Axelle vs Irene

Axelle turun dari motornya dengan buru-buru, ia harus segera menemui Irene untuk meminta maaf. Sejak kejadian kemarin, ia terus merasa bersalah pada Bryan. Sebenarnya kalo dipikir-pikir, ia memang sudah bersikap kurang aja sih pada Irene. Dari awal semua memang salahnya, ia sudah cukup keterlaluan pada gadis itu. Ia harus minta maaf dan...

"Axelle, loe lupa sesuatu?" Ujar Bryan sambil menyelipkan sesuatu ditangan Axelle, sebuah kotak mungil yang dihiasi pita kecil.

"Apa nih?" Tanya Axelle, bingung.

"Kalo loe mau minta maaf sama cewek, seenggaknya loe harus ngasih sesuatu dong ke dia." Ujar Bryan, membuat Axelle menatapnya.

"Alay banget loe, minta maaf ya minta maaf aja. Kalo gak dimaafin juga gak masalah, toh gw udah usaha."

"Heh, loe mau kejadian kemarin keulang gara-gara Kak Irene gak suka sama loe? Gara-gara Kak Irene ngira loe gak niat minta maaf? Gara-gara loe pelit?"

"Gw gak pelit, gw ogah beli barang-barang gak guna." Ujar Axelle, membela diri.

"Terserah loe, pokoknya loe harus kasih ini ke dia, titik. Gw gak mau kejadian kemarin keulang cuman gara-gara permintaan maaf loe gak berbekas ke Irene, udah sana!!"

"Ini gak berlebihan, ya?" Tanya Axelle, ragu.

"Udah, Al, sono!!" Ujar Bryan sambil mendorong Axelle menjauh, akhirnya Axelle mengalah. "Lakuin kayak latihan kemarin ya, semangat!!"

Pria itu berjalan dengan kotak kecil itu ditangannya, tampaknya pria-pria kemarin mengawasinya. Axelle membuang pandangan, serem juga nyari masalah sama primadona kampus. Tapi kenapa dia mesti ngasih kado? Bukannya ini bakal mancing masalah lainnya? Kalo sampe pria-pria itu tau dia ngasih kado ke Irene, mereka bakal mikir aneh-aneh lagi.

"Tungguin gw dong!!"

Terdengar suara Wendy dari kejauhan, membuat Axelle segera memasukkan kadonya kedalam tas. Ia memutuskan untuk tak memberi apapun pada Irene, karna masalahnya bakal berbuntut panjang. Selain itu, Axelle juga tak bisa bicara panjang, kalau Irene bertanya tentang itu. Karna niatnya hanya minta maaf, bukan mencari perhatian.

"Kak, bisa bicara sebentar?" Tanya Axelle, agak kikuk. Ia mencegat Irene yang akan masuk kedalam gedung fakultas, membuat keempat gadis itu menatapnya.

Irene tampak sangsi menatapnya, gadis itu takut kejadian kemarin terulang. Tapi mungkin tidak, karna Axelle benar-benar menunggunya disana. Irene tau Axelle telah berdiri disana, karna sedari tadi ia memperhatikan pria itu. Tapi untuk apa dia mencegatnya seperti ini?

"Ada apa?" Tanya Irene, sama datarnya.

"Hmm, saya hanya ingin bicara sebentar." Ujar Axelle sambil menggaruk belakang lehernya, tampak gugup sekaligus terlihat menggemaskan, apalagi tanpa menatapnya sama sekali.

"Untuk?"

"Udahlah, Rene, kasian anak orang, sana pergi!!" Ujar Wendy sambil mendorong Irene, membuat gadis itu satu langkah lebih dekat dengan Axelle. Tentu saja pria dihadapannya kaget, kakinya refleks ikut mundur menjauhi Irene.

Irene menatap Wendy sebal, gadis itu hanya terkikik pelan. Tapi dia kepikiran, kenapa Axelle menjauh? Bukannya menangkapnya, atau setidaknya tetap berdiri disana. Segitu tak sukanya ya Axelle padanya hingga ia menjaga jarak, membuat Irene lagi-lagi berpikir tentang apa kesalahannya pada pria dihadapannya itu.

