AIRLANGGA Kisah Seorang Yang Terpilih
Whhhuuuuuggggghhhh dhhaaaassshhh..
Plllaaaakkkkk plllaaaakkkkk...
Blllaaaaaaaaaarrrrrrrrrrr!!!!
Dua orang tua muda tersurut mundur beberapa tombak ke belakang. Keduanya ngos-ngosan mengatur nafasnya yang memburu. Puluhan jurus beradu ilmu beladiri, membuat keduanya terlihat kelelahan.
"Kau sudah mulai lumayan juga, Airlangga. Kau bisa membuat ku sampai lelah seperti ini. Hebat juga kau..", ucap lelaki tua berjanggut putih panjang itu sembari mengusap peluh yang membasahi dahinya yang keriput.
"Ini semua karena ajaran guru. Jika bukan karena ketelