Hasrat Cinta Dan Dendam Sang Mafia

Hasrat Cinta Dan Dendam Sang Mafia

Bab 1

“Yasmin, tolong nanti mandikan Kinan ya, aku buru-buru soalnya, tadi dia tidak mau aku mandikan," pinta Lisa, kakak ipar Yasmin, yang terburu-buru berangkat kerja.

“Yasmin, kaos kakiku mana? Bukannya kemarin sudah dicuci?" tanya Uki, suami Yasmin yang sedang kelimpungan mencari kaos kakinya saat akan berangkat kerja.

Dengan cepat, Yasmin menemukan kaos kaki milik suaminya yang terselip di tumpukan baju.

“Sarapan dulu, Mas,” tawar Yasmin yang ditolak oleh suaminya karena sudah kesiangan.

Setelah suami dan 2 iparnya berangkat kerja, tinggal lah Yasmin sendiri bersama ibu mertuanya, juga Kinan, anak dari Lisa dan Hangga yang berusia 2 tahun. Mereka memang tinggal dalam 1 rumah. Hangga adalah kakak Uki, yang harus tetap tinggal bersama dalam rumah ibunya meskipun mereka sudah memiliki rumah tangga masing-masing, sesuai dengan amanat mendiang ayah mereka.

“Yas, setelah memandikan Kinan, bantu Ibu masak ya, jangan tidur lagi. Ibu lihat kamu malas sekali, jarang gerak, pantas saja sampai keguguran!” titah sang ibu mertua, pada Yasmin yang masih memulihkan kesehatannya paska tindakan kuretase 2 minggu yang lalu.

Yasmin hanya bisa menghela nafas panjangnya, ketika harus selalu bersabar akan ocehan mertuanya. Dirinya bahkan dianggap babu oleh suami dan keluarganya. Hanya karena ia hanya ibu rumah tangga dan mereka semua bekerja, seenaknya mereka selalu menyuruh Yasmin. Tak hanya itu, Kinan juga seolah menjadi tanggung jawab Yasmin untuk selalu mengasuhnya kala Lisa dan Hangga bekerja.

Parahnya, Yasmin bisa mengalami keguguran karena terlalu lelah mengurus pekerjaan rumah tangga yang dibebankan padanya. Sayangnya, tak sekali pun mereka semua menyadarinya. Yasmin tetap dianggap tak melakukan aktivitas apa pun, hanya karena ia di rumah saja.

“Padahal aku berhenti kerja juga karena harus pindah ke kota ini setelah kita menikah, ikut kamu, Mas, tapi kok kamu seakan tidak pernah berpihak padaku,” ujar Yamin memandangi foto pernikahannya dengan Uki 1,5 tahun yang lalu.

Saat akan membereskan kasur, ia menemukan ponsel milik suaminya yang tertinggal.

“Kebiasaan kamu, Mas, kalau sudah kesiangan suka lupa,” ucapnya sembari mengutak-atik ponsel suaminya itu.

Tak sengaja, ia melihat notifikasi yang muncul.

“Mas Uki, sudah berangkat?”

“Aku bawakan nasi goreng ayam suwir seperti kemarin lagi.”

“Sampai jumpa di kantor Mas Sayang, eh hehe.”

Deg. Jantungnya seakan terhenti sekian detik kala membaca notifikasi pesan itu. Bukan seperti pesan yang wajar antar teman biasa.

“Yasmin, Kinan menangis itu!” teriak Bu Emy, ibu mertuanya.

Seketika Yasmin bangkit dari duduknya, dan meletakkan ponsel suaminya di atas meja.

Ia pun segera menggendong Kinan, keponakannya yang tiba-tiba menangis. Belum juga tangis bocah itu reda, Bu Emy kembali mengingatkan Yasmin agar segera memandikannya lalu menyuapi cucunya itu. Mencoba terus menenangkannya, Yasmin lalu membawa Kinan ke kamar mandi.

Hingga 10 menit kemudian, ia selesai memandikan juga memakaikan baju yang bersih dan wangi untuk Kinan.

“Nih, makanan Kinan sudah ibu siapkan. Menunggu kamu lama!” Bu Emy menyodorkan mangkuk kecil milik Kinan.

Kinan yang harus selalu diajak bermain ketika makan, membuat Yasmin harus mengejarnya. Bocah se-usia Kinan memang sedang aktif-aktifnya, apalagi ketika 1 tahun yang lalu saat ia mulai bisa berjalan. Hingga sampai 30 menit berlalu, makanan Kinan masih tersisa setengahnya.

Bu Emy lalu menghampiri Yasmin dan saat melihat makanan masih tersisa separuh, mertuanya itu menegur Yasmin agar tidak mengajak Kinan bermain saat sedang makan.

“Bu, Kinan itu sulit makan. Kalau tidak sambil main, dia malah tidak bisa makan sebanyak ini,” bantah Yasmin.

“Ya sudah sudah, kalau dia sudah tak mau makan, ajak masuk rumah. Sekarang kamu bantu Ibu masak,” pinta mertuanya sembari masuk ke dalam rumah.

Saat akan masuk rumah, Uki kembali pulang.

“Kok kamu tidak ingatkan sih kalau ponselku ketinggalan, aku jadi telat karena balik lagi,” omelnya sembari masuk kamar.

Hanya diam, Yasmin tak bertenaga untuk menjawab ocehan suaminya itu yang langsung berangkat lagi setelah mengambil ponselnya.

