Sleeping Beauty

Axelle membuka pelan pintu ruang senat, ruangan ini begitu sepi, mungkin mereka sedang sibuk. Axelle kira akan sangat ramai disini, makanya ia cepat-cepat kemari. Siapa tau ada yang butuh bantuan, mungkin masalah proposal Irene yang kemarin. Tapi sayangnya dia hanya jadi pembantu, hukuman sih, mana ada yang mudah, meskipun membuat proposal memang cukup berat.

Axelle terdiam, kala melihat Irene tengah tidur nyenyak didepan laptopnya yang masih menyala. Axelle menghela nafas kasar, gadis yang cukup keras kepala. Axelle mendekati Irene, kacamata masih menghiasi wajahnya, sepertinya ia ketiduran. Axelle beralih mencari sesuatu untuk menutupi tubuh Irene, yang ia temukan hanya sebuah selimut tipis, Axelle memakainya untuk menyelimuti tubuh Irene.

Cantik...

Axelle menarik pelan kacamata Irene, tangannya mengusap kepala gadis itu, bibirnya mengecup pelan kepala Irene. "Tidurlah, akan saya kerjakan sisanya, Kak." Ujarnya sambil mengambil laptop Irene, pria itu berjalan menuju meja yang ada ditengah-tengah ruangan, membantu apa yang ia bisa.

***

"Bryan!!" Teriak seorang gadis mungil, membuat Bryan menoleh padanya. Ryn berada disampingnya, gadis itu hanya menghela nafas kasar. "Axelle ada?"

"Hmm, dia tadi pergi ke ruang senat katanya." Ujar Bryan, matanya tertuju pada ponsel. "Kenapa, Rima?"

"Yaaa, padahal Rima mau ngasih ini." Ujar Rima, kecewa. "Kan sayang kalo gak dikasih, Rima buat ini dengan cinta."

Bryan hampir saja tertawa, kalo Ryn tak menatap tajam dirinya. "Kenapa gak Rima susulin aja sama Ryn? Toh Ryn juga dihukum, kan?"

"Gw dihukumnya ntaran, bukan sekarang." Ujar Ryn, sebal. "lagian tuh anak sok rajin banget sih, pake nyamperin ruang senat."

"Dia anak yang bertanggungjawab sih, susah dibelokin." Ujar Bryan, terlihat prihatin.

"Yaudahlah, Ma, yuk, samperin dia ke ruang senat." Ujar Ryn sambil menarik tangan Rima, membuat Bryan menatapnya kesal.

"Yaudah, bye, Bryan!! Rima samperin..."

"Udahlah, gak usah pamit, kelamaan." Ujar Ryn sambil menarik tangan Rima, membuat Rima mau tak mau mengikuti langkahnya.

"Dasar barbar!!" Gerutu Bryan, karna tak diberi kesempatan mengenal Rima lebih jauh.

"Rima, kenapa loe suka sama Axelle? Dari awal aja, loe udah gak dianggap sama dia, gak cape?" Tanya Ryn, sesaat setelah mereka menjauh dari Bryan.

"Rima gak tau, Rima cuman suka Axelle. Hati Rima bilang, dia gak salah Rima sukai." Ujar Rima, membuat Ryn tersenyum karna kepolosan Rima. "Lalu, kenapa Ryn suka sama Axelle?"

"Gw? Entah, gw juga gak tau. Mungkin karna dia keliatan beda dari cowok lain, apalagi mata tajamnya yang kadang bikin merinding." Ujar Ryn, tersenyum. "Tapi itu dulu, sekarang gw benci dia."

"Kenapa benci?" Tanya Rima, penasaran. "Karna Axelle gak pernah menghargai Ryn? Karna Axelle gak pernah mau nerima apapun? Atau karna Axelle terlihat angkuh?

"Hmm, bukannya semua sama aja." Ujar Ryn, tersenyum. "Aku gak tau apa yang ada dipikirannya, mungkin itu yang bikin dia menarik."

"Sebenarnya Rima juga gak tau kenapa Rima suka dia, tapi Axelle tuh kayak punya sesuatu yang bisa mengikat Rima."

"Kamu lagi akting atau gimana? Ini bukan drama, Rima!! Ayolah, tuh anak juga gak bakal sadar sepenuhnya." Ujar Ryn, Rima hanya tertawa. "Eh, udah sampai." Ujarnya, tak terasa.

Ryn membuka perlahan pintu itu, ia mengintip sedikit. Sepertinya tak ada siapapun, apa mereka sudah pergi? Atau ada jadwal lain? Atau...

Mata Ryn menatap sosok pria yang ia kenal sebagai Axelle mencium Irene yang tengah tertidur, Ryn menutup mulutnya tak percaya. Gadis itu segera berbalik, lalu menutup pintu.

"Ryn kenapa?" Tanya Yeri, bingung sendiri.

"Ah, gak papa. Didalam gak ada siapa-siapa, sepertinya Axelle juga gak ada." Jawab Ryn sambil mendorong Rima, membuat gadis itu semakin bingung.

"Tapi kata Bryan..."

"Kita cari Axelle di tempat lain, ayo!!"

***

Irene membuka matanya perlahan, ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. "Eh, jam berapa ini?" Gumamnya sambil mengambil ponsel yang tak jauh darinya, ia melihat jam di ponsel itu. "Ah, gw harus masuk!!" Ujarnya, kaget.

Ehh??

Irene menatap selimut yang ada ditubuhnya, ia menyadari laptopnya tak ada ditempat. Irene melihat sekelilingnya, tatapannya terhenti pada seorang pria yang tampak serius dengan laptop milik Irene. Pria berkacamata yang tak menyadari kalau sang pemilik laptop telah bangun. "Axelle?"

Axelle menatap kaget Irene, ia segera berdiri menjauh dari laptop gadis itu. "Maafkan saya, Kak, saya gak macam-macam kok." Ujarnya, gelagapan.

Irene akan beranjak dari kursinya, ia menghampiri Axelle. "Kenapa loe gak bangunin gw? Gw ada kuliah sore ini, dan kenapa laptop gw ada di loe?"

"Ah, saya... Saya tak ingin istirahat Kak Irene terganggu, makanya saya gak bangunin. Saya gak macam-macam kok, saya cuman..."

Irene memeriksa laptopnya, Axelle mengerjakan proposalnya hingga hampir selesai. Apa? Proposal yang tak pernah ia pahami dikerjakan dengan mudah oleh Axelle?

"Waktu SMA, saya juga anggota organisasi sekolah. Proposal seperti ini sudah biasa saya kerjakan, karna organisasi selalu bergantung pada persetujuan sekolah." Ujar Axelle, menjelaskan.

"Heh?"

"A-apa?"

"Kenapa loe gak bantuin gw dari kemarin, huh? Kalo dari kemarin loe kayak gini, gw gak perlu baca proposal bertahun-tahun yang lalu buat referensi." Ujar Irene, sebal. "Ah, ini sih rapi banget." Ujarnya, kagum. "Loe ke...ren!!" Ujarnya, tapi ia terdiam. "Ah, maaf, gw berlebihan ya?"

Axelle diam, bukan karna Irene berlebihan, tapi karna senyuman gadis itu sungguh menawan, bikin Axelle gak bisa berpaling. "Cantik..." Gumamnya, tak terdengar.

"Ha? Loe bilang sesuatu, Axelle?" Tanya Irene, memastikan dirinya tak salah dengar.

"Ah, apa, Kak?" Ujar Axelle, pura-pura bingung.

"Ah, gak papa. Gw cuman mau bilang, makasih udah bantuin gw." Ujar Irene, bibirnya membentuk senyuman manis yang tak terlupakan.

"Hm, gak masalah kok, Kak." Ujar Axelle, ia berusaha keras mengendalikan raut senangnya. "Hm, kakak mau teh?" Tanyanya, lagi.

"Ah, gak usah, gw udah mau pergi, gw ada kelas." Ujar Irene sambil menyimpan file itu, lalu menutup laptopnya. "Sekali lagi makasih, Axelle, gw tinggal bilang ke ketua senat jadinya."

"Sama-sama, Kak." Ujar Axelle, tersenyum samar. "Eh, Kak..."

"Ya? Kenapa?"

"Kalau butuh bantuan, bilang aja!!" Ujar Axelle, membuat Irene terdiam, lalu mengangguk pelan.

"Makasih, Axelle!!" Ujar Irene, tersenyum. "Bye!!" Ujarnya sambil melambaikan tangannya, lalu menghilang dibalik pintu itu.

"Aish, shit!! Kenapa juga gw bilang kayak gitu? Gila, kenapa gw sok manis banget? Apa yang gw lakuin tadi?" Gumam Axelle, saat dirasa Irene telah menjauh. "Aish, kenapa gw gak bisa ngendaliin diri depan dia? Kenapa harus dia? Ah, gw bisa gila!!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!