Tentang Cinta
Happy reading
Semoga terhibur😊😊😊
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Kapan Mas Aldo akan melamarku ya?" gumam Tami menatap foto seorang pria dalam layar ponselnya. Sang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama 5 tahun dengannya.
Selama 5 tahun ini, Aldo belum pernah sekalipun mengajak Tami ke rumahnya. Bertemu dengan orang tua kekasihnya itu.
Tami ingin mempertanyakan bagaimana kelanjutan hubungan mereka ke depannya. Tapi, ia sangat takut dianggap ngebet menikah. Makanya memilih menunggu sampai pria itu melamarnya saja.
Tapi, sudah 5 tahun hubungan itu berjalan. Aldo belum pernah mengatakan atau membahas pernikahan dengannya.
Selama menjalin kasih Aldo itu pria yang sangat baik, perhatian dan yang paling penting sangat mencintainya. Tami dapat merasakan perasaan Aldo yang begitu mendalam padanya. Perasaan Aldo itulah yang membuat Tami yakin dan percaya bahwa hubungan mereka pasti akan ke jenjang pernikahan.
'Semoga Mas Aldo segera melamarku!' Harap Tami yang segera mengaminkan. Ia ingin segera menikah dengan Aldo. Pria tercintanya.
Jujur saja, Tami ingin menikah dan merasakan memiliki sebuah keluarga. Punya suami dan anak-anak yang lucu nantinya. Hidupnya pasti akan lebih berwarna dan tidak kesepian seperti sekarang.
Sejak kecil Tami tinggal di panti asuhan bersama anak-anak panti lainnya. Setelah tamat SMA, ia pun memutuskan keluar dari tempat itu. Menjalani kehidupannya sendiri.
Tami tidak mau mencari tahu di mana keberadaan orang tuanya. Kata pengurus panti saat masih bayi ia ditemukan di tempat sampah depan panti. Ditemukan dalam bungkusan plastik kresek. Seperti memang sengaja ditinggalkan begitu saja.
Sadar telah dibuang dan ditinggalkan, Tami pun memilih untuk menganggap kedua orang tuanya sudah meninggal saja. Meninggal dunia saat ia masih bayi. Dengan anggapan seperti itu, ia tidak perlu marah atau pun dendam kepada orang tuanya. Kan tidak mungkin marah dan dendam pada orang yang sudah meninggal.
Karena anggapan itu ia bisa menjalani hidup sebagaimana semestinya. Hidup seperti orang-orang pada umumnya.
Keluar dari panti, Tami yang saat itu telah berusia 18 tahun mulai menjalani kehidupannya sebatang kara. Ia memulai dengan bekerja serabutan. Apapun dikerjakannya yang penting halal dan memiliki penghasilan.
Tami harus bisa menghidupi dirinya sendiri. Harus bekerja dengan giat untuk membayar kost-an dan makan sehari-hari.
Saat sudah berusia 20 tahun, Tami mulai menjalin kasih dengan lawan jenis. Menjalin hubungan dan berharap memiliki keluarga dan masa depan nantinya.
Setelah seminggu berpacaran, Tami mulai mempertanyakan kelanjutan hubungan mereka. Kapan pria itu akan melamarnya. Dan mereka pun menjawab,
"Kita masih terlalu muda untuk membahas pernikahan..."
"Kerjaanku saja belum menetap. Kalau menikah, apa kamu mau makan cinta?"
"Kita jalani saja dulu, jika kita berjodoh pasti akan menikah juga..."
"Kamu ngebet banget pengen segera dinikahi, apa begitu tidak sabar ingin ditiduri?"
Begitulah jawaban para mantannya Tami. Ya, wanita itu sempat menjalin kasih dengan beberapa pria. Dan setelah ia bertanya begitu, hubungan mereka pun mulai merenggang. Lalu tidak lama putus.
Karena keseringan direspon begitu setiap membahas pernikahan. Saat mulai berpacaran dengan Aldo, Tami jadi tidak membahas hal itu. Ia tidak mau hubungannya berakhir begitu lagi.
Kenapa respon para mantannya begitu? Mungkin memang tidak seharusnya wanita yang memulai bicara tentang pernikahan. Biarkan pria yang membahasnya terlebih dahulu.
Jika pria membahasnya, berarti pria itu yakin memilihnya untuk menjadi istri. Menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya kelak.
Tapi sampai sekarang, tidak kunjung juga Aldo membahas hubungan mereka.
'Apa aku harus memancingnya?' Batin Tami mulai bingung sendiri.
