Tami tampak lahap memakan nasi bungkus. Walaupun tidak berselera, ia telan-telankan saja makanan itu. Ia tidak boleh terus sakit karena tidak punya keluarga. Siapa yang akan mengurusnya.
Mata Tami berkaca-kaca dan air matanya berjatuhan. Segera ia menghapusnya. Kalau sudah sakit begini, bawaannya jadi mewek.
Jadi ingat saat Aldo yang begitu khawatir saat ia sakit. Bahkan sampai meminta izin ibu kost untuk menjaga dirinya semalaman. Kost-annya Tami khusus wanita, jadi pria tidak boleh masuk. Tapi karena Aldo memohon, makanya diizinkan dengan syarat mereka tidak boleh macam-macam atau sampai melakukan perbuatan asusila di kamar kost.
Tami yang setengah sadar itu, menyadari keningnya yang sering dikompres. Sepertinya Aldo melakukannya sepanjang malam.
Saat bangun pagi, Tami melihat Aldo yang tersenyum manis.
"Sudah tidak panas lagi. Ayo, bangun. Kita sarapan setelah itu minum obat." ucap Aldo dengan menarik nafas lega. Demam Tami sudah mereda.
Tami hanya melihati Aldo. Mata pria itu tampak letih dan menahan kantuk. Apa semalaman tidak tidur sama sekali?
"Mas, tidak tidur ya?" tanya Tami jadi merasa tidak enak hati. Aldo bisa kelelahan karenanya.
"Tidur. Sudah tidak usah kamu pikirkan!" ucapnya santai. Bukan tidur sih, cuma terpejam saja. Ia harus tetap menjaga Tami. Takut-takut terjadi sesuatu.
"Tidurlah dulu, Mas." Ucap Tami akan bangkit dari ranjangnya. Biar gantian Aldo yang berbaring. Ia sudah cukup mendingan dan sembuh. Tubuhnya tidak menggigil lagi.
"Tidak usah. Sekarang kamu makan, biar sembuh dan sehat. Aku tidak mau kamu sakit lagi." ucap Aldo seraya mengelus kepala Tami dengan sayang. Sungguh, ia sangat menyayangi wanita itu.
Diperlakuan seperti itu membuat Tami mulai mewek. Aldo sangat perhatian padanya.
Tami tersedak dan segera meminum air. Ia kembali ke kenyataan. Di kost-an ini ia sendirian.
Hati Tami masih sakit dengan berakhirnya hubungan mereka. Aldo memutuskan hubungan itu sepihak. Bahkan tidak memberi gelagat atau kode-kode menjelang hubungan itu berakhir.
Jadi bingung, kenapa Aldo tiba-tiba seperti itu. Selama 5 tahun ini, pria itu begitu perhatian padanya dan begitu sangat mencintainya. Masa itu hanya kebohongan?
Setelah menyelesaikan makannya, Tami mencoba menelepon Aldo kembali. Dan tetap saja, tidak terhubung lagi.
Akan mencoba datang atau menemui Aldo. Bicara baik-baik dari hati ke hati. Ia akan datang ke kantornya saja. Tami ingat Aldo pernah bilang bekerja di sebuah perusahaan. Semoga saja ia bisa bertemu dengan Aldo lagi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Eh," ucap Dewa kaget saat menyadari tubuhnya memeluk seseorang.
'Apa wanita itu? Apa aku sedang bermimpi?' Dewa mengedarkan pandangan. Mereka berada di kamarnya. Ia membawa masuk wanita ke kamarnya? Ia dan seorang wanita berada di kamarnya. Hanya berduaan. Berduaan? Bagaimana bisa? Kapan dan bagaimana?
Dewa akan melonggarkan pelukannya dan ingin melihat siapa wanita itu. Apa wanita cantik itu atau ada wanita lain lagi? Siapa ini?
Tapi wanita itu malah makin mengeratkan pelukannya, seolah tidak mau melepaskan dirinya.
Tidak tahu memeluk siapa, tapi Dewa merasa senang. Pelukan ini terasa hangat dan menenangkan. Ia pun makin memeluknya, hingga merasakan sesuatu yang kenyal terasa di tubuhnya.
"Siapa namamu?" tanya Dewa sambil berbisik di telinganya. Ingin tahu siapa wanita yang dipeluknya itu.
Perlahan pelukan melonggar. Wajah Dewa tersenyum lebar saat melihatnya.
"Kamu." Dewa begitu senang bertemu wanita itu lagi. Bukan, lebih tepatnya memimpikan wanita itu.
"Tapi, apa ini mimpi?" tanya Dewa memastikan. Merasa tidak sedang bermimpi. Tapi mungkin itu hanya perasaannya saja. Aduh, jadi bingung sendiri.
