Is He Love Me?

"Makasih tehnya, Axelle." Ujar Joy, saat Axelle menaruh segelas teh dihadapannya, gadis itu tampak sibuk dengan tugasnya. Axelle beneran dihukum membantu semua kerjaan senat, tapi kesan Axelle malah kayak pembantu, disuruh ini-itu, untung saja ini berlaku hanya seminggu. Sedangkan Ryn dihukum untuk membantu menyediakan makanan untuk kegiatan mereka bulan depan, kegiatan kemping yang belum ditentukan lokasinya dimana.

Axelle hanya mengangguk pelan, tatapannya tertuju pada Irene yang masih saja memilih kuliah, padahal gadis itu sedang sakit. Sebuah syal putih melilit dilehernya, batuknya juga terdengar semakin parah. Axelle menghela nafas, ia mengambil tas miliknya. Disana ada madu yang katanya bagus untuk tenggorokan, tapi bagaimana caranya agar Irene tak tahu bahwa Axelle yang memberikannya?

Axelle menghela nafas, lalu menaruh kembali madu itu. Mungkin nanti saja ia berikan, saat tak ada siapapun disana. Axelle lama-lama tak tega melihat gadis pendiam itu semakin terlihat pucat, tapi Axelle juga tak mau ada yang tau bahwa ia mengagumi gadis itu.

Uhuk!! Uhuk!!

"Rene, kenapa gak ke dokter aja sih?" Tanya Wendy yang baru saja masuk kedalam ruang senat, membuat Irene menatapnya.

"Gw baik-baik aja, cuman batuk doang kok." Ujar Irene, suaranya sudah serak, tapi ia tetap bersikukuh tak mau ke dokter.

"Mau gw anterin?" Tanya Gisel, perhatian.

"Cuman masuk angin, Sel, percaya sama gw." Ujar Irene, tersenyum. Tatapannya beradu dengan Axelle yang tak sengaja menatapnya, pria itu bergegas pergi dari sana, membuat Irene terdiam.

Axelle tak bisa tinggal diam, ia tak bisa melihat Irene seperti itu. Ia mengambil madu di tasnya, lalu menatapnya. Sedikit perhatian takkan menjadi masalah, kan? Toh dia sedang butuh perhatian, dia sakit. Axelle berjalan ke dapur senat, lalu membuatkan teh madu hangat untuk Irene.

Saat Axelle sibuk dengan tehnya, Stuart datang sambil membawa sebuah bingkisan. "Pagi semuanya, kalian udah kumpul disini. Disini bukan tempat nongkrong, elah..." Ujarnya, heran.

"Kita disini jagain Irene, Kak, abisnya Irene gak mau dibawa ke unit kesehatan, apalagi ke dokter." Ujar Wendy, membuat Stuart menatap lurus Irene.

"Nih, seengaknya kamu minum obat sama vitamin, madu juga bagus buat tenggorokan." Ujar Stuart sambil menyodorkan sebuah kresek putih, tapi Irene terdiam.

Axelle mendengar itu, tangannya yang tadi mau mengambil air panas terurung seketika. Raut kecewa tercetak jelas diwajahnya, sepertinya ia kalah cepat.

"Gak usah, Kak, aku udah pake kayu putih kok. Kayaknya kemarin masuk angin, jadinya batuk." Ujar Irene, tersenyum.

"Hei, masuk angin itu tandanya imun tubuh kamu lagi gak stabil, jadi kamu gampang sakit. Minum vitaminnya, madu juga bagus buat imun." Ujar Stuart, mencoba merayu Irene agar mau menerima pemberiannya.

Axelle berjalan keluar sambil mengambil tasnya, membuat yang lain menatapnya.

"Mau kemana?"

"Saya ada kelas, Kak, saya buru-buru." Ujar Axelle, dia melengos saat Irene menatapnya.

"Yaudah, sana, ntar telat." Ujar Wendy, perhatian.

"Makasih, Kak, saya pergi dulu." Ujar Axelle sambil membungkukkan badannya, lalu bergegas pergi.

