Rainy Day

Axelle berjalan menuju lokernya, wajah datarnya tertutupi hoodie hitam yang dipakainya, yang semakin menambah kesan misterius yang sejak awal menempel padanya. Axelle sih masa bodo sama penilaian orang, toh dia gak hidup dari orang lain juga. Axelle juga gak pernah mengharapkan apapun dari penilaian mereka, yang penting hidupnya tenang, itu udah cukup untuknya.

"Axelle!!"

Telinga Axelle menangkap suara asing yang memanggilnya, membuat pria itu otomatis menoleh kearah gadis yang pernah ia lihat akrab dengan katingnya. Gadis itu berlari menghampirinya, senyuman tak ia sembunyikan lagi.

"Ini untukmu!!" Ujar gadis itu, membuat Axelle menautkan alisnya. "Terima aja, siapa tau kau lapar." ujarnya sambil mengambil tangan Axelle, tapi Axelle menepis tangan gadis itu, ia spontan mundur.

"Ma-maaf, Kakak siapa?" Tanya Axelle, bingung.

"Ah, iya, aku lupa. Aku Rima, Yerima. Btw, aku bukan kating, kita seangkatan, aku sepupunya Irene."

"Gw gak kenal loe, maaf." Ujar Axelle, membuat gadis itu terdiam. "Gw ada urusan, gw duluan." Ujarnya, tanpa basa-basi.

Dugh!!

Tiba-tiba kepala Axelle dipukul oleh seseorang, membuatnya mengaduh cukup keras. Rupanya ada seseorang yang melemparkan sepatu kearahnya. Axelle menoleh, ia kembali mendapati beberapa pukulan dari gadis yang sepertinya pelaku pelemparan itu.

"Ah, loe ngapain sih?" Teriak Axelle, kesal. Dua kali dia dipukul oleh gadis itu, gadis yang ia lupa namanya, gadis yang kemarin menyatakan cinta padanya, gadis yang menurut Bryan manis itu.

"Loe udah bikin nangis cewek, gw gak terima." Teriak gadis itu, membuat Axelle yang sedang memegang kepalanya yang mendadak pusing menatapnya. Apaan sih nih cewek, nyari masalah mulu?

"Terus urusan sama loe apa?" Ujar Axelle, tak habis pikir. Kemarin nih cewek kayak gadis baik-baik, tapi sekarang malah barbar gak tau sopan santun. Dia dosa apa sih, sampe-sampe ketemu cewek gak jelas begini?

"Udah loe permaluin gw kemarin, loe mau permaluin cewek lain juga. Loe manusia atau apa?" Teriak Ryn, cewek barbar yang Axelle lupain namanya itu.

"Maaf ya, Mbak yang gw lupa namanya siapa, loe bisa berhenti gangguin gw?" Ujar Axelle, kesal.

"Siapa yang gangguin loe?" Ujar Ryn, tak terima. "Gw belain temen gw kok, loe juga harus dikasih pelajaran." Ujarnya, marah.

Axelle tersenyum sinis, ia menghela nafas, lalu berbalik pergi.

"Loe gak ada niatan buat nerima kotak makan dari Rima gitu? Loe jahat banget, sumpah!!" teriak Ryn, kesal.

Axelle membuka lokernya, ia melihat beberapa surat yang cukup banyak disana. Axelle menatap Ryn, lalu mengambil semua surat dilacinya. "Gw udah terbiasa dapet beginian, nasib mereka semua sama, jadi sampah!!" Ujarnya sambil membuang semua surat itu ke tempat sampah yang tak jauh darinya, lalu ia mengambil buku dari lokernya. "Gw gak butuh sampah kayak gitu, loe gak perlu nyumbangin gw sampah juga. Ngerti?" Ujarnya sambil berlalu, membuat Ryn menatapnya tak percaya.

Axelle menarik tudung hoodienya kembali, lalu berjalan pergi meninggalkan kedua gadis yang sama-sama mengharapkan dirinya menoleh.

***

Irene menghela nafas kasar, hari ini ia begitu sial. Gimana nggak, dari sejak pagi dia gak sarapan karna kesiangan, lalu disibukkan dengan proposal yang harus ia kerjakan segera, belum lagi malam ini hujan dan ia lupa bawa payung. Irene menghela nafas, ia teringat tatapan dingin yang diberikan Axelle tadi pagi, saat ia memakai kacamata pemberian pria itu. Irene tak menampik kalau dirinya mengharap sebuah respon positif dari pria itu, gadis itu masih saja penasaran akan Axelle, cowok yang sama sekali tak terlihat tertarik padanya. Mungkin dia memang telah menemukan banyak gadis cantik, karna Axelle juga pasti masuk kedalam kriteria idaman beberapa gadis, atau bahkan pria itu pernah menjalin hubungan. Tetap saja, setidaknya dia tersenyum atau merubah ekspresinya, saat kacamata yang ia berikan Irene pakai. Irene jadi penasaran, siapa yang pernah menjalin hubungan dengan Axelle ya? Apa Axelle sedingin itu pada orang yang dicintainya? Atau Axelle sosok yang hangat, romantis, dan... Tunggu dulu, apa yang ia pikirkan? Apa yang ia harapkan? Apa ia sudah gila? Apa kali ini ia yang dibuat gila oleh Axelle? Dan... apa dia sedang cemburu?

Tiba-tiba seseorang berlari menembus hujan, membuat Irene kaget. Ia kira hanya dirinya yang masih berada di fakultas, rupanya ada orang lain juga yang masih berada disana. Siapa dia? Sepertinya tak asing, hoodie yang ia gunakan sepertinya pernah ia lihat.

Axelle?

Ya, seingatnya Axelle hari ini menggunakan hoodie hitam. Tapi tak mungkin, Axelle pria yang tak mungkin menyia-nyiakan waktunya di fakultas seperti ini. Apa karna ia terlalu sering memikirkan Axelle? Apa benar kata Joy, ia mulai mengharapkan Axelle? Atau dia sudah gila karna Axelle?

Deg!!

Irene terdiam, kala melihat sebuah payung tergeletak tak jauh darinya. Payung putih yang sepertinya sengaja digeletakkan disana, membuat Irene diam. Gadis itu menatap sekelilingnya, berharap menemukan siapapun yang meletakkan itu disana, tapi tak ada siapapun, Irene mengambil payung itu dengan ragu.

Apa pria tadi yang meletakkan payung itu disana? Siapa pria itu? Kenapa ia memiliki pikiran bahwa Axelle yang meletakkannya? Apa karna hoodie mereka sama? Yaelah, Rene, yang punya hoodie kayak gitu gak cuman Axelle kali. Sekali lagi Irene mencoba berpikir realistis, Axelle gak mungkin mau melakukannya, yang ada dia udah lari sama payungnya, makhluk kutub itu tak mungkin peduli pada orang lain, apalagi padanya. Tapi hatinya berkata lain, hatinya mengatakan itu Axelle.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!