Bunga Musim Dingin

Di kota Savana yang begitu sejuk dan serba putih, menandakan pergantian musim panas menjadi musim dingin.

Para penduduk sedang sibuk membersihkan tumpukan salju yang menghalangi Toko mereka.

Dengan pakaian tebal berbulu model kekinian disertai wangi harum menyebar ke sekelilingnya, membuat banyak orang memperhatikan dirinya.

Wanita berambut panjang itu terus berjalan melewati kota yang terselimuti salju dengan begitu bahagianya, Seolah mengetahui hari yang indah akan terjadi.

Sampai pada akhirnya ia berhenti di depan Toko Pandai besi langganannya.

"Permisi." ucap wanita itu membuka pintu yang membunyikan sebuah lonceng.

Seorang remaja datang menghampirinya dengan pakaian pandai besi penuh dengan keringat.

"Oh Mona, ada perlu apa?" tanya Mogi.

"Aku ingin membuat tongkat sihir karena milikku yang sebelumnya sudah hilang." jawab Mona sambil melirik kedalam.

"Baiklah silahkan masuk, biar Ayah yang mengurus pesananmu." balas Mogi mengajaknya masuk.

Mata mona tertuju pada Reihan yang sedang fokus memodifikasi senjata crossbownya. Ia berhenti dan membiarkan Mogi meninggalkannya lalu menghampiri Reihan.

"Kamu sedang apa Rei?" tanya Mona mengejutkan Reihan.

"Eh! Mona ternyata kamu." kejut Reihan menghentikan pekerjaannya.

"Jadi bau harum yang memasuki ruangan ini adalah kamu, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Reihan.

"Aku baik baik saja, niatku kemari ingin membuat kembali tongkat sihir ku yang sudah hilang." jawab Mona tersenyum.

"Baiklah sini aku antar ketempat Ayah Robert." ajak Reihan mendatangi Roberto.

"Nah, itu dia." sahut Mogi menunjuk Mona.

Roberto pun berbincang-bincang dengan Mona untuk pembuatan tongkat barunya.

"Jadi, bahan apa yang harus aku cari?" tanya Mona bersemangat.

"Itu tidak perlu, saat ini kami punya semua bahannya." jawab Roberto tersenyum.

"Tapi pasti ada yang kurang kan." tegas Mona serius.

"Umm.. apa ya?" pikir Roberto mengingat ingat.

"Bagaimana kalau pernak pernik!" desak Mona mengeluarkan ekspresi kesal.

Roberto yang melihat tingkah aneh Mona pun akhirnya memahami apa yang dia inginkan.

"Oh ya benar! Pernak pernik." jawab Roberto mendukung Mona.

"Kalau begitu aku akan mencarinya bersama Reihan!" seru Mona begitu senang.

"Hah aku?, Baiklah." jawab Reihan yang bergegas menemani Mona.

Seketika Roberto langsung menegur Reihan yang tidak memperhatikan penampilannya.

"Hei Rei, kamu tak ingin mempermalukan wanita itu kan?"

"Bersihkan dirimu dan pakai pakaian yang rapi!" tegas Roberto.

Reihan pun pergi mandi dan mengganti penampilannya.

"Kalau begitu aku ikut!" sahut Mogi bersemangat.

"Tidak, kamu harus membantuku menyelesaikan pesanan ini." perintah Roberto menahan Mogi.

Setelah Reihan siap, Mereka berdua pun pergi keluar mencari pernak pernik untuk tongkat Mona.

"Apakah pernak pernik sepenting itu untuk sebuah tongkat?" tanya Mogi heran.

"Kamu tidak tahu ya, haha kamu masih terlalu labil." canda Roberto menertawakan anaknya.

"Dasar, lawakan orang tua." balas Mogi dengan datar.

"Kuharap kau juga populer di kalangan wanita Mogi." ungkap Roberto dalam lubuk hatinya.

"Pakai ini Rei, agar kamu merasa lebih nyaman." ucap Mona memberikan parfumnya.