Wanita itu menatapnya saja dan tidak menjawab pertanyaannya.
"Kenapa kamu diam saja? Kenapa kamu bisa terus-terusan masuk ke dalam mimpiku?" tanya Dewa. Pasti ia sedang bermimpi, meyakinkan dirinya.
Dan wanita itu malah diam menatapnya. Tidak ada mengucapkan satu kata pun.
Posisi mereka masih saling berhadapan. Dewa memandangi wajah wanita itu. Wajahnya kini penuh senyuman, tidak mewek seperti sebelumnya.
Keduanya saling menatap. Menatap dengan pandangan lembut dan mendalam.
Dewa sedikit menunduk dan mulai memajukan wajahnya, bibir merah itu memancingnya. Ada keinginan untuk merasakannya. Ia pun dekat dan semakin dekat.
'Manis.' batin Dewa saat mulai melu-mat bibir itu.
Dewa meresap rasa manis yang lembut seperti gula kapas. Pria itu juga tersenyum saat wanita itu mulai membalas deca pan nya.
Yang semula ciuman lembut kini kian menuntut. Ada hasrat yang mulai bergelut.
'Aku menginginkannya!' Gairahnya mulai menguasainya. Ia menginginkan lebih dari sebuah ciuman.
Dewa pun menggendong wanita itu dan membaringkan di tempat tidur empuknya. Ia menatap wanita yang sudah berada di bawah kuasanya yang makin cantik dan begitu menggoda.
'Dewa, kau tidak boleh melakukan hal itu!' pikirannya mengingatkan. Ia tidak boleh merusak seorang wanita. Saat ini hanya ada nafsu yang menguasainya. Harus bisa menahan dirinya. Tapi,
Dewa diam sejenak sambil berpikir. 'Aku kan cuma mimpi.'
Itu yang diyakininya. Mimpi enak kok ditolak. Dewa pun kembali menjamah bibir itu.
'Wah... Wah... Wah...' Dewa tidak mengira, wanita cantik itu agresif sekali. Di tengah ciuman mereka, wanita itu tangannya malah mulai melepas kancing kemejanya.
Dewa tersenyum sambil melepas kemeja dan membuangnya asal. Ia melihat wajah yang kini mengedipkan mata nakalnya.
Mulai tertantang, Dewa mengukungnya kembali. Dan wanita itu membalikkan posisi. Kini berada di atasnya.
Wanita itu benar-benar menggodanya. Dan Dewa membalikkan posisinya lagi, ia pria jadi harus mendominasi. Tapi wanita itu sepertinya tidak mau kalah, kini membalikkan posisi dan berada di atas sekarang.
"Kamu!" Dewa jadi gemas sendiri.
Dewa berada di atasnya lagi, lalu wanita itu membalikkan posisi lagi. Sebentar di atas, sebentar di bawah, di atas lagi, di bawah lagi. Karena tidak ada yang mau mengalah, mereka berdua pun jadi berguling-guling di tempat tidur dan akhirnya,
Gubrak;
Dewa membuka mata dan memegangi pinggangnya. Kini ia berada di lantai kamarnya. Kembali jatuh dari tempat tidur.
"Akh!" Dewa kesal sekali. Ia tidak sempat menjamah wanita itu.
Menatap langit-langit kamarnya, seraya kembali mengingat mimpinya. Dewa memegang bibirnya saat mengingat ciuman itu. Lalu saat mereka bertatapan di tempat tidur. Dan saling berganti-ganti posisi.
Glek... Dewa menelan salivanya dengan susah payah, tatkala kembali mengingat wajah menggoda itu.
"Astaga!" Dewa kini merasakan adik kecilnya menggeliat. Seperti menginginkan sentuhan dari wanita itu.
'Apa aku harus tidur lagi? Biar mimpinya berlanjut?' batinnya bertanya. Mungkin mimpi akan berlanjut dan mereka berdua saling bergelut dalam peluh.
'Otakmu, Dewa!' umpatnya. Malah memikirkan melakukan hal seperti itu.
Perlahan Dewa bangkit dari lantai itu dan berjalan ke kamar mandi. Akan menuntaskan hasratnya di sana, sekaligus membersihkan kepalanya dari pikiran yang menjerumus.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sri
besok-besok si dewa mesti ke tukang urut kayaknya
tiap hari jatuh berkali2 gak sakit pinggang apa ya ?💀
2024-10-23
0
Ira Rachmad
kwkkwkkw
2024-08-13
0
Lanjar Lestari
🤣🤣🤣😅ada ada aja Dewa mimpi mu
2024-05-05
0