"Wendy!! Bantuin gw napa? Loe tega banget ninggalin gw bawa ginian, berat tau!!" Teriak Irene, kesal. Sepagi ini dia harus membawa beberapa berkas proposal untuk referensi kegiatan kemping mereka, Stuart menyuruhnya untuk membuat proposal agar bisa diberikannya pada pihak kampus. Pasalnya mereka tak bisa mengadakan event tahunan itu di gunung seperti tahun sebelumnya, cuaca tak mendukung, Sean juga bilang kalau tempatnya rawan bencana.
"Iya, sabar, Bu. Gw juga ribet kali, yaelah." Ujar Wendy sambil mengambil beberapa berkas yang mereka ambil di gudang senat tadi, lalu menaruhnya di atas meja Irene.
"Loe mau nyalin itu semua?" Tanya Joy, membuat Gisel melihat beberapa tumpukan berkas itu juga.
"Nggaklah, gw cuman butuh contoh aja." Ujar Irene sambil mengambil salah satu berkas disana, membuat Wendy ikut melihat juga.
"Bener ya, Rene. Loe tuh gak kira-kira, ini contoh proposal tahun berapa." Ujar Wendy, tak habis pikir.
"Ya kan, kemping itu di hutan, mana ada di lingkungan kampus." Ujar Irene sambil memakai kacamatanya, lalu mulai membaca dengan teliti.
"Kacamata baru, Rene?" Tanya Gisel, membuat Irene menatapnya. "Kok beda dari yang kemarin?"
Irene membuka kacamatanya, lalu melihatnya. "Ketahuan, ya? Axelle ngasih ini kemarin, lewat temennya." Ujarnya, membuat ketiga temennya kaget.
"Beneran? Ini dari Axelle? Si hoodie item?" Ujar Gisel, takut salah dengar.
"Beneran, katanya gw mungkin butuh kacamata baru." Ujar Irene, tanpa bisa menyembunyikan senyumnya.
"Tumben loe mau make barang hadiah, loe ngarep apa gimana?" Tanya Joy, membuat Wendy dan Gisel menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada Irene.
"Emangnya salah make barang hadiah? Nggak kan, toh dia ikhlas ngasih gw." Ujar Irene sambil memakai kacamatanya kembali, ia kembali sibuk membaca proposal-proposal itu.
"Laper nih, kantin yuk!!" Ajak Wendy, memecah keheningan yang tiba-tiba tercipta.
"Ah iya, gw belum sarapan." Ujar Gisel, membuat Joy yang masih menaruh rasa curiga pada Irene mengalihkan perhatiannya. "Rene, kantin yuk!!" Ajaknya, Irene menghela nafas. "Nggak ada penolakan, ayo!! Loe belum sarapan juga, kan?" Ujarnya, lagi.
"Gw banyak kerjaan, Sel." Ujar Irene, pelan.
"Kita juga banyak kerjaan, tapi gak sesibuk loe. Ayo sarapan dulu, sekalian kita obrolin si hoodie item. Ayo!!" Ajak Joy, senang mendapat kesempatan untuk mengintrogasi Irene lebih dalam.
"Kok bahas dia? Ngapain? Katanya masalah dia selesai, kok masih pengen bahas dia?" Ujar Irene, kaget.
"Ayo cepetan, kita sarapan!!" Ujar Wendy sambil menarik Irene keluar ruang senat dibantu kedua temannya yang lain, Irene hanya pasrah dibuatnya.
"Mau sarapan apa pagi ini?" Tanya Joy, emang nih anak suka heboh kalo urusan makanan.
"Apa ajalah, yang penting cepet." Ujar Irene, malas.
"Rajin amat, Bu, santai aja, toh gak bakalan diamuk juga." Ujar Wendy, tersenyum menggodanya.
"Ish, kan tanggungjawab gw." Ujar Irene, sebal.
"Yaudah, princess kita ini mau makan apa?" Tanya Joy, senyuman lebar menghiasi wajahnya.