Irene hanya menghela nafas, tak ada yang berubah dari Axelle, bahkan saat ia sedang sakit seperti ini.

Stuart menyadari itu, diam-diam tangannya mengepal. Ia menghela nafas, lalu menaruh kantong plastik kecil itu di meja Irene. "Diminum ya, aku pergi dulu, ada urusan sama dosen." Ujarnya sambil mengusap rambut Irene, lalu ia bergegas pergi, tanpa menunggu jawaban gadis itu.

"Kalian gak ada kelas?" Tanya Irene, bingung. Kelasnya sore sih, jadinya Irene bisa duduk diruang senat seharian ini sekaligus ngerjain proposal yang sialnya belum kelar dari kemarin.

"Gw kelas siang, mau nemenin Irene aja disini." Ujar Wendy sambil memeluk Irene, cukup erat.

"Loe mau ketularan?" Tanya Irene, membuat Wendy kesal karna momennya dirusak begitu saja.

"Gw pagi, tapi males ah ngadepin Pak Mario, mending disini." Ujar Joy, sebal. Pak Mario itu salah satu guru killer disana, tapi kayaknya dia suka sama Joy, terlihat dari sikapnya yang selalu mengutamakan Joy dikelasnya.

"Gw jam 10, masih ada banyak waktu. Tenang." Ujar Gisel, tersenyum. "Mau gw bikinin teh madu gak, Rene? Mumpung ada madunya dari Kak Suho, sekalian juga buat gw." Ujarnya, lagi.

"Seulgi cari kesempatan mulu dah, pengennya yang gratisan." Ledek Joy, membuat Wendy tertawa.

"Yaudah, buatin gih, Seul." Ujar Irene, pelan.

Gisel menunjukkan jempolnya, lalu mengambil paper bag itu dari Irene. Ia segera berjalan menuju dapur, tapi dia terdiam kala melihat ada secangkir cairan berwarna emas gelap di wastafel pencucian piring. Gisel mengendus cairan itu, baunya seperti madu, ada jar berisi madu juga disana. Seingat Gisel tak ada madu di dapur senat ini, hanya ada kopi, teh, dan gula karna hanya itulah yang mereka butuhkan. Tanpa pikir panjang, Gisel menyeduh teh itu dengan madu yang ia temukan.

"Thanks, Sel." Ujar Irene, begitu Gisel menaruh secangkir teh madu hangat dihadapannya.

"Sama-sama, tapi kok disana ada madu ya?" Ujar Gisel, membuat Irene menatapnya.

"Ha?"

"Ada sejar penuh madu didapur, kayaknya baru beli. Terus udah ada cangkir isinya madu di wastafel, ada yang mau bikin teh madu juga kayaknya, tapi gak jadi."

"Kok bisa sih? Siapa yang mau bikin?" Tanya Joy, membuat Wendy berpikir.

"Kayaknya Axelle deh, dia yang terakhir di dapur." Ujar Wendy, ketiga temannya menoleh.

"Buat apa dia bikin teh madu? Dia lagi sakit atau gimana?" Ujar Gisel, sebal.

"Kayaknya dia mau bikin teh madu buat Irene deh, mungkin nggak?" Ujar Wendy, pelan.

"Ha?"

"Gak mungkinlah, Wen. Anak kayak gitu gak mungkin peduli sama gw, tau sendiri kan Ryn bilang apa kemarin."

"Bisa aja kali, Rene. Gw nangkap tatapan dia ke loe beberapa kali lho. Dia naksir loe jangan-jangan?"

"Nggak mungkinlah, Joy. Dia itu junior, ngapain suka sama seniornya? Lagian gak ada petunjuk dia suka sama gw, dia aja cuek gitu waktu ngeliat gw sakit."

"Menurut kalian sendiri gimana? Axelle gak suka Irene atau dia pinter nyembunyiin perasaannya?" Tanya Joy pada Gisel dan Wendy, Irene terdiam.

Mungkinkah dia suka gw?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!