Serendipity

Serendipity

Prolog : Abnormal

"Ah, akhirnya selesai juga." Ujar Joy -gadis tinggi dengan rambut panjang- sambil meregangkan tubuhnya, membuat yang lain menatapnya.

"Kebiasaan si Joy, ngerjain tugas di ruang senat, ketahuan Kak Stuart dimarahin lho." Ujar Wendy -gadis dengan rambut sebahu yang manis- sambil merapikan catatannya di meja wakil senat, meja miliknya.

"Kan ada Irene, sang pemilik hati Kak Stuart. Mana berani Kak Stuart marah kalo udah berhadapan sama Irene, ya kan?" Ujar Joy sambil memainkan alisnya, membuat yang lain menatap gadis berkacamata yang sepertinya sibuk dengan berbagai pekerjaan senat.

"Ngapain tuh si Irene?" Tanya Gisel, gadis dengan buku di tangannya penasaran.

"Sorry, Girls, gw sibuk, hehe." Ujar Irene, menjawab sekenanya. Dia selalu terlihat sibuk sih, entah menghindar dari pembicaraan atau karna emang sibuk beneran.

"Sibuk mulu kalo lagi bahas Kak Stuart, gimana sih? Masih mau gantung Kak Stuart?"

"Gw gak bisa gantung orang, loe gak liat kerjaan gw seabrek begini. Besok hari terakhir ospek lagi, gw pasti lebih sibuk lagi." Ujar Irene sambil mengerucutkan bibirnya, matanya tak beralih dari layar komputer di hadapannya.

"Ah, iya, bener ya besok, gak kerasa." Ujar Joy, tangannya membereskan buku-buku yang ia gunakan tadi.

"Iya, besok pasti senat bakal sibuk banget, penyambutan juga." Ujar Gisel sambil mengembungkan pipinya, sebal.

"Kan loe jadi MC, sama Wendy." Ujar Joy, tertawa.

"Seneng banget yang seksi konsumsi, nyebelin banget." Ujar Wendy, giliran dia yang kesal.

"Iya dong, makan, makan." Ujar Joy, tertawa puas.

"Kayaknya besok bakal ada yang panen tuh, tahun kemarin banyak banget dapet bingkisan." Sindir Gisel, membuat Joy dan Wendy ikut menatap orang yang disindir, tapi yang disindir malah sibuk sendiri.

"Emang ada acara berbagi bingkisan ya, kayak tahun kemarin?" Tanya Wendy, kaget.

"Jadi MC gak tau apa-apa, emang cuman Wendy doang." Ujar Joy, Wendy hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Hehe."

"Gw kan kasih loe semua, ya kalianlah yang panen." Celetuk Irene, membuat Wendy dan Gisel mendelik.

"Seingat gw, kita udah nolak deh. Ya kan, Wen?" Tanya Gisel, memastikan.

"Ya loe tolak, gw kagak, wkwk." Ujar Joy, membuat Wendy segera melemparkan bantal kearah Joy, gadis itu hanya tertawa dibuatnya.

"Loe gak peka banget deh, Joy." Ujar Gisel sambil menggelengkan kepalanya, tak habis pikir pada Joy.

"Daripada mubazir, dia ngancem bakal buang bingkisannya lho, daripada sayang." Ujar Joy, cuek.

"Dasar, bilang aja loe mau yang gratisan." Ujar Wendy, sedikit geram pada Joy.

"Siapa yang nolak gratisan, Wen." Ujar Joy, lagi.

"Bisa ae loe ngelesnya, kang bajaj." Ujar Wendy, membuat Joy lagi-lagi tertawa.

***

"Loe ngapain sih ngajak gw kesini? Kurang kerjaan, mending gw baca buku di kosan." Gerutu Axelle, pria dengan kacamata minusnya mengikuti langkah temannya masuk ke sebuah toko accessories.

"Kan gw udah bilang temenin gw nyari hadiah, buat cewek nih." Ujar Bryan, pria dengan sebuah syal di lehernya itu sibuk melihat-lihat.

"Ya kan gw gak tau, gw gak pernah ngasih hadiah ke cewek. Ngapain minta temenin gw?" Ujar Axelle lagi, membuat Bryan mendelik.

"Loe gak ada niatan buat beli hadiah juga gitu?" Tanya Bryan, Axelle memberikan tatapan 'buat apa?'. Bryan menghela nafas, ternyata nih anak dari dulu gak pernah berubah. "Buat ngasih ke katinglah, setiap tahun selalu ada acara ngasih bingkisan ke kating. Loe gak ada niatan beli buat kating yang loe suka gitu?"

"Gak ada kating yang gw suka tuh, jadi buat apa buang-buang duit buat hal gak guna kayak gitu?" Ujar Axelle, acuh.

"Gak guna? Yang bener aja? Siapa tau loe bisa disukain sama kating juga? Loe tau kan, Kak Sienna, dia bisa deket sama Kak Jeremy gara-gara acara ginian."

"Dia cewek ngasih kado ke cowok gitu?"

"Awalnya sih gitu, wkwk, tapi sekarang mereka digosipin pacaran tuh." Ujar Bryan, tersenyum.

"Loe ngarep pacaran sama kating cewek?" Tanya Axelle, Bryan tersenyum.

"Kenapa nggak, mereka kan cantik-cantik, apalagi Kak Irene. Eh, loe gak ada niatan buat deket sama Kak Irene gitu? Dia yang paling cantik lho, diantara semua kating cewek?"

"Irene? Yang mana?" Tanya Axelle, bingung.

"Loe gak kenal Kak Irene? Beneran? Dia kan paling terkenal seangkatan kita, loe hidup di zaman apa sih?" Tanya Bryan, tak habis pikir.

"Apaan sih? Gw emang pernah denger, tapi gw gak tau yang mana." Ujar Axelle, acuh.

"Karna semua kating cantik sih, jadi wajar aja, loe gak kenal." Ujar Bryan, sedikit menggoda Axelle.

"Mungkin aja sih." Ujar Axelle, membuat Bryan gemas.

Plak!!

"Sakit, By!!" Teriak Axelle, saat kepalanya digeplak Bryan dari belakang, pria itu menatap tajam Bryan.

"Loe normal, gak sih?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!