Tak lama kemudian, suaminya itu tiba di rumah.
“Mas, dari mana saja?” tanya Yasmin yang berusaha kembali baik pada suaminya.
“Ya kerja lah! Sudah, siapkan baju-bajuku untuk besok. Aku akan dinas ke luar kota 2 hari. Jangan banyak tanya!” titah Uki.
“Kenapa mendadak?” tanya Yasmin yang tiba-tiba merasa curiga dengan sikap suaminya itu.
“Dengan orang-orang kantor, Mas?” Yasmin memberanikan diri bertanya lagi.
Uki yang sudah telanjang dada akan mandi, menoleh ke arah Yasmin. “Bukan, sama orang hutan! Ya jelas sama orang kantor lah! Aku ini hanya bawahan, bukan yang punya kantor, sudah risiko jika diberi tugas ke luar kota dadakan!”
Tak ingin lagi bertanya, Yasmin segera menyiapkan tas besar milik suaminya, yang diisi beberapa baju dan barang-barang penting lainnya untuk 2 hari ke depan, meski hatinya masih kalut entah mengapa.
Hingga keesokan pagi harinya, saat akan berangkat tugas, suaminya itu tak terlihat dijemput Winda. Tapi tetap saja, ia tak bisa berpikir positif begitu saja. Bisa jadi ini rencana mereka agar tak ketahuan.
“Ah sudah lah, aku harus bersiap juga sekarang. Aku tidak boleh terlambat, ini kesempatan emasku!” ucap Yasmin pada dirinya sendiri.
Saat selesai berdandan rapi, Yasmin berpamitan pada mertuanya, untuk berangkat tes kerja.
“Kinan sudah dimandikan? Sudah disuapi? Kok main pergi pergi saja!” tegur sang mertua saat melihat menantunya itu berpakaian rapi.
“Sudah kok, Bu. Yasmin sengaja mengurus Kinan lebih awal, karena Yasmin akan ada tes kerja. Yasmin pergi dulu ya, Bu, doakan berhasil,” pamit Yasmin.
Tak menjawab, Bu Emy hanya mencibir menantunya itu. “Gayanya selangit, diterima juga belum tentu.”
20 menit perjalanan dengan ojek online, sampai lah Yasmin di tempat calon kantornya.
Setelah bertanya pada satpam, ia diarahkan untuk langsung menuju ke lantai 3, ke ruangan Pak Ethan. Gugup melanda, Yasmin meyakinkan dirinya sendiri, pasti bisa melalui pagi ini dengan baik. Segera dicarinya ruangan yang dimaksud, setibanya di lantai 3.
Diketuknya pintu yang bertuliskan “Mr. Ethan”
Dari dalam, terdengar suara perintah yang menyuruhnya masuk.
“Pagi, Pak,” sapa Yasmin dengan sopan.
Seorang lelaki berusia 35 tahun itu lalu meminta Yasmin untuk duduk di hadapannya.
Sembari membaca beberapa kertas di tangannya, lelaki itu mulai mewawancarai Yasmin.
“Apa tujuanmu melamar kerja? Dari CVmu, kamu sudah lama vakum. Hampir 2 tahun lamanya,” ucap Ethan, CEO kantor tempat Yasmin melamar kerja.
Dengan tegas, Yasmin menjawab bahwa ia memang terpaksa resign dari pekerjaan sebelumnya, karena setelah menikah harus ikut dengan suaminya yang berbeda kota, lalu ia juga mengungkapkan bahwa dirinya ingin kembali bekerja karena ingin memiliki penghasilan sendiri.
“Sudah melamar kerja sedari kapan setelah menikah?” lanjut Ethan.
Yasmin kemudian menjawab bahwa ia telah hampir satu tahun lamanya melamar kerja tapi belum juga ada panggilan, dan baru beberapa minggu lalu ia melamar kerja di sini, saat ada lowongan.
Ethan juga bertanya apakah Yasmin sudah memiliki anak hasil pernikahannya.
“Belum, Pak. Saya baru saja keguguran,” jawab Yasmin setengah menunduk.
