Bab 15

Sementara itu di rumah Bu Emy, suasana keributan masih sangat kental terasa. Winda yang dianggap tak bisa apa-apa selain membebani Uki, mulai dibanding-bandingkan dengan Yasmin. Meskipun dulu Yasmin hanya seorang ibu rumah tangga, tapi ia cukup banyak membantu mertua dalam mengurus rumah dan mengasuh Kinan. Sementara Winda lebih sering menolak untuk membantu pekerjaan rumah.

“Ayo makan, jangan lama-lama dong, Tante lelah juga ini,” kesal Winda saat menyuapi Kinan.

Sikap Winda yang tak keibuan seperti Yasmin, membuat Kinan tak nyaman berada di dekatnya dan sering menangis. Hal ini pun membuat Bu Emy yang sudah lelah mengurus rumah, semakin tersulut emosi. “Menyuapi Kinan saja tidak becus, bisamu apa? Rumah belum juga bersih, masakan juga belum matang, ini tambah lagi bikin rewel Kinan, pusing Ibu!”

“Bu, Kinan ‘kan anaknya Mbak Lisa, ya dia dong yang seharunya mengasuh, kenapa malah aku! Aku sedang hamil, Bu, aku tidak boleh kelelahan,” tegas Winda pada mertuanya.

Rumah tangga yang dibayangkan begitu indah, ternyata sangat berbanding terbalik dengan kenyataannya.

“Sudah sudah, biar Kinan Ibu yang urus. Pergi sana ke warung beli bawang seperempat saja, habis itu kupas, Ibu mau masak!” titah Bu Emy meminta menantunya.

Winda lalu menengadahkan tangan kanannya, bermaksud meminta uang untuk membeli bawang, tapi tak disangka, Bu Emy malah meminta Winda memakai uang bulanan dari Uki.

“Bu, itu ‘kan uang pribadi Winda, uang nafkah untuk Winda, bukan untuk keperluan rumah. Mas Uki ‘kan juga sudah beri Ibu untuk uang dapur, kenapa masih minta Winda?” Winda tak terima uang bulanannya harus dibagi dengan mertuanya.

Semakin kesal dengan tingkah menantunya itu, Bu Emy kembali mengatai bahwa Winda benar-benar tak bisa diandalkan, dan bukan seorang menantu yang baik. Ia kembali membandingkan dengan Yasmin yang selama ini masih bisa diandalkan. Bahkan, Bu Emy juga meminta agar Winda pergi saja dari rumah ini, kalau perlu bercerai sekalian dengan Uki. Kehadiran Winda tak memberikan manfaat untuknya.

Tak terima dengan perlakuan mertuanya, Winda meninggalkannya begitu saja ke kamar.

Hingga keributan itu tak juga mereda sampai sore hari, saat yang lain telah sampai rumah sepulang kerja.

Uki yang lelah, kembali mendapat rengekan dari istrinya, agar mereka segera pindah rumah. Winda mengaku sudah tak mau bertahan lagi di rumah ini. Begitu pun juga dengan Bu Emy yang mengadu pada Uki jika Winda benar-benar tak ada gunanya.

“Sana, suruh pergi saja istrimu yang tak bisa apa-apa itu!” tukas Bu Emy.

“Sudah dong, Bu, Win, Uki pusing dengar pertengkaran kalian setiap hari!” teriak Uki membuat suasana menjadi hening seketika.

Uki lalu keluar rumah dan merokok di teras rumahnya. Ia yang lelah, semakin dibuat pusing dengan suara sumbang di rumahnya. Semakin hari ia semakin merindukan sosok Yasmin. “Kamu di mana sih, Yas? Kenapa tiba-tiba ingin bercerai, padahal kemarin kita masih baik-baik saja? Pulang lah, Yas, Mas ingin bicara berdua denganmu.”

###

Malam ini, Yasmin yang sudah dijemput Ethan, siap melaksanakan tugas berikutnya.

"Biasanya, Kenny pergi ke klub ini setiap hari Selasa. Jadi, pura-pura saja kamu sedang ada masalah di kantor, dan ingin melepas penat di klub. Atur ketidaksengajaanmu bertemu Kenny di sana. Cari dia, dan duduk lah tak jauh darinya,” tutur Ethan memberikan pengarahan saat mereka telah tiba di parkiran salah satu klub malam elit, lalu mengambil sejumlah uang dari dompetnya dan memberikannya untuk Yasmin.

