Have We Met Before??

"Haloo, apa kabar kalian semua?"

Wendy dan Gisel tampak sibuk membuka acara dengan ocehan mereka yang tak ada habisnya, wajar sih, kan mereka emang cerewet aslinya. Hari terakhir ospek di salah satu universitas ternama itu memang selalu menjadi event yang cukup meriah, guna lebih mendekatkan mahasiswa baru dan kating, juga agar kedepannya tak ada dendam di antara mereka. Karna berbagai hukuman yang diberikan terkadang tanpa sebab atau lebih tepatnya para panitia itu hanya ingin memaksa mereka menerima hukuman, tanpa boleh menolak.

"Al, loe beneran gak bawa apa-apa?" Bisik Bryan sambil menggenggam bingkisan di tangannya, Axelle tampak melihat sekelilingnya, sepertinya hanya dirinya yang tak bawa apa-apa.

"Gak bakal keliatan juga gw gak bawa." Ujar Axelle, acuh.

"Pelit amat sih loe, ntar gak ada yang suka sama loe!!" Ujar Bryan, sebal.

"Gw mau kuliah, bukan mau nyari orang yang suka sama gw." Ujar Axelle, membuat Bryan memutar matanya.

"Loe mau tau Kak Irene itu yang mana?" Tanya Bryan, saat ia melihat Irene baru saja berbisik pada Wendy.

"Nggak tertarik." Jawab Axelle, membuat Bryan lama-lama kesal padanya.

Awas aja kalo loe suka sama Kak Irene, gw yang bakal ketawa paling keras. Cihh!!

"Tuh, dia Kak Irene, noh!!" Ujar Bryan sambil menunjuk gadis yang tengah mengobrol dengan seorang pria yang tingginya hampir sama dengannya, Axelle malah sibuk sama ponselnya, keliatan gak tertarik.

Dia gak noleh sih, kalo noleh...

"Axelle... Axelle!!"

Axelle menatap Bryan yang menyikutnya tadi, lalu melihat Irene yang berdiri tak jauh darinya. Mata tajamnya terus mengawasi garak-gerik Irene yang sedang sibuk, sesekali gadis itu tampak tersenyum pada pria yang membantunya itu.

"Cantik, kan?"

Axelle sekali lagi memperhatikan gadis itu, menatapnya hingga gadis itu bisa merasakan tatapan tajamnya. Gadis itu melihat sekelilingnya, tatapannya tertuju pada bangku penonton. Sesaat tatapan mereka bertemu, Axelle segera memutuskan tatapan keduanya.

"Cantik." Gumam Axelle, hampir tak terdengar.

Irene menatap pria yang melengos melihatnya, baru kali ini ada pria yang melakukan itu padanya. Irene mengerutkan keningnya bingung, tatapannya teralih saat Joy menepuk pundaknya.

"Kenapa loe?" Tanya Joy, heran, Irene kayak orang linglung.

"Apa cuman perasaan gw doang?" Gumam Irene, membuat Joy menaikkan alisnya. "Gw gak papa, ayo, kita sibuk nih!!" Ujarnya, melupakan kejadian tadi.

"Waw, terimakasih pada para dosen fakultas kita yang sudah memperkenalkan diri, terimakasih juga karna mau meluangkan waktu untuk mengajari kami."

"Kenapa sih, Wen? Kayak mau pergi gitu? Loe gak nangis, kan?" Tanya Gisel, selaku lawan bicara Wendy.

"Gw sedih, karna kita udah di penghujung acara. Loe gak sedih?" Tanya Wendy, wajahnya terlihat menggemaskan kala menampilkan muka sedihnya.

"Hmm, sedih sih, acara tahunan ini bakal ngangenin." Ujar Gisel, keduanya mulai mengadakan drama.

Axelle memutar matanya, ia melihat jam tangannya. Sudah siang rupanya, mereka gak cape apa ya ngoceh dari pagi? Harusnya kan mereka istirahat, apa mereka sangat suka mengoceh di depan banyak orang?

"Tapi di penghujung acara ini, seperti tahun sebelumnya ada acara take&give. Kalian pasti tak sabar untuk memberikan sesuatu untuk kating yang kalian sukai, kami juga gak sabar untuk memberikan hadiah yang telah kami siapkan untuk kalian." Ujar Gisel, heboh.

"Pastinya dong, kan kita di sini udah deket kayak saudara. Yaudah, ayo dong, katingnya berjajar, jangan malu-malu..."

Axelle memutar matanya, datang ke acara hari ini benar-benar membuat waktunya terbuang percuma. Axelle akan beranjak, tapi Bryan menahannya.

"Loe mau kemana?" Tanya Bryan, kaget.

"Gw mau ke kantin, bosen." Ujar Axelle sambil beranjak dari kursinya, lalu pergi tanpa permisi.

"Bilang aja karna loe gak bawa hadiah, dasar pelit." Ujar Bryan, lalu ia menghela nafas. "Biarin ajalah, dia udah gede ini." Gumamnya lagi, ia kembali tenggelam dalam acara itu dan melupakan Axelle.

Tanpa disadari, Irene melihat Axelle pergi dari kursinya, gadis itu mengikuti gerak tubuh Axelle hingga benar-benar menghilang dari pandangannya. "Dia gak ngikutin event ini? Gak ada kating yang dia suka, ya?" gumamnya, heran.

Pria disamping Irene menyadari bahwa Irene tengah memperhatikan pria yang sedari tadi duduk di kursi penonton, Irene tak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya kali ini mungkin karna pria itu juga.

"Ada apa?" Tanya Stuart, pria itu, penasaran.

"Ah, gak papa, Kak." Jawab Irene, tersenyum.

Tapi Stuart tak puas dengan jawaban gadis itu, ia menatap pintu yang baru saja menelan orang yang membuat Irene seperti bukan dirinya seharian ini.

***

"Akhirnya selesai juga..." Teriak Joy, senang. "Mau makan-makan, gak?" Tanyanya, membuat Wendy mendelik kearahnya. "Kenapa loe?"

"Suara Wendy abis, gw juga sih udah serak." Ujar Gisel sambil memegang botol minum yang entah sudah ke berapa kali ia minum.

"Haha, kasian banget kalian. Irene dong pdkt sama Kak Stuart, berduaan mulu." Ujar Joy, membuat Irene menghela nafas. "Jangan bilang loe cuman temenan doang sama Kak Stuart, ayo cepet jadian gih!!" Ujarnya, lagi.

"Lha, kan gw gak ada perasaan sama Kak Stuart. Lagian Kak Stuart juga cuman lindungin gw doang, dia gak bener-bener suka sama gw..."

Plak!!

"Ah, sakit, Gisel!!" Ujar Irene sambil memegang dahinya yang disentil Gisel karna gemas, ketiga sahabatnya itu memang doyan sekali membullynya.

"Loe harusnya peka, Irene Sayang." Ujar Gisel, geram. Pasalnya dulu Gisel pernah suka sama Stuart, tapi gadis itu sadar bahwa yang disukai Stuart adalah Irene, sahabatnya sendiri, jadi dia memutuskan untuk mundur, demi sahabatnya yang tak pernah suka sama cowok. Sebenarnya dia ini normal atau nggak sih?

Irene mendengus kesal, ia tak sengaja melihat seorang pria dengan hoodie hitam berjalan sambil meminum minumannya, tatapannya tertuju pada ponsel yang sedari tadi ada ditangannya.

"Permisi, Kak!!"

Irene tersentak kaget, saat melihat pria hoodie hitam itu sudah ada di depannya, ingin lewat tapi terhalang tubuh mungil Irene. Ya mereka jalannya barengan sih, jadi bener-bener gak ada celah untuk menghindar di koridor sesempit itu.

"Ah, iya, maaf." Ujar Irene sambil berjalan mundur, memilih menyingkir dari pria yang tak dikenalnya itu. Hampir saja Irene bersentuhan dengan pria itu, kalau saja Irene tak memilih untuk mundur satu langkah lagi.

Pria itu pergi begitu saja tanpa melirik Irene, ketiga temannya malah bingung.

"Dia gak ikutan take&give, ya? kok muncul dari kantin? Kok bisa dia...?"

Joy kehabisan kata-kata, kayaknya gak ada deh yang nyia-nyiain kesempatan langka itu. Tapi kok bisa-bisanya si hoodie hitam itu keluar dari kantin bawa minum, main ponsel, santai lagi lewatin mereka seolah gak ada yang harus dilihatnya.

"Dia siapa, sih?" Tanya Gisel, tampak kebingungan, karna baru pertama kali dirinya mendapati sosok dingin seperti itu.

"Axelle!! Ya, namanya Axelle, Axelle Kang." Ujar Wendy tiba-tiba, membuat ketiga temannya kaget.

"Apa sih, Wen? Suara loe balik, tapi jangan ngagetin kita dong." Protes Joy, kesal.

"Tau nih, Wendy, bikin orang jantungan aja." Ujar Gisel, membuat Wendy meringis pelan.

"Nama cowok tadi Axelle, maksudnya." Ujar Wendy, membuat ketiga temannya menatap gadis itu.

"Loe kenal dia?"

"Nggak."

"Yeee..."

Axelle? Apa kita pernah ketemu sebelumnya? Apa gw pernah berbuat salah sama loe sampe-sampe loe dingin ke gw?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!