“1.5 tahun menikah dan belum punya anak. Lalu ingin melamar kerja. Bisa ceritakan kehidupanmu sehari-hari?” Ethan kembali bertanya.
Yasmin mulai menjelaskan bahwa sehari-hari, yang ia lakukan adalah membantu mertuanya mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh keponakannya.
“Bagaimana kalau kamu bekerja, siapa yang akan membantu mertuamu dan mengasuh keponakanmu?” Ethan melanjutkan pertanyaannya.
Mengawalinya dengan meminta maaf, tanpa bermaksud apa pun, Yasmin mengungkapkan bahwa itu semua bukan lah tugasnya. Keponakannya bukan lah tanggung jawabnya. Ia sengaja diminta mengasuh keponakannya hanya karena ia tak bekerja dan dianggap menganggur. Sehingga, itu juga salah satu alasan mengapa ia sangat ingin kembali bekerja. Soal membantu mertuanya, Yasmin merasa tak adil karena menantunya yang lain tak mendapat tugas yang sama.
“Lalu bagaimana kalau ternyata kamu tidak diterima?” Pertanyaan Ethan seketika membuat semangat Yasmin memudar.
Tak ingin kembali ke rumah tanpa pekerjaan, Yasmin tak malu memohon pada lelaki tersebut.
“Pak, saya mohon, saya butuh sekali pekerjaan ini. Saya harus punya penghasilan sendiri agar tidak dianggap remeh oleh mertua, ipar, juga suami saya. Saya juga ingin punya penghasilan sendiri agar bisa merawat tubuh saya, karena suami saya terpikat dengan teman kerjanya yang lebih cantik. Saya mohon, Pak, saya akan bekerja dengan baik. Saya lulusan sarjana, dan memiliki pengalaman kerja 2 tahun sebelum saya menikah.”
Tampak diam, Ethan tak merespons apa pun.
“Silakan keluar, info lebih lanjut akan kami hubungi lagi nanti,” ujar Ethan yang tetap dingin, beberapa detik kemudian.
Seketika Yasmin menunduk lesu. Perasaannya berbicara bahwa kemungkinan besar ia tak diterima karena alasan yang ia kemukakan terlalu internal. Ia pun pulang dengan perasaan kecewa sepanjang perjalanan dari kantor hingga sampai rumah.
“Bagaimana? Kok lesu? Tidak diterima ya?” remeh Bu Emy saat Yasmin baru saja pulang dengan wajah ditekuk.
Ibu dari Uki itu lalu meminta Yasmin segera menidurkan Kinan yang sedari tadi rewel.
Hati Yasmin benar-benar remuk, harapan satu-satunya pupus seketika. Entah bagaimana nasibnya kelak, jika harus hidup dengan tekanan batin seperti ini. Tak ada tenaga untuk menyuarakan protesnya, hanya tersisa air matanya yang menetes.
Sembari menidurkan Kinan, Yasmin terus merenungi nasibnya.
Lalu tiba-tiba, ia teringat pada suaminya. Semalam ia sudah berencana akan mencari tahu apakah benar Uki sedang ditugaskan ke luar kota. Ia juga ingin tahu dengan siapa suaminya itu bertugas. Yasmin kemudian memberanikan diri menelepon kantor tempat suaminya bekerja.
“Halo selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?” sapa resepsionis.
“Ya, Mbak. Boleh saya disambungkan dengan Pak Uki, divisi pemasaran? Beberapa hari lalu saya ada pembelian dengan beliau,” bohong Yasmin.
“Maaf, Pak Uki sedang cuti hari hari ini. Bisa hubungi lagi lusa ya,” saran resepsionis tersebut.
Yasmin lalu meminta agar disambungkan dengan Winda, ia mengaku Winda juga membantu proses pembeliannya saat itu. Sejujurnya, ia tak tahu apakah wanita selingkuhan suaminya itu tersebut 1 divisi dengan Uki atau tidak, karena Yasmin hanya asal tebak. Tapi tak disangka, resepsionis tersebut mengatakan bahwa Winda juga sedang mengajukan cuti.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments