depan agar hanya dia yang menjadi incaran Monster jagung murka.
Ledakan demi ledakan menghancurkan area sekeliling Daimax sampai meninggalkan bekas yang besar dipermukaan tanah dan masih terus berlanjut karena jumlah makhluknya yang begitu banyak.
"Mahluk ini sangat mengerikan untuk kelas pemula bila yang menyerang sebanyak ini." Gumam Daimax terus melayangkan pukulan demi pukulan ke setiap Monster jagung murka yang menerjangnya.
Julukan sang tak bergeming bukan isapan jempol belaka, Daimax dengan santainya mengurangi jumlah mereka tanpa mendapat sedikitpun luka dari ledakan sedekat itu.
Suara dentuman telah mereda pertanda koloni Monster jagung murka di wilayah perburuan Goron telah dihabisi.
Setelah aman Daimax membuka sihir tameng yang melindungi Ririn dan mereka bertiga langsung menghampiri Ririn yang tengah duduk tak berdaya.
"Apa kamu baik-baik saja." tanya Daimax mengulurkan tangannya.
"Ini semua salahku." ucap Ririn yang memungut sepotong daging dan menunjukkannya kepada Daimax dengan air mata yang sudah mengering diwajahnya.
Daimax langsung meminta kantung kepada Reihan dan memungut sisa-sisa jasad Goron beserta kalung pengenalnya untuk diserahkan kepada Serikat.
Mengetahui keadaan yang menimpa Goron membuat jantung Mogi dan Reihan berdetak tak karuan.
Tanpa banyak bicara Daimax langsung memikul Ririn dan mengambil kembali tamengnya lalu pergi ke Serikat yang di ikuti Mogi dan Reihan untuk menjelaskan kronologi nya.
Sementara itu ketua regu pahlawan menyampaikan berita buruk kepada kepala Serikat di kantornya.
"Apa informasi ini valid?" tanya kepala Serikat serius.
"Info ini kami dapatkan setelah mengalahkan tangan kirinya yaitu Bonjo si ahli nujum." Jawab Arthur dengan tegas.
"Harusnya segel itu bertahan untuk seratus tahun ke depan, mempersiapkan pertahanan kota yang baru dibangun ini tidak akan cukup sepuluh tahun." Keluh kepala Serikat kepada Arthur.
"Raja Shimon III memerintahkan penduduk Kota Savana untuk berlindung di benteng Kukura apabila tidak mampu bertahan." ucap Arthur menyampaikan pesan dari sang Raja.
"Terima kasih telah membawakan informasi penting ini, aku akan berunding dengan pemerintah kota Savana setelahnya aku kirimkan surat jawaban dari keputusan mereka." ujar Ketua Serikat yang menekan-nekan keningnya.
Daimax dan yang lain telah tiba di Serikat.
Mereka membawa satu kantung besar dengan rembesan darah dibawahnya beserta tanda pengenal petualang.
Suasana kedai yang ramai seketika menjadi hening dan staf serikat langsung menghampiri Daimax yang menyerahkan benda tersebut.
"Permisi, terima kasih telah membawanya kemari. Kami akan segera menghubungi kerabatnya dan mengurus sisanya." ucap Staf Serikat berduka.
Mogi dan Reihan menjelaskan Kronologi kejadian kepada pihak Serikat di ruang pemeriksaan sebagai saksi mata dan pembuktian untuk menggantikan Ririn yang tengah dirawat dalam ruang perawatan Serikat.
Menurut peristiwa yang diceritakan Reihan dan Mogi sebagai saksi mata akan kematian Goron akibat diserang Monster jagung murka terbukti benar.
Karena melalui bola memori yang mereka sentuh menampilkan gambaran kejadian tersebut dengan jelas.
Rekaman ingatan dari saksi mata tersebut sudah cukup sebagai bukti bahwa itu adalah kesalahan dan kelalaian Goron sendiri.
Mereka terbebas dari tuduhan dan Arsip ini akan disimpan pihak Serikat sebagai bukti yang kuat.
Reihan dan Mogi sudah bisa keluar dari ruangan pemeriksaan.
Berniat menjenguk Ririn namun niat itu di urungkannya mengingat kondisi Ririn yang tidak bisa diganggu dalam waktu dekat.
Kini mereka berniat mencari Daimax salah satu pahlawan yang dikagumi Mogi.
Mereka menghampiri Daimax yang berada di meja kedai seperti sedang menunggu seseorang.
"Hai Daimax, terima kasih telah menyelamatkan kami berkatmu kami selamat." Sapa Mogi terbata bata.
"Oh kalian, silahkan duduk. aku turut berduka atas temanmu." Ucap Daimax sambil memindahkan perisainya yang menghalangi mereka.
"Sebenarnya kami baru mengenal Goron tapi peristiwa itu menghantui pikiranku, karena yang aku alami belum ada apa-apanya ketimbang dia." jawab Reihan yang memegang kaki palsunya.
"Jangan bicara seperti itu Rei!" bentak Mogi marah.
Daimax paham yang dialami oleh Reihan dan dia mencoba memberikan solusi untuk itu.
"Aku tau orang yang bisa mengembalikan kakimu." ucap Daimax.
"Hah?" celetuk mereka terkejut.
"Ayo Max, masih ada urusan yang belum di selesaikan." ajak Arthur yang baru saja keluar dari kantor Serikat.
"Sepertinya pembicaraan ini akan kita lanjut dilain hari, kami masih ada tugas yang perlu diselesaikan." ucap Daimax meninggalkan mereka.
Perasaan senang yang ditaburi kekhawatiran dialami Reihan yang kini punya harapan untuk mengembalikan kakinya namun mereka harus menunggu informasi selanjutnya setelah Daimax menyelesaikan tugasnya.
Reihan dan Mogi segera menukarkan biji jagung murka melalui pelayanan serikat dan mendapatkan dua keping perak dari hasil buruannya.
Lalu mereka bergegas pulang untuk menceritakan semuanya kepada Roberto dirumah.
Ririn telah membaik dan sudah diperbolehkan untuk pulang.
Dia menyempatkan diri pergi ke kedai untuk menukarkan hasil buruannya.
"Ini bayaran dari bahan yang sudah kami terima." ucap pelayan Serikat menyerahkan uangnya.
Ririn langsung meninggalkan kedai karena tak mampu lagi menahan air matanya yang kembali mengalir.
"Bayaran ini tidak sesuai dengan nyawa yang dipertaruhkan." rintihnya menggenggam erat sekeping koin emas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Amelia
❤️❤️❤️❤️👍👍👍😊😊
2024-03-06
1
Quinnela Estesa
motifasinya apa coba? dia engga mau kenapa2 tapi malah jadi petualang.
2024-02-19
2
suka menulis 。◕‿◕。
saya sudah mampir di karya kakak,mampir di karya saya juga ya kakak /Smile//Drool/
2024-02-17
1