Setelah memastikan Kinan tenang bermain di ruang tengah dengan ponselnya, Yasmin segera menuju dapur untuk membantu mertuanya memasak, seperti kesehariannya sejak menikah dengan Uki.

“Kamu itu, dari dulu sejak menikah dengan Uki, tetap saja tidak bisa masak. Cari uang tidak bisa, masak juga tidak bisa. Contoh kakak iparmu si Lisa, dia kalau masak enak lho, kerja lagi. Badannya juga bagus, padahal dulu waktu hamil Kinan gendut sekali ‘kan. Lha kamu, tidak ada beban kerja di kantor, hamil juga tidak tuntas, badan masih begini saja. Dijaga badannya, Yas, biar suamimu tidak kabur.” Bu Emy mulai menceramahi menantu nomor 2 nya itu.

Lagi-lagi, Yasmin hanya bisa diam. Antara sudah terbiasa dibanding-bandingkan dengan Lisa, juga karena ia sudah malas menanggapi omongan mertuanya itu. Sejujurnya, ia juga ingin sekali bisa kembali bekerja seperti sebelum menikah, tapi sampai saat ini belum juga mendapat panggilan, meski sudah dari lama ia mengirim lamaran ke banyak perusahaan. Statusnya yang sudah menikah dan usianya yang sudah di atas 25 tahun, seakan menyulitkan dirinya mendapatkan pekerjaan.

Bukan hanya pasrah, Yasmin bahkan pernah protes pada mertuanya itu, kenapa tidak memperkerjakan pembantu saja maupun baby sitter untuk Kinan, padahal Lisa dan Hangga sama-sama bekerja. Tapi jawaban mertuanya itu selalu sama. Hanya buang-buang uang, apalagi ada Yasmin yang menganggur. Menurut pengakuan mertuanya itu, gaji Lisa dan Hangga juga tak seberapa, akan habis begitu saja jika untuk membayar jasa pembantu, maupun baby sitter.

Yasmin lalu memberanikan diri bertanya pada mertuanya, jika suatu saat nanti ia bekerja, apa ibu mertuanya itu akan sanggup mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus Kinan sendirian.

“Ya kalau kamu kerja, setidaknya kalian bisa patungan untuk membayar pembantu, biar bisa mengurus pekerjaan rumah, juga membantu Ibu mengurus Kinan. Begitu saja kok repot!” jawab mertuanya ketus.

###

Hingga malam hari, saat semuanya telah berkumpul untuk makan malam, Yasmin ingin berbicara terlebih dahulu pada suaminya.

Ia lalu mengajak sang suami ke kamar. “Mas, tadi aku lihat di ponselmu ada notifikasi dari Winda, siapa dia? Kenapa dia panggil sayang?”

Seketika raut wajah Uki menegang. “Kok kamu lancang sekali buka-buka ponselku? Aku saja tidak pernah begitu!”

Yasmin lalu menjelaskan bahwa ia tak sengaja melihat notifikasi saat ponsel suaminya itu ketinggalan, dan tak membuka pesan tersebut. Ia kemudian menanyakan apa maksud pesan Winda itu. Yasmin memastikan bahwa hubungan suaminya dengannya itu hanya sebatas teman, meski terlihat janggal karena terbaca kata “sayang”.

“Dia teman kantorku. Di kantor itu, sudah biasa bagi-bagi makanan. Sudah biasa juga panggil sayang lah, beb lah, karena itu untuk kekompakan kita saja. Kerja itu menjenuhkan, kalau kita tidak pakai untuk bercanda dan saling berbuat baik pada rekan kerja yang lain, ya makin jenuh! Sudah ah, kamu tidak tahu waktu sekali, jelas-jelas suaminya baru pulang kantor dan belum makan malam, malah diajak berdebat!” jelas Uki lalu pergi meninggalkan istrinya sendiri di kamar.

Sementara itu keesokan paginya, saat semua orang selesai sarapan dan beberapa di antaranya tengah bersiap untuk berangkat ke kantor, Yasmin masih sibuk mencuci piring kotor bekas sarapan mereka.

“Yas, Kinan sudah aku mandikan tadi, sekarang dia masih tidur lagi, nanti jangan lupa suapi ya. Oh iya satu lagi, jangan beri dia ponsel ya karena aku tidak membiasakannya menatap layar lama-lama," pinta Lisa, kemudian berpamitan pada Bu Emy, dan berangkat bersama Hangga.

Yasmin mengangguk setengah kesal kala mendengar ucapan Lisa. "Bagaimana bisa tidak diberikan ponsel, kalau Kintan saja hanya tenang setelah menonton video kartun di ponsel. Kalau Kintan rewel, memang siapa yang akan bantu Ibu mengurus pekerjaan rumah? Bisa-bisanya berpesan begitu."

Lalu tak lama, Uki juga berpamitan pada ibunya. “Bu, Uki berangkat ya, teman Uki sudah jemput.”

“Yas, Mas berangkat dulu,” pamitnya juga pada istrinya yang baru saja selesai mencuci piring.

“Iya, Mas, hati-hati,” balas Yasmin sedikit berteriak karena suaminya itu sudah keluar rumah.

Dilihatnya dari jendela, terlihat seorang perempuan menjemput suaminya menggunakan motor, lalu mereka berpindah kemudi, perempuan itu berpindah duduk di belakang, mendekap perut Uki yang memboncengnya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!