Bab 8

Seperti hari kemarin, siang ini Yasmin akan menjalani perawatan lanjutan untuk membenahi tubuh dan wajahnya. Namun, sebelum berangkat, Nayla sempat bertanya padanya ke mana Yasmin jika hari sudah siang. Hal ini pun dijadikan kesempatan bagi Yasmin untuk mendiskusikan perintah bosnya yang tak wajar ini pada teman kerjanya.

Secara rinci Yasmin menjelaskan bahwa bosnya itu sedari awal menerimanya untuk membantu membalaskan dendamnya pada suami dan keluarganya. Hingga kini selama 1 bulan penuh, Yasmin harus melakukan perawatan di klinik yang ditunjuk Ethan. Yasmin juga diantar pulang setelah dari klinik, menggunakan mobil mewah milik bosnya. Tak hanya itu, baru hari pertama kerja saja, ia sudah diberi uang 5 juta oleh Ethan.

"Aku merasa diratukan, Nay. Tapi aku takut, karena niatku hanya ingin kerja dan cari uang, tapi kok jadi begini,” cemas Yasmin.

Setengah berpikir, Nayla mulai mengutarakan opininya. “Ada 2 kemungkinan sih Yas, yang pertama adalah bisa jadi Pak Bos memang maunya to the point, karena kamu maunya balas dendam, ya sudah dia langsung membantu rencanamu. Atau bisa jadi yang kedua begini, emmm, aku takut ada imbalannya. Karena tidak mungkin kalau Bos Ethan membiayai perawatanmu tanpa pamrih.”

Seakan opsi kedua adalah yang paling masuk akal, Yasmin semakin panik. “Atau jangan-jangan, aku mau dijadikan wanita malam.”

Nayla terdiam. Ia tak setuju jika itu alasannya. Karena yang ia tahu, selama ini bosnya itu memang memiliki perhatian khusus untuk wanita-wanita tersakiti korban perselingkuhan. Jadi, tak mungkin jika Ethan akan menjerumuskan mereka ke dalam lembah penyiksaan yang lain, karena dia sangat melindungi para wanita ini.

Belum selesai mereka berdiskusi, anak buah Ethan yang selalu mendampingi Yasmin, menghampirinya untuk segera mengajak Yasmin berangkat.

“Mario, tunggu!” panggil Yasmin pada anak buah Ethan itu.

“Saya mau tanya sesuatu, menurut kamu, apa alasan Pak Ethan mau membiayai saya melakukan perawatan?” tanya Yasmin sembari berjalan di belakang Mario.

“Saya tidak tahu, Nona. Saya hanya diperintahkan untuk mendampingi Nona Yasmin saja,” tegasnya, lalu membukakan pintu mobil untuk Yasmin.

Tak ingin lagi bertanya, Yasmin hanya bisa menebak-nebak dalam hatinya, apa sebenarnya tujuan Ethan padanya.

###

Sementara itu di rumah, Bu Emy terlihat sedang kerepotan mengejar cucunya yang berlari ke sana ke mari.

“Kinan, sudah mainnya, eyang lelah,” pintanya dengan menggandeng paksa cucunya itu masuk ke dalam rumah.

Dengan muka penuh amarah, Bu Emy menidurkan cucunya. Pagi ini ia belum sempat beres-beres rumah, hingga rumahnya begitu terlihat berantakan. Sedari pagi ia memandikan dan menyuapi cucunya yang susah makan itu. Hingga siang hari Kinan tak juga mau tidur dan terus rewel kalau tidak diajak bermain.

Ketika malam tiba, saat anak-anak Bu Emy pulang, ia langsung memarahi Lisa dan Hangga. “Lihat, Ibu kelelahan seharian mengurus Kinan. Anak anak siapa, yang repot siapa. Kalau tidak segera ambil jasa pengasuh, Ibu tidak mampu lagi!”

“Masak sama cucunya sendiri begitu sih, Bu,” ujar Lisa minta dikasihani.

Mendengar pertikaian antara mertua dan menantu ini, membuat Yasmin yang tiba di rumah hampir bersamaan dengan Lisa dan Hangga, hanya bisa diam sambil menahan senyum kepuasannya. Ia yang tak peduli, langsung masuk kamar begitu saja tanpa mau ikut campur dengan perdebatan mertua dan iparnya itu. Bahkan dari dalam kamar pun, ia masih bisa mendengar perdebatan Lisa, Hangga, dan ibunya yang seakan tak juga menemui ujung.

“Lelah ‘kan, Bu. Itu yang Yasmin rasakan selama 1 tahun ini semenjak Kinan mulai bisa berjalan, sampai punggung Yasmin sakit harus menemaninya setiap hari, belum lagi kalau Ibu minta Yasmin bantu-bantu di dapur dan bersih-bersih rumah. Yasmin kehilangan bayi Yasmin sendiri juga karena itu semua,” gumamnya lirih sembari menahan sakitnya kala teringat nasibnya dulu.