"Loe kayak psikopat, Joy!!" Celetuk Irene, kontan saja ucapannya membuat Wendy dan Gisel tertawa.
"Psi-psikopat? Yaelah, Rene, tega bener nyamain gw sama psikopat. Gw ngambek nih!!" Ujar Joy, setengah merajuk.
"Yaudah, kita duluan, Joy!!"
"Kok kalian tega sih!!" Protes Joy, tak berdaya melawan ketiga temannya. Entah kenapa dia jadi bahan bullyan mereka hari ini, udah tau Joy gak tahan dibully, Joy pengennya membully, apalagi bully Irene, hehe.
Wendy dan Gisel hanya tertawa melihat Joy kesal, berbeda dengan Irene yang terpaku menatap Bryan dan Axelle di kejauhan. Gadis itu segera memalingkan pandangan, kala Bryan dan Axelle mendekat kearahnya.
"Pagi, Kak!! Mau kemana nih?" Tanya Bryan, ramah.
"Eh, hoodie--"
Wendy segera menutup mulut Gisel dengan tangannya, sebelum gadis itu menyelesaikan omongannya.
"Kita mau ke kantin, beli sarapan." Jawab Wendy, seadanya. Irene hanya membenarkan kacamatanya, baru sadar ia masih memakai kacamata itu. Hmm, boleh sedikit ngarep, kan?
"Kacamatanya bagus deh, Kakak makin cantik." Ujar Bryan, seolah memancing Axelle agar bicara, atau hanya perasaaan Irene saja?
Axelle yang tak tahu apa-apa hanya menatap sekilas Irene dan yang lainnya, tatapannya menusuk seperti biasanya, membuat Irene dan teman-temannya sedikit merinding.
"Kita duluan ya, Gyu" Ujar Joy, memecah keheningan yang beberapa detik menguasai.
"Eh iya, udah laper nih." Ujar Wendy, tersenyum.
"Ok, semoga sarapannya menyenangkan." Ujar Bryan, pria itu tersenyum miris, ia tahu apa yang terjadi.
"Bye!!"
Irene kembali didorong teman-temannya menjauh dari Axelle, membuat Bryan menatap Axelle kesal.
"Loe gimana sih? Puji dia kek atau gimana?" Ujar Mingyu, sebal dengan tingkah Axelle yang seolah tak memberi ekspresi apa-apa pada penampilan Irene yang berbeda. Iyalah, Irene kan pake kacamata pemberiannya. Tapi Axelle malah diam, pipinya memerah. "Al, loe kenapa?"
"Ha? Loe kenapa, By?" Tanya Axelle, linglung.
"Oii, sadar loe!! Jangan begadang mulu makanya, ngantuk kan loe!!" Ujar Bryan, semakin hari ia malah semakin kesal berteman dengan Axelle, si makhluk kaku. "Ah, loe kenapa? Kok merah begini?" Tanyanya, menyadari perubahan Axelle.
"Apa? Gw gak papa kok, gw baik-baik aja." Ujar Axelle sambil menunduk, lalu menarik tudung hoodie hitam yang dipakainya hingga wajahnya tak terlihat.
"Axelle, loe kenapa? Sakit, ya?"
"Nggak, apaan sih Ming?" Ujar Axelle, risih.
"Kalo gak sakit, terus... Ah, kayaknya gw tau nih. Ngaku gak loe?" Desak Bryan, menahan Axelle yang hendak pergi, mungkin menghindarinya?
"Ngaku apaan sih?" Tanya Axelle, bingung.
"Loe suka sama Kak Irene, kan?" Tanya Bryan, kemudian. Jarang sekali ia melihat Axelle menghindarinya, sepertinya dugaannya selama ini benar.
"Sok tau loe!! Udah ah, gw ada kelas. Bye!!" Ujar Axelle sambil berjalan pergi, meninggalkan Bryan yang tersenyum simpul
Kena loe!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments