'Apa yang sudah kulakukan?' ronta Tami dalam hati. Mencoba menyadarkan dirinya.
Wanita itu sudah berada di dalam mobil, ia menjedut-jedutan pelan kepalanya. Tidak mengerti, kenapa bisa secepat ini. Statusnya kini sudah berubah saja. Sudah menikah dengan pria yang mengemudi di sebelahnya. Ia adalah istri orang sekarang.
"Sayang, kamu tidur?" tanya Dewa sambil melirik wanita yang menyandarkan kepala di pintu mobil.
Tami diam memejamkan matanya dan berpikir panjang. Pasti pria yang menikahinya, pria yang bisa menghipnotis. Meski menolak, ujung-ujungnya ia setuju juga. Pesona pria itu menghipnotis dirinya.
Tami membuka mata dan pura-pura menggeliat, seolah baru bangun tidur.
"Kita mau ke mana?" tanya Tami melihat jalanan di depannya.
"Ke apartemenku. Mulai sekarang kamu akan tinggal bersamaku." jelas Dewa. Tami sudah menjadi tanggung jawabnya. Jadi sebagai suami tampan, ia harus melindungi sang istri dengan jiwa dan raganya.
"A-aku tinggal di kost-an saja." ucap Tami gugup.
Dewa pun menggeleng dan mengacak rambut Tami. "Mulai sekarang kamu tanggung jawabku. Tami, jangan canggung begitu sama suami sendiri!"
'Akhhh!' Tami meronta dalam benaknya. Apa-apaan perkataan pria itu, buat baper saja. Mana rambutnya yang diacak-acak tapi hatinya yang tidak karuan.
"Ta-tapi pakaianku di sana semua." ucap Tami kembali.
"Biarkan saja. Aku akan membelikan pakaian baru!"
"Barang-barangku semua ada di sana!" jelas Tami masa mau ditinggalkan begitu saja.
"Ya, sudah. Besok kita ke sana untuk mengambil semua barang-barangmu." Ucap Dewa akan mengalah. Mungkin ada barang kenangan Tami dengan orang tuanya.
"Ta-tapi aku tidak punya baju ganti untuk malam ini."
"Sudah disiapkan semua. Kamu tenang saja, sayang. Percaya sama suami tampan kamu ini." jelas Dewa. Ia sudah memikirkan kebutuhan sang istri.
Tak lama sampailah Tami di apartemen pria itu. Ia mengedarkan pandangannya ke semua penjuru. Apartemen ini sangat luas dan perabotannya mewah semua. Sepertinya pria itu orang kaya.
"Ayo, kita ke kamar!" aja Dewa akan meraih tangan Tami.
"Apa?" dengan cepat wanita itu menyilangkan tangan di dadanya. Pria itu tanpa basa basi mau ngajak ke kamar saja. Meskipun mereka sudah menikah, tapi pakai pemanasan dululah.
"Aku ingin menunjukkan di mana kamar kita. Kalau kamu belum siap melakukannya sekarang, aku akan sabar menunggu." jelas Dewa menjawab wajah terkejut Tami. Istrinya itu pasti masih butuh adaptasi dengan dirinya.
Baru diajak ke kamar saja, ekspresinya sudah begitu. Bagaimana jika ia meminta hak malam ini, bisa-bisa wanita itu tantrum jadinya.
"Kita akan melakukannya di saat kamu siap. Siap menjadi istriku seutuhnya." jelas Dewa akan bersabar. Semua butuh proses. Ia ingin Tami menerima dan tidak terpaksa nanti saat melakukannya.
"Sudah, jangan dipikirkan lagi!" Dewa menggandeng sang istri ke kamarnya.
"I-ini kamar siapa?" tanya Tami. Kamarnya besar sekali.
"Kamar kita."
"Kita?" memastikan dengan mata mendelik.
Dewa mengangguk. "Kita akan tidur di kamar yang sama, di tempat tidur yang sama. Kamu tenang saja, aku akan menunggu sampai kamu siap,"
Bisa bertemu wanita itu dalam mimpinya saja, Dewa sudah sangat bersyukur. Apalagi menikahinya, ia tidak mau membuat Tami tidak nyaman padanya.
"Siap untuk disentuh." sambung Dewa kembali.
Glek... Tami menelan salivanya dengan susah. Siap untuk disentuh? Memikirnya saja sudah membuatnya bergidik ngeri.