Yasmin melongo saat melihat nominal uang yang Ethan berikan. Meski hanya 1 juta, tapi cukup besar baginya. Apalagi, baru 2 hari yang lalu Ethan juga memberinya uang dengan nominal yang sama. Yasmin lalu bersiap turun.

Tetapi, saat baru saja membuka pintu mobil, Ethan menarik tangannya dan memandanginya begitu dekat, hingga mereka saling berpandangan sekian detik. “Hati-hati.”

Yasmin mengangguk lalu turun dari mobil, dan mulai memasuki area klub

Dengan celingukan, Yasmin mencari-cari keberadaan Kenny. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu sambil menepuk dahinya. “Terus nanti yang jemput aku pulang dari sini siapa? Memang ada ojek semalam ini? Aduh, kenapa bisa lupa tanya si bos sih.”

Setelah lumayan lama memperhatikan setiap sudut ruangan yang gemerlap dan berisik, pandangannya tertuju pada seorang lelaki yang dikenalnya. Lampu remang-remang tak menghalangi matanya untuk menemukan Kenny. Ia lalu mengambil tempat duduk tak jauh dari meja Kenny yang sedang duduk bersama teman-temannya, dan berpura-pura tak melihatnya.

Yasmin bersikap sealami mungkin selama di sana, meski ia sangat gugup. Lalu, ia memesan minum, meski sangat canggung karena takut jika cara pesannya keliru. Bagaimana pun, ini adalah kali pertamanya datang ke klub malam.

Sembari menikmati musik, Yasmin meminum minuman yang dipesannya, tentunya yang tak memabukkan. Sejujurnya, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Sungguh tugasnya ini begitu sulit, seakan seimbang dengan fasilitas dan bayaran yang diterimanya.

Lalu tiba-tiba, seseorang menepuk pundak Yasmin hingga membuatnya risih. Dihempaskan tangan itu, yang ternyata adalah seorang lelaki yang sedikit mabuk. Yasmin berdiri, dan berpindah meja di sebelah.

Kenny yang sedang mengobrol bersama temannya, tak sengaja melihat Yasmin yang baru saja duduk. Ia lalu menghampirinya. “Hai, Jasmin?

Yasmin yang setengah menunduk, mendongakkan kepalanya. “Eh hai.”

“Wah, kok bisa kita ketemu lagi di sini? Kamu sendirian? Boleh aku temani?” tawar Kenny lalu duduk di sebelah Yasmin

Kenny lalu menanyakan mengapa Yasmin bisa ada di klub sendirian.

“Lagi pusing dengan pekerjaanku. Kalau tidak kerja tidak punya uang, tapi kalau kerja, bikin pusing setiap hari,” canda Yasmin.

Kenny juga menanyakan apakah perempuan di dekatnya itu sering berkunjung ke klub, karena ia baru kali ini melihatnya.

Yasmin menggeleng. “Ini baru pertama kalinya aku ke klub. Kata orang, kalau sedang pusing di sini tempat yang pas.”

Kenny tersenyum, lalu memesan minum lagi.

Mereka lanjut mengobrol, Kenny tampak tertarik dengan kepolosan Yasmin. Seakan sesuai dengan kriterianya, yang menyukai perempuan polos dan tapi mulai terbuka dengan dunia luar. Persis seperti apa yang Yasmin lakukan, mulai dari mencoba restoran mahal, hingga ke klub malam sendirian.

1 jam berlalu, Kenny lalu menawarkan untuk mengantarkan Yasmin pulang, saat Yasmin akan berpamitan, dan tentu Yasmin mengiyakan penawaran Kenny karena ini adalah kesempatan baginya untuk lebih dekat.

Selama di mobil, mereka terus mengobrol bak teman lama, hingga 20 menit kemudian, mobil Kenny sampai di depan kos Yasmin.

“Ken, sekali lagi terima kasih ya, kamu baik sekali. Karena sudah malam, mungkin next kali ya, kamu bisa mampir. Hati-hati di jalan, Ken,” ujar Yasmin bersiap turun dari mobil.

“Sama-sama, kamu juga baik dan ramah. Sampai jumpa, Jas,” pamit Kenny kemudian melajukan mobilnya, setelah Yasmin keluar dari mobil.

Saat mobil Kenny telah pergi dan Yasmin sudah menaiki tangga kosnya, sebuah mobil berhenti di depan kos, seorang lelaki di dalamnya terlihat tersenyum lega melihat kejadian ini.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!