Terasa seperti mimpi, wanita berusia 27 tahun itu menampar pipinya berkali-kali. Baru diingatnya, bahwa ia memang pernah melamar kerja di perusahaan tersebut sebagai admin, beberapa minggu lalu, tak lama setelah dirinya dikuret. Dibacanya terus menerus undangan itu. “Lusa? Aku harus siap-siap dari sekarang!”
Di sela-selanya membantu sang mertua mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus keponakannya, Yasmin mempersiapkan dirinya untuk mengikuti wawancara kerja yang akan dilaksanakan lusa. Ia tak ingin melewatkan kesempatan ini.
Mulai dicarinya di internet, semua pertanyaan yang mungkin saja akan ditanyakan dalam wawancara nanti. Hingga tiba-tiba, terbesit di otaknya untuk membuka sosial media sang suami. Entah mengapa ia kembali teringat akan rencananya kemarin, untuk mencari tahu hubungan suaminya dengan Winda.
Sayangnya, tak ada apa-apa di sana. Ia mencoba mencari akun sosia media Winda yang ternyata sudah saling mengikuti dengan akun sang suami. Namun sayang, akunnya terkunci. Tak ingin putus asa, Yasmin mencari-cari akun sosial media kantor tempat suaminya bekerja.
Tak menemukan apa-apa, ia mencoba mencari informasi dari teman kerja suaminya. Dilihatnya satu per satu, beberapa akun yang pernah memberi tag pada akun sosial media kantor Uki. Tak disangka, ada satu postingan video dari salah satu akun tersebut yang menghunjam jantungnya.
Terlihat video yang merekam momen saat perayaan ulang tahun kantor 2 bulan lalu. Dilihatnya sang suami yang terus berdekatan dengan seorang wanita, yang ia duga adalah si Winda. Mereka tampak begitu kompak saat mengikuti lomba, dan aksi mereka terlihat begitu mesra. Sesekali berpelukan, saat mereka merasa telah memenangkan lomba.
Bahkan yang paling mengejutkan adalah ketika banyak cuitan dan celetukan tajam yang ikut terekam dari para teman-temannya yang lain, seolah mendukung hubungan mereka.
“Kawal sampai sah jadi istri kedua!”
###
Saat malam hari, ketika Uki pulang kantor, ia terlihat basah kuyup karena cuaca memang hujan sedari siang tadi.
“Loh, Mas, motor siapa ini?”
“Tadinya Winda mau mengantarku pulang, tapi karena hujan jadi aku minta dia naik taksi, aku yang bawa motornya.”
Yasmin lalu kembali bertanya, mengapa bukan suaminya itu yang naik taksi biar tidak kehujanan.
“Kasihan dia kalau kehujanan, tidak bawa jas hujan pula. Lagian kamu, suami pulang basah kuyup begini bukannya diambilkan handuk, malah ditanya-tanya terus!” ketus Uki yang berlalu ke kamar mandi.
Saat suaminya sedang mandi, Yasmin kembali tak sengaja melihat notifikasi di ponsel Uki.
“Mas, kamu sudah sampai rumah?”
“Mas, makasih ya yang tadi. Seru sekali hujan-hujanan, jadi hangat.”
Dirasa hal ini sudah melebihi batas, Yasmin ingin kembali membahasnya. Seperti biasa, ia selalu menunggu suaminya selesai makan malam, baru akan berbicara pada suaminya itu. Namun ternyata, setelah selesai mandi, saat ditawari makan, Uki menolaknya karena ia sudah makan.
“Makan di mana? Sama Winda? Yang benar kamu minta dia pulang sendiri atau kamu antar dia sampai rumah? Kenapa dia bisa bilang kalian hujan-hujanan? Apa yang kalian lakukan setelah kamu mengantar dia pulang ke rumahnya?" Yasmin semakin tak kuasa menahan emosinya.
“Ada hubungan apa kamu dengan dia? Jawab jujur!” lanjut Yasmin.
Seketika Uki melemparkan handuk basahnya di atas kasur. “Memang aku antar dia pulang dulu tadi, baru sampai rumah aku diminta bawa motornya karena ojek susah! Apa salah? Justru dia baik. Kenapa sih, harus tanya terus! Capek aku, Yas! Mau sampai kapan kamu begini terus, ha? Apa aku tidak usah kerja saja biar kamu tak banyak curiga?”
Berusaha mengontrol emosinya, Yasmin kembali menegaskan bahwa ia berhak protes karena bagaimana pun, Uki adalah suaminya. Istri mana yang rela kalau suaminya hujan-hujanan dengan wanita lain. Bukannya menenangkan sang istri, Uki malah meminta Yasmin berhenti bersikap demikian. Kecemburuannya sudah melewati batas. Lama-lama, ia risih dengan sikap istrinya itu.
"Kenapa sih kamu, Yas? Coba sekali-kali kamu intropeksi diri. Kalau kamu mau suamimu tidak dekat dengan wanita lain, lihat dirimu. Setiap hari aku lihat kamu hanya pakai daster. Tidak pernah juga dandan. Terus akhir-akhir ini, aku pulang selalu kamu sambut dengan perdebatan. Apa ini yang kamu bilang bisa melayani aku?” protes Uki.
“Oh, jadi benar ‘kan kamu sedang dekat dengannya? Lalu kenapa kamu bilang itu hal yang biasa?” tebak Yasmin.
Tak menjawab, Uki hanya diam dengan tatapan penuh amarah pada istrinya.
Yasmin lalu dengan tegas mengatakan bahwa jika memang penampilan seperti itu yang suaminya mau, mereka bisa bicarakan baik-baik, bukan langsung mencari solusinya sendiri. Yasmin juga mengatakan bahwa karena sang mertuanya lah ia tak bisa tampil cantik. Baru beli 1 baju saja sudah dibilang boros, baru beli alat make up saja sudah dibilang menghambur-hamburkan uang suami. Mertuanya itu juga sering meminta recehan padanya, meski hanya untuk membeli bumbu dapur, tapi jika lama-lama, nominalnya cukup besar juga. Padahal, Bu Emy sudah mendapat jatah sendiri untuk dapur.
Seakan tak terima ibunya disalahkan, Uki meminta Yasmin tak membawa-bawa ibunya dalam masalah mereka. “Kamu yang tidak bisa mengatur uang!”
Uki lalu membawa bantal keluar kamarnya.
Batinnya begitu sakit. Selama pernikahan dirasa-rasa tak pernah ia mendapat kebahagiaan seperti saat dirinya belum menikah. Janji manis yang pernah diucapkan Uki, seakan melebur begitu saja bersama angin. Yasmin bertekad, ia harus segera diterima kerja agar terlepas dari kehidupan yang menyiksa batinnya ini.
Jika diingat-ingat, semenjak hamil dulu, Yasmin dan Uki tak pernah lagi berhubungan badan, karena kondisi kehamilan Yasmin yang tak memungkinkan untuk berhubungan. Hingga saat ini pun, Uki juga tak pernah meminta jatah pada istrinya, mungkin karena sudah kenyang di luar bersama selingkuhannya. “Tapi apa harus begini sih, Mas?” isaknya sesenggukan.
###
Keesokan paginya saat berangkat, Uki tak terlihat berpamitan padanya. Hubungan mereka benar-benar dingin. Ia hanya bisa meratapi nasib pernikahannya yang sedang diuji oleh kehadiran orang ketiga.
“Ibu sudah pernah bilang, bersikap manis lah dengan suamimu, dia bisa saja di luar rumah tertarik dengan wanita lain yang lebih bening. Sudah tahu begitu, saat Uki pulang, bukannya disambut mesra, malah disuguhkan masalah,” sahut Bu Emy dari belakang.
Mencoba tetap fokus pada wawancaranya esok hari, Yasmin tak peduli dengan keributan di rumahnya.
Hingga malam tiba, suaminya itu tak kunjung pulang. Yasmin menghubunginya berkali-kali, namun tak diangkatnya. Pikirannya pun menjadi kemana-mana. “Apa mereka sedang berduaan di rumah Winda?”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments