Bab 20

Malam ini selesai pulang dari makan malamnya bersama Kenny, Yasmin segera masuk ke dalam kamar kosnya.

Saat menyalakan lampu kamar, dilihatnya amplop coklat yang sepertinya telah dimasukkan oleh seseorang, melalui sela-sela lubang bawah pintu kamarnya. Dibacanya kop pada amplop yang bertuliskan Pengadilan Agama. Hatinya tak karuan saat perlahan membukanya.

Dibukanya map dalam amplop coklat itu, yang berisikan sebuah kertas.

Akta Cerai.

Yasmin membawanya menuju ke dekat jendela kamarnya. Dengan menelan salivanya, ia baca perlahan setiap tulisan yang tertera di dalamnya. Hingga tak sadar air matanya menetes, dan semakin deras.

Sedih sekaligus lega menjadi satu. Tak mungkin tak ada yang menangis kala melihat pernikahannya runtuh begitu saja. Meski memang ini lah jalan yang terbaik, tapi pernikahannya bersama Uki adalah momen terindah baginya, yang tak pernah disangka akan berakhir secepat ini.

Diletakkannya kertas itu di atas meja. Disekanya berkali-kali air matanya yang tak mau berhenti menetes, bahkan jatuh semakin deras. Tubuhnya melemah hingga meringkuk, seakan ingin sekali mendapat kekuatan untuk menegarkan hatinya.

Yasmin lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Ethan. Dengan nada terbata dan terisak, ia mengucapkan terima kasih pada bosnya itu yang sudah membantunya mengurus proses perceraiannya. Tak terdengar suara Ethan, hingga panggilan itu ditutup.

Dari bawah, di seberang jalan kos Yasmin, tampak Ethan yang sedari tadi melihat Yasmin berdiri dan menangis di balik kaca jendela kamarnya. Seolah ingin berada di dekatnya untuk menguatkan, tapi ia hanya bisa melihat dari jauh. Ethan kemudian menyeka dengan kasar air matanya yang terjatuh, sembari memasukkan kembali ponselnya di saku celananya.

###

Keesokan paginya saat akan berangkat kerja, seorang kurir berhenti di depan rumah Uki.

Uki yang sudah bersiap tancap gas dengan motornya itu, terpaksa menghentikan mesin motornya untuk menerima paket dari kurir tersebut.

Dibukanya dengan cepat paket yang terbungkus plastik itu.

“Hah?” ujarnya terkejut kala melihat isi map dari amplop coklat itu.

“Tidak! Kenapa bisa secepat ini. Aku bahkan hanya sekali mendapat surat gugatannya dan belum pernah menghadiri sidangnya sekali pun, tapi kenapa putusannya sudah keluar,” ujarnya terheran.

Setengah menahan air matanya, Uki tak percaya. Belum juga ia bisa menemukan Yasmin, tapi akta cerainya sudah keluar. “Aku akan cari kamu, Yas. Kamu menceraikanku tanpa berbicara langsung padaku.”

Ia lalu kembali ke rumah untuk meletakkan surat cerainya di kamar.

“Itu apa, Mas?” tanya Winda yang baru saja membereskan kasurnya.

“Benar-benar keterlaluan si Yasmin, tanpa aba-aba dia menggugatku, sekarang bahkan aktanya sudah keluar,” jawab Uki sedikit emosi, meski ia berusaha menahan air matanya.

“Ya sudah lah, Mas, orangnya juga sudah pergi ini. Lupakan saja, Mas. Kamu juga masih punya istri kok,” tutur Winda santai.

“Tapi kamu dengan Yasmin itu berbeda! Ah tau lah, aku berangkat dulu,” pamit Uki masih dengan perasaan kesal dan sedihnya.

Sementara Winda juga menjadi emosi mendengar suaminya seolah membandingkan dirinya dengan Yasmin. “Dulu saja tergila-gila denganku. Lihat saja nanti kamu, Mas!”

Bu Emy yang ikut mendengar kabar perceraian ini, ikut menyuarakan suara sumbangnya untuk Winda, bahwa selama Yasmin menjadi menantunya, ia masih bisa diandalkan, berbeda dengan Winda yang hanya menjadi beban di rumah mereka. "Tahu begitu Ibu tidak merestuimu dulu dan meminta Uki mempertahankan rumah tangganya bersama Yasmin, setidaknya, Ibu masih dapat jatah dari dia yang bekerja."

Winda pun dibuat kesal oleh ucapan mertuanya.

Sementara itu, ojek langganan Yasmin yang baru saja tiba di depan kosnya, siap mengantarnya berangkat ke kantor.

“Saya itu kadang heran sama Bos E, Mbak. Kenapa tidak dia sendiri saja yang mengantar Mbak Jasmin. Minta saya yang antar jemput, tapi dia selalu mengikuti dari belakang,” ujar tukang ojek yang fokus mengendarai motornya.