Usianya kini sudah tidak muda lagi. Saat berpacaran dengan Aldo, ia masih berusia 25 tahun. Waktu berjalan tidak terasa kini sudah 30 tahun. Usianya sudah matang untuk menikah.
Jika Aldo tidak membahas pernikahan juga. Kapan mereka akan menikah?
Setahun lagi?
Dua tahun lagi?
Lima tahun lagi?
Atau 10 tahun lagi?
Tami benar-benar bingung mau dibawa ke mana hubungan mereka itu.
"Aku sangat mencintaimu dan kita akan bersama selamanya."
Ucapan Aldo mulai terngiang-giang di telinganya. Bersama selamanya, berarti itu kode jika pria itu ingin menua bersamanya kan?
Yang juga berarti, Aldo akan menikahinya suatu hari nanti.
Mungkin saja pria itu belum siap dan masih menunggu saat yang tepat.
Tami hanya bisa menunggu dan bersabar, serta tetap percaya dan yakin dengan cinta mereka. Itu harus.
Lamunan Tami tersadar saat ponselnya berdering. Panggilan masuk dari sang kekasih.
"Ha-halo, Mas Aldo." Jawab Tami dengan sedikit gugup.
"Tam, nanti sore mari bertemu. Aku akan share lokasinya." ucap pria itu dari seberang sana suara yang datar.
"Ada apa, Mas?" Tanya Tami menanggapi ucapan Aldo. Nada bicara kekasihnya sedikit aneh, terasa dingin.
"Nanti kamu juga tahu."
"Mas tidak menjemputku?" Tanya Tami lagi. Biasanya setiap jalan bersama, Aldo akan menjemputnya di kost-an. Tumben ia disuruh datang sendiri.
"Aku sedikit sibuk, Tam. Kita ketemu di lokasi saja ya."
"Baiklah, Mas." Jawab Tami menurut dan tidak mau bertanya lagi.
"Sampai jumpa di sana." ucap pria itu lalu mengakhiri panggilan.
Tami menghembuskan nafasnya berkali-kali. Aldo tidak seperti biasanya. Meneleponnya sebentar saja, semenit pun tidak sampai. Biasanya cukup lama.
Wanita itu tampak bingung berpikir. Lalu tidak lama senyum mengembang di wajahnya.
'Apa dia akan melamarku?' Terka Tami. Sepertinya Aldo akan memberi kejutan padanya.
Aldo sedang merencanakan sesuatu. Pria itu pasti sekarang sedang sibuk. Ya, sibuk mempersiapkan acara lamaran yang romantis.
Makan malam bersama di sebuah tempat yang sudah didekor romantis. Makan malam diiringi suara musik. Setelah makan, Aldo pun berlutut dan menunjukkan cincin.
"Apa kamu mau menikah denganku?" ucap Aldo dengan tatapan berbinar. Menatap Tami dengan tatapan mendalam. Dalam sekali.
"Aku mau! Aku mau menikah denganmu." jawab Tami semangat dan segera menutup mulutnya. Bicaranya cukup kuat, bisa didengar anak kost sebelah.
Tami terkekeh geli membayangkan adegan lamaran romantis itu. Membayangkan Aldo akan melamar seperti itu saja sudah membuat hatinya jadi berdebar-debar.
Dag dug... Dag dug... Debaran hati Tami bertalu-talu.
"Aku harus perawatan wajah dulu!" Tami pun berlari ke kamar mandi. Ia harus tampil cantik di depan pria yang dicintainya.
Setelah mencuci muka, ia pun melumuri masker wajah. Selama melakukan itu senyum di wajahnya tidak pernah luntur.
Tami akan dilamar. Ia akan menikah. Menikah dengan pria yang sangat dicintai dan juga mencintainya.
Mulai membayangkan bagaimana kehidupan berumah tangga nantinya. Bagaimana menjadi seorang istri yang baik dan penurut.
"Aku mencintaimu, istriku." ucap Aldo dalam bayangannya.
"Aku mencintaimu, suamiku." Jawab Tami dengan nada lembut.
"Haha, Aduh-duh maskerku!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Silvi Vicka Carolina
berarti gak serius buat jalanin ama kamu ...
2024-08-31
1
Lanjar Lestari
km bayangin yg manis2 Tami oadahal Aldo mu putusin km x krn di jidohkan sm wanita lain oleh orang tuanya x ta
2024-05-05
0
Rina Azzahra
aku mmpir thor
2024-02-04
1