"Terima kasih Mona, jadi kita mau kemana?" tanya Reihan sambil menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

"Kita pergi ke toko makanan dulu, karena perutku lagi kosong." jawab Mona lagi senang.

Mereka berdua akhirnya pergi ke salah satu Toko manisan terenak di kota ini, terdapat banyak ragam makanan kue, biskuit, puding dan minuman manis lainnya.

Didalam menu terdapat makanan jagung manis berkembang yang terbuat dari monster Jagung murka, Reihan langsung memesannya karena penasaran.

"Rasanya enak dan manis, apakah semua bahan makanan berasal dari Monster?" tanya Reihan yang sedang mengamati makanannya.

"Tidak semua berasal dari monster, namun entah mengapa daging mereka lebih berkualitas daripada hasil ternak." ungkap Mona yang sedang melihat menu.

Mona yang menyukai manisan memesan lebih banyak makanan hingga memenuhi meja makan.

"Maaf kamu harus memaklumi kebiasaanku ini." ucap Mona merasa malu.

"Tidak apa Mona semua orang pasti menyukai manisan, tapi kamu harus berhati-hati karena kelebihan gula bisa membuatmu gemuk." jawab Reihan tanpa pertimbangan.

Mona yang mendengar itu seketika cemberut dan memalingkan wajahnya.

Reihan yang tak sadar akan ucapannya berusaha untuk menghibur Mona yang tengah merajuk.

Dia ambil sedikit kue menggunakan sendok lalu di ayunkan layaknya benda terbang.

"Mona lihat ini ada pesawat, wush wush ayo buka mulut!" seru Reihan mengarahkan sendoknya ke mulut Mona.

Melihat Reihan ingin menyuapinya dengan senang hati Mona membuka mulut dan memakan kuenya walaupun ia tidak tahu apa itu pesawat.

"Tehnik Ibu yang menyuapiku waktu kecil dulu ternyata berhasil!" ujar Reihan senang.

Mona kembali kesal dan hendak merajuk.

Hal itu dicegah Reihan dengan mengarahkan tangannya kepada Mona lalu mengusap lembut pipinya yang terdapat sisa kue yang menempel menggunakan jemarinya yang kasar.

"Maaf Mona, ucapanku tadi hanya bercanda." ungkap Reihan menatap mata Mona.

Seketika Mona tersipu malu dan cepat cepat menghabiskan makanannya untuk segera pergi ke toko yang dituju.

Setelah kenyang mereka berdiam sejenak dan mengobrol tentang proyek yang dikerjakan Reihan dan Mogi saat ini.

Akhirnya mereka pergi ke toko pernak pernik untuk hiasan tongkat sihir milik Mona.

Mona meminta tolong Reihan untuk memilihkan ornamen yang cocok dengan dirinya.

Karena Mona adalah seorang Penyihir, dengan yakin Reihan menunjuk tengkorak ber nyalakan api biru yang begitu keren di matanya. Menurutnya itu sangat cocok dipasang ke ujung tongkat layaknya obor dimalam hari.

Mona yang tidak menyukai itu pada akhirnya mencari pilihannya sendiri, ia membeli ornamen labu dan bola lampu tidur untuk dibawa pulang.

Karena toko tersebut mengadakan suatu acara, setiap pembeli berhak mendapat kesempatan untuk menarik undian yang memiliki hadiah utama berbagai Boneka berbulu besar dan benda menarik lainnya.

Mona sangat menginginkan boneka itu, ia bersemangat menarik undian dengan harapan memenangkan hadiah utama dan ternyata tidak semudah yang dia pikirkan.

Ia gagal dan bila ingin mencoba lagi Mona harus membeli sebuah barang di toko itu karena Boneka tersebut tidak bisa langsung dibeli.

Reihan langsung membeli tengkorak berapi lalu mencoba menarik undian tersebut.

Kali ini keberuntungan menyertainya, dalam sekali coba ia memenangkan undian dan berhak memilih hadiah utamanya.

Mona yang mendengar itu langsung senang dan ingin memeluk Reihan namun hal itu tidak terjadi saat Reihan menunjuk hadiah tameng Daimax tiruan.

"Kalau Mogi melihat ini, dia pasti senang." ucap Reihan menerima hadiahnya yang sedikit mengenai kantung belanjaan Mona.

Kali ini Mona merasa sedih dan kecewa kepada Reihan yang tidak memperhatikannya.

"Karena kamu menang untuk kedua kalinya, kamu berhak mendapat bonus tali kalung emas kosongan ini." ucap pemilik toko menyerahkan benda itu kepada Reihan.

Merekapun kembali ke toko Roberto dalam keadaan hening.

"Mona kamu tidak apa apa?" tanya Reihan melihat Mona murung.

Mona tak merespon Reihan dan terus berjalan sampai ketika kantung belanjanya robek dan menjatuhkan bola tidurnya. Bola itu menggelinding di lereng jurang pinggir jalan.

"Mona barangmu jatuh!" kejut Reihan memberitahu.

Namun Mona tetap melanjutkan jalannya dan tak menghiraukan masalah itu.

Reihan dengan sigap menaiki tameng persegi itu lalu meluncur mengejar barang milik Mona.

Tapi sayangnya benda itu pecah mengenai batu.

Reihan memungutnya lalu naik ke atas dan Mona sudah pergi meninggalkannya.

Reihan telah tiba dirumah mendapati Mogi masih didepan pintu.

"Kamu lihat Mona?" tanya Reihan buru buru.

"Dia baru saja pulang, tapi tidak mengucapkan apa apa aneh ya wanita itu." jawab Mogi heran.

"Cepat ambil permata yang kutemukan waktu itu!" pinta Reihan yang sedang mengambil benda lain.

"Kualitas berlian ini sangat tinggi apa kamu yakin Rei, itu bisa menambah biaya pengobatan kakimu tau." ucap Mogi memberikan berlian kecil yang ditemukan Reihan dekat markas Bandit.

Reihan menggabungkan benda itu dengan bonus yang ia dapatkan Lalu pergi mengejar Mona dengan banyak bawaan.

"Mona!" teriak Reihan dibelakangnya.

"Jangan menoleh Mona, berhenti berharap untuknya." batin Mona dalam hatinya.

Reihan terus memanggil Mona sampai ia mau berhenti berjalan, namun ia masih enggan melihat kebelakang.

Tangan boneka berbulu lucu tengah melambai lambai disamping kanan Mona, itu menarik perhatiannya.

"Darimana kamu mendapatkan ini?" tanya Mona dingin.

"Sebelumnya aku pernah memenangkan undian itu saat membeli pewarna pakaian dan aku memilih boneka ini untuk dihadiahkan kepadamu tapi waktu itu aku masih pemalu, jadi maafkan aku Mona terlambat memberitahumu." ungkap Reihan merasa bersalah.

Kini Mona menyadari bahwa Reihan selalu mengingat dan memikirkannya, ia berbalik dan memeluk Reihan di tengah turunnya salju.

"Tidak, aku yang minta maaf Rei karena berpikiran yang bukan-bukan kepadamu." balas Mona terharu.

"Dan ini hadiah kedua untukmu biar aku yang kenakan." ucap Rei tengah memasang kalung Berlian dileher Mona.

Mona yang menerima hadiah pemberian Reihan begitu sangat bahagia dan langsung menciumnya.

"Ini adalah hari terbaikku." suara hati yang menggema di dalam diri Mona.

Reihan yang menerima ciuman itu baru sadar, selama ini dia sedang berkencan dengan Mona.

Setelah sensasi itu selesai Reihan mengembalikan bola tidur milik Mona yang pecah.

"Oh ya Mona bola tidurmu pecah terkena batu sebagai gantinya kamu boleh membawa tengkorak berapi ini untuk penerangan di kamarmu." ujar Reihan menyerahkan barang pembeliannya.

"Aku membencimu Reihan." ucap wanita itu tersenyum bahagia.

Terpopuler

Comments

Robiansyah

Robiansyah

nicee

2024-02-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!