Yasmin hanya tersenyum, lalu menoleh ke belakang untuk memastikan Ethan benar mengikutinya.

Hingga saat berhenti di perempatan lampu lalu lintas, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak memanggil Yasmin.

“Yas, Yasmin, berhenti, Yas.”

Sontak Yasmin menoleh ke arah kiri. “Mas Uki?”

Ia lalu meminta tukang ojek untuk ngebut ketika lampu sudah berubah hijau. Hingga terjadi kejar-kejaran antara 2 motor itu. Ethan yang memperhatikan hal ini, segera ikut melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan beberapa kali membunyikan klaksonnya, bermaksud mendistraksi motor Uki.

Aksi heroik Ethan yang menyalip motor Uki, membuat mantan suami Yasmin itu kehilangan jejak.

Seketika Yasmin lega, karena Uki tak terlihat mengejarnya, meski masih ada kecemasan dalam hatinya jika bertemu lagi dengan Uki.

Hingga beberapa menit kemudian, tiba lah ia di kantornya. Dilihatnya mobil Ethan yang selalu mengikutinya, tapi tak lagi tampak. Yasmin kemudian bergegas masuk ke dalam kantornya.

Baru juga sampai di mejanya, ponsel Yasmin berdering tanda ada pesan masuk, yang ternyata dari Kenny.

“Jasmin, pulang kantor aku jemput ya, boleh?”

Merasa target sudah masuk ke dalam perangkapnya, Yasmin mengiyakan penawaran Kenny. Tak lupa, ia mengabarkan hal ini pada Ethan untuk memintanya tak mengikuti ketika pulang kantor. Hal ini bisa membuat Kenny curiga.

“Segera lakukan tugasmu dengan cepat, minta lah sesuatu padanya!"

Pesan Ethan untuk Yasmin.

###

Sore hari, saat Yasmin baru saja keluar dari lobi kantornya, Kenny ternyata sudah menunggunya di depan kantor.

“Kamu sudah dari tadi, Ken?” tanya Yasmin saat menghampirinya.

“Belum kok, yuk,” ajak Kenny membukakan pintu mobilnya.

Saat akan duduk di kursi samping kemudi Kenny, tersandar buket bunga yang begitu besar. Yasmin mengambil dan menciumnya. “Ini bunga siapa?”

“Bukan bunga siapa, tapi buat siapa. Buat kamu,” ujar Kenny tersenyum.

Terlihat bingung, Yasmin mengatakan bahwa ia tak sedang berulang tahun.

“Tidak perlu menunggu ulang tahun ‘kan, untuk memberi bunga, suka?” tanya Kenny memastikan Yasmin menyukainya.

Yasmin tersenyum mengangguk dan memuji kecantikan bunga di pelukannya itu.

“Oh iya, Ken. Apa di restoranmu ada lowongan paruh waktu? Misalnya untuk sabtu minggu dan malam hari. Aku bermaksud ingin mencari penghasilan tambahan untuk membayar hutang keluargaku dulu,” ujar Yasmin berbohong.

Dengan mengernyitkan dahinya, Kenny mempertanyakan apakah Yasmin tak lelah bila bekerja setiap hari, dari pagi hingga malam.

Yasmin menggeleng, lalu tersenyum, kemudian meyakinkan Kenny bahwa ia sudah terbiasa bekerja keras.

Dengan iba, Kenny memperhatikan perempuan di sampingnya itu. “Aku rasa sudah tak ada lowongan, Jas. Aku juga tidak tega kalau melihatmu bekerja tanpa henti seperti itu, kamu bisa sakit. Kalau boleh aku tahu, berapa hutang keluargamu?”

“Tersisa 100 juta, 50 juta sudah aku bayar dulu, dari kerja kerasku dan jual beberapa perhiasan ibuku,” karang Yasmin.

Tak terdiam, Kenny lalu menawarkan untuk membayar hutang Yasmin. Yasmin berpura-pura menolaknya. Ia tak mau dicap sebagai perempuan matre, seperti pesan Ethan, bahwa ia tak boleh terlihat matre.

Tak setuju dengan Yasmin, Kenny justru melihat Yasmin sebagai pekerja keras. Ia justru bangga pada perempuan seperti dirinya. Untuk itu, Kenny menawarkan bantuannya sekali lagi.

Yasmin berpura-pura tetap menolaknya, karena hubungan mereka yang baru kenal, seakan tak pantas jika Kenny memberikan bantuan uang padanya sebesar itu.

Cara terakhir, Kenny lalu membujuk Yasmin agar menerima bantuannya sebagai pinjaman. “Setuju?”

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!