"Tapi selama menunggu kamu siap untuk disentuh, aku tidak mau kita pisah ranjang!" jelas Dewa.
"Ma-mana pakaianku? Aku mau mandi!" Tami merasa gerah, ucapan pria itu dari tadi menjerumus ke sana terus.
"Sebelah sini!" Dewa membuka lemari pakaian dan menunjukkan pada Tami. Ia tadi sudah meminta Zol menyiapkan semuanya.
"A-apa ini?" tanya Tami membelalakkan matanya. Di lemari itu tergantung pakaian kurang bahan semua. Pakaian dinas malam. Pakaian penggoda iman.
Mulai dari berongga, tali satu, tembus pandang. Pakaian itu membuat Tami sesak nafas. Tidak ada kaos di sana.
Dewa tersenyum melihat isi lemari itu. Zol benar-benar sangat pengertian sekali. Sepertinya asistennya itu sudah berpengalaman. Padahal belum menikah, pasti Zol banyak menonton film panas.
"A-apa tidak ada pakaian lain?" tanya Tami. Jika ia memakai pakaian itu, sama saja memancing pria itu. Meski katanya pria itu akan sabar menunggu, tapi jika pakaiannya begitu, bisa saja pria itu jadi tidak sabaran.
"Besok lah, kita akan beli pakaian untuk kamu." ucap Dewa. Ia akan memenuhi apa yang kurang hari ini.
"Terus malam ini aku pakai apa, Pak?" tanya Tami. Tidak mungkin ia tidur memakai kebaya ini. Mana baju hitam putihnya tah ke mana lagi.
Dewa menunjuk dengan bibirnya ke arah pakaian wah-wah itu.
"Aku tidak mau memakai itu!" tolak Tami. Seumur-umur ia tidak pernah memakai pakaian begitu. Yang benar saja.
"Itu yang ada. Atau kamu tidak usah berpakaian saja." goda Dewa. Ia senang-senang saja jika Tami tampil tanpa busana.
"Apa?" Tami makin membelalak. Lagi-lagi ucapan pria itu terus menjerumus ke sana.
Dewa jadi terkekeh geli. Tami benar-benar sangat menggemaskan.
"Apa kamu malu, sayang? Sama suami sendiri ngapain malu." ucap Dewa seolah hal tersebut biasa. Padahal saat mengatakan itu dan membayangkannya, ada yang menggeliat di bawah sana.
Malas berdebat lagi, Tami membuka lemari di sampingnya. Ia akan memakai pakaian pria itu saja. Mengambil kaos berlengan pendek dan celana training. Lalu berlalu ke kamar mandi.
Tak lama,
"Astaga, sayang." Dewa terkekeh geli melihat Tami keluar dari kamar mandi. Memakai pakaiannya yang seakan tenggelam.
Tami mendengus, ia hanya memakai kaos pria itu. Yang di tubuhnya panjang kaosnya sampai lutut. Tidak jadi memakai training suaminya itu, karena training itu bisa boncengan dua orang.
"Jangan tertawa terus!" kesal Tami. Apa penampilannya sangat lucu. Biasanya kalau pakaian selututkan biasa dipakai emak-emak.
"Aku mandi dulu ya." Dewa mengelus kepala Tami, lalu masuk ke kamar mandi.
Setelah Dewa masuk ke kamar mandi, Tami membaringkan diri di tempat tidur empuk itu. Ia menyelimuti dirinya. Rasanya letih sekali seharian ini.
'Kenapa empuk sekali?' batin Tami. Tidak pernah merasakan tidur di tempat tidur seperti ini. Sudah empuk lembut lagi. Rasanya nyaman sekali.
Mata Tami pun sayup-sayup mulai tertutup. Ia mulai tidur.
"Sayang, kamu sudah tidur?" tanya Dewa setelah selesai mandi. Ia melirik Tami yang sudah berbaring saja.
Dewa ikut naik ke tempat tidur dan membawa tubuh Tami ke dalam pelukannya. Mengecup kening itu cukup lama dan memeluk istrinya dengan begitu erat. Seolah takut kehilangan wanita itu lagi.
'Istriku, aku harap ini nyata dan bukanlah mimpi.'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
semiga nyata ya Wa biar g kecewa km🤣🤣🤣🤣
2024-05-05
0
Lanjar Lestari
semiga nyata ya Wa biar g kecewa km🤣🤣🤣🤣
2024-05-05
0
atik
lanjut thor... semangat
2024-02-13
1