Hingga tak lama, dari jendela kamarnya, Yasmin melihat suaminya yang baru saja diantar Winda pulang. Mereka tampak begitu mesra. “Puas-puaskan dulu, Mas. Kamu sedang kasmaran saja, paling sebentar lagi kalau sudah mendapatkannya, rasanya akan biasa saja.”

Perlahan, ia memang sudah mulai terbiasa dengan sikap suaminya itu yang semakin terang-terangan menunjukkan perselingkuhannya. Perawatan yang ia jalani sedikit banyak memberikan efek ketenangan padanya untuk menghadapi semua ini. Dukungan dari bosnya juga tak kalah berpengaruh pada mentalnya.

Melihat pertengkaran ipar dan ibunya, Uki yang lelah sepulang bekerja, seakan merasa bising hingga langsung masuk kamar.

“Semenjak kamu kerja, rumah jadi sering berisik,” adu Uki pada istrinya.

“Jangan salahkan aku dong, Mas. Kinan ‘kan anaknya Mbak Lisa dan Mas Hangga, kok aku yang disuruh jaga. Orang tuanya dong yang harus bertanggung jawab. Kita saja sampai kehilangan bayi kita gara-gara aku yang terlalu lelah mengurus Kinan,” jawab Yasmin cuek.

"Memang kalau kita punya anak, apa aku juga yang harus urus Kinan? Apa aku dibayar? Lalu anak kita bagaimana kalau aku sibuk mengurus keponakanmu?" lanjut Yasmin.

Sementara Uki tetap diam tak bisa menjawabnya.

Saat Yasmin keluar kamar dan akan menuju kamar mandi, Bu Emy seakan ingin menyemprotnya. Ia menganggap, gara-gara Yasmin lah rumah menjadi ribut setiap hari. Tapi sebelum mertuanya itu membuka mulut singanya, Yasmin segera menyapa dan mengambilkan sesuatu untuk diberikan padanya.

“Bu, tadi teman Yasmin ada yang ulang tahun, karena dia ada bisnis sampingan jualan gamis, jadi dia bagi-bagi gamis juga ke Yasmin. Tapi sepertinya, gamis ini cocok kalau dipakai Ibu, jadi buat Ibu saja, buat pengajian,” bohong Yasmin lalu menyodorkan gamis yang masih terbungkus plastik itu.

Raut wajah Bu Emy seketika berubah 360 derajat. Dengan sumringah ia pandangi gamis itu yang langsung dikeluarkannya dari plastik. Mertuanya itu lalu berterima kasih pada Yasmin dan bersemangat untuk segera mencobanya.

Padahal, gamis itu memang sengaja Yasmin beli saat melewati pasar tadi siang saat perjalanan ke klinik.

Saat makan malam tiba, kali ini Bu Emy juga mengajak Yasmin ikut makan sekalian.

“Lisa, Hangga, kalau kalian tidak segera cari pengasuh atau minimal pembantu, lebih baik Lisa tak usah kerja saja, percuma! Kerja juga dapatnya tak seberapa, kamu kasih Ibu uang juga jarang kok. Mending bantu Ibu saja di rumah, dan urus anakmu itu, dia butuh kamu sebagai ibunya. Kalau Kinan sudah besar, baru kamu menyesal karena tak pernah ada untuknya!” ketus Bu Emy.

Yasmin seakan dengan cepat menghabiskan makanannya agar tak bising berada di meja makan. Bagaimana tidak, setiap saat mertuanya itu bertengkar dengan anak dan menantunya. Segera Yasmin membawa piring dan gelas kotornya ke wastafel untuk dicuci agar ia tak disuruh mencuci semua piring orang-orang itu, lalu kembali ke kamar.

Saat di kamar, ponsel Uki menyala-nyala tanpa dering. Tertera tulisan di layar ponsel tersebut. Winda memanggilnya. Sengaja ingin mengangkatnya, Yasmin mengurungkannya. Namun, saat melihat suaminya yang masih di meja makan, ia memberanikan diri untuk mengangkat panggilan wanita itu.

“Mas Uki, aku hamil.” Terdengar suara parau wanita itu dari ujung telepon.

Seketika tubuh Yasmin bergetar dan mendingin, pandangannya mengabur karena basah akan air mata.

Saat yang bersamaan, Uki memasuki kamar lalu merebut ponselnya dari tangan Yasmin, dan didengarnya suara dari panggilan telepon itu.

“Mas, ingat janji kamu ‘kan kalau ternyata aku sampai hamil?” Winda melanjutkan ucapannya di telepon.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!