"Kita duluan aja. Rene, selesein urusan loe!!" Ujar Gisel sambil menarik Wendy dan Joy menjauh, Axelle membuang tatapannya.

"Enjoy your time, fighting!!" Ujar Joy sambil menunjukkan jari telunjuk dan ibu jarinya, seolah dia tengah menembak Axelle, tak lupa dengan kedipan matanya.

"Kita tungguin loe di kelas, Rene. Gak perlu buru-buru, toh kelas kita masih lama." Ujar Wendy, tersenyum simpul.

"Wendy!! Aish..." Teriak Irene, ucapan Wendy itu seolah Irene ingin berlama-lama bicara dengan Axelle. "Loe mau ngomong apa?" Tanyanya sambil melipat tangannya didepan dada, ingin terlihat angkuh ceritanya.

"Hm, saya mau minta maaf sama Kakak, kemarin saya gak sopan." Ujar Axelle, terdengar kaku dan dingin.

Irene menatap pria tinggi dihadapannya, matanya dingin, wajahnya datar, tak seperti pria yang terlihat menyesali perbuatannya. "Loe minta maaf? Buat kejadian kemarin?" Tanya Irene, Axelle mengangguk pelan.

"Saya gak bermaksud begitu, saya hanya..."

"Loe lagi ngapain sih? Ngapalin skenario buat akting?" Tanya Irene, keliatan sekali pria ini begitu kaku. "Gak ikhlas begitu, ngapain minta maaf?"

"Saya beneran nyesel kok, Kak."

"Eh, loe itu gak bakat akting. Udah sana pergi, gw gak mau liat loe!!" Ujar Irene, kesal.

Axelle menghela nafas pelan, berusaha bersabar menghadapi gadis yang diam-diam ia kagumi itu. "Tolong, Kak, sa-saya gak tau harus gimana. Tapi saya emang beneran nyesel, kemarin saya merasa udah keterlaluan sama Kakak. Saya gak bermaksud begitu sebenarnya, hanya saja..."

"Gara-gara cewek yang dibelakang loe itu, ya?" Tanya Irene, membuat Axelle mengangguk, tak ada pilihan lain. "Kenapa loe bersikap kayak gitu ke cewek itu?" Tanyanya lagi, Irene penasaran sih.

"Hm, saya... Hanya ingin minta maaf, tolong maafkan saya ya, Kak." Ujar Axelle sambil membungkukkan badannya, sejenak.

Irene terdiam, ia menghela nafas. "Ok, gw maafin, cuman..."

"Makasih, Kak, saya sangat berterimakasih. Urusan ini selesai ya, Kak. Saya permisi dulu." Ujar Axelle, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Irene yang masih diam ditempat.

Tuh anak niat minta maaf gak sih? Pikirnya, heran sekaligus bingung.

Axelle menghampiri Bryan yang tengah menunggunya, ia duduk begitu saja disamping Bryan. "Gimana tanggapannya?"

"Dia maafin gw, gw udah gak ada urusan sama dia." Ujar Axelle, lalu ia mengambil kotak kado di tasnya. "Nih, gak gw kasih."

"Lho, gw kira loe bakal ngasih?" Ujar Bryan, kaget.

"Gw gak mau urusannya tambah panjang, loe tau mereka ngawasin gw." Ujar Axelle, pelan.

"Urusan panjang gimana? Ya!! Kan gw udah bilang, kalo minta maaf sama cewek itu harus ngasih hadiah, bikin dia mikir loe tulus minta maaf sama dia, udah tau loe kaku." Ujar Bryan, sebal.

"Kalo gw kasih hadiahnya, ntar dia salah paham, mereka salah paham, terus masalah jadi besar. Gimana?"

"Loe gak mikir Irene suka sama loe, kan?"

"Buat apa gw mikir kayak gitu? Dia suka ataupun nggak, itu bukan urusan gw, gw cuman gak mau mereka salah paham gara-gara ini."

"Loe pikir berapa orang yang ngasih dia hadiah tiap harinya? Banyak, loe gak usah mikir jauh-jauh deh."

"Kalo kayak gitu, terus kenapa mereka ngancem gw buat minta maaf sama Irene? Bukannya menurut mereka, Irene mikirin gw?" Ujar Axelle, Bryan diam.

Ha?

"I-Irene suka loe?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!