Sebelum menuju kantor barunya, Yasmin diantar menuju tempat tinggal barunya untuk meletakkan barang-barangnya, di sebuah kos kelas menengah. Ia lalu berjalan mengikuti di belakang Ethan. Hingga bosnya itu berhenti di salah satu kamar.
Yasmin dipersilakan untuk masuk ke dalam melihat kamarnya yang cukup luas. Dipandanginya sekeliling kamar. Hatinya memilu. Tangisnya tak terasa menetes perlahan.
Kehidupan barunya akan dimulai dari hari ini. Meski masih sangat sakit terasa, kala mengingat pengkhianatan suaminya. Tak bisa dibayangkan saat ia mulai hidup sendiri di sini nanti, tak dapat dipungkiri ia masih merindukan Uki.
“Taruh baju-bajumu di lemari. Di sana juga sudah saya sediakan baju untukmu menjalankan tugas. Berdandanlah secantik mungkin setiap akan menemui Kenny,” pinta Ethan.
Yasmin bergegas menata barang-barangnya. Dilihatnya di lemari, di meja, dan di kamar mandi, sudah lengkap dengan barang-barang kebutuhannya. Tampaknya, Ethan telah menyiapkan semua ini, pantas saja semalam lelaki itu hanya meminta Yasmin membawa barang yang penting saja saat pergi dari rumah. Tak perlu membawa semua bajunya.
Dengan tatapan iba, Ethan memandangi Yasmin, meski saat Yasmin melihatnya, Ethan kembali memasang wajah garangnya dan memalingkan pandangannya.
Ethan kemudian menyodorkan kotak ponsel berharga belasan juta rupiah, yang sudah diisikan nomor aktif, untuk ia menghubungi Yasmin, lalu meminta Yasmin menonaktifkan nomor sebelumnya.
Sementara Yasmin hanya melongo melihat ponsel impiannya, diberikan secara cuma-cuma oleh bosnya itu. “Ini buat saya semua, Pak? Apa harus saya kembalikan lagi nanti jika saya gagal melaksanakan rencana Pak Ethan?”
Tak menjawab, Ethan lalu menyuruh Yasmin segera ikut bersamanya, menuju kantor barunya.
Selama di perjalanan, Yasmin hanya melamun, memandangi jalanan dari kaca jendela. Sesekali, Ethan mencuri pandang ke arah Yasmin. Ia lalu menjelaskan bahwa setiap hari, Yasmin harus menggunakan ojek yang sudah ditugaskannya untuk pergi ke kantor, dan sebaliknya. Sengaja Ethan tak memberikan fasilitas mobil dan sopir, meski bisa saja ia memberikannya. Hal itu bermaksud agar sesuai dengan jati diri Yasmin, yang ingin diperlihatkan pada Kenny.
“Jangan pernah sebut-sebut nama saya lagi, agar kamu tak keceplosan saat bersama Kenny. Bos barumu di kantor bernama Fero,” ujar Ethan mengingatkan.
Yasmin mengangguk pelan.
Hingga tak lama, tiba lah mereka di kantor tempat Yasmin akan bekerja mulai hari ini.
Saat akan masuk ke dalam lobi, mereka langsung disambut oleh satpam yang seperti mengenal Ethan. Kemudian Fero, sang pemilik kantor memanggil salah satu karyawannya untuk mengantar Yasmin ke meja kerjanya, dan memintanya untuk menjelaskan semua tentang tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Sedangkan Ethan dan Fero mengobrol di ruangan kerja Fero.
Ethan tampak memberikan pengarahan pada Fero yang diketahui sebagai anak buahnya yang dipercaya untuk mengelola salah satu unit bisnisnya. Diketahui, Fero hanya berperan sebagai pemilik, menyembunyikan identitas Ethan sebagai pemilik aslinya. Hingga hanya mereka berdua yang tahu tentang kepemilikan kantor ini.
"Jaga dia baik-baik, aku titip dia padamu," ujar Ethan, kemudian pergi meninggalkan kantor Fero.
###
Sementara itu, sore harinya saat Uki baru saja sampai rumah, seperti biasanya, ia disambut oleh muka cemberut istri mudanya.
“Apalagi sih, Win? Suami pulang kerja kamu malah begini, bagaimana aku lama-lama tidak bosan denganmu dan lebih memilih bercinta dengan Yasmin,” ujar Uki berlalu ke kamar untuk berganti baju.
Winda kembali mengajukan permintaannya untuk pindah dari rumah orang tua Uki.
“Win, tolong dong pengertiannya. Bagaimana bisa aku menyisihkan uang untuk bayar kontrakan nanti, kalau aku saja harus menafkahi kamu dan Yasmin, juga Ibu,” keluh Uki.
“Yasmin ‘kan punya uang sendiri, Mas, tak perlu kamu nafkahi lagi juga sudah banyak uangnya. Untuk Ibu, beri sedikit saja, selebihnya untukku dan uang kontrakan,” rengek Yasmin memohon pada suaminya.
Tak disangka, Bu Emy menyahut ucapan menantunya itu, bahwa ia tak terima jika uang bulanannya dikurangi. Ia bahkan mengatai menantunya yang tengah hamil itu dengan sebutan tak tahu diri. Sudah tak bisa membantu di dapur, menjaga Kinan juga tak becus, kerjanya hanya tiduran saja tapi beraninya berkata demikian. “Bilang saja kamu ingin pindah ke kontrakan karena mau santai-santai ‘kan, bisa tidur sepanjang hari sampai menunggu pulang, dan tinggal menunggu uang bulanan dari suamimu. Dasar pemalas!”
Uki yang lelah sepulang kerja, semakin stres kala harus menengahi perdebatan ibu dan istrinya itu.
Hangga yang juga meminta sang Ibu agar tak berkata keras pun malah ikut disemprot oleh Bu Emy. Bu Emy merasa jika ia tak begini, Winda tak tahu tugasnya di rumah, hingga dirinya lah yang harus kerepotan mengurus Kinan sendirian. “Suruh juga istrimu itu berhenti kerja untuk urus anaknya sendiri dan bantu Ibu!”
Seakan pusing dengan keadaan rumah, Uki berjalan ke depan terasnya untuk menghirup udara segar.
Lalu tiba-tiba, seorang kurir berhenti di depan rumahnya.
“Malam, Pak, apa benar rumahnya Pak Uki Wicaksana?” tanya kurir tersebut.
Uki mengangguk mengkonfirmasi bahwa dirinya lah yang bernama Uki, lalu kurir tersebut memberikan sebuah amplop coklat yang terbungkus plastik ekspedisi, kemudian berpamitan dan berlalu pergi.
Dibukanya bungkusan amplop itu, dengan penasaran Uki membuka kertas dalam amplop tersebut.
Surat Gugatan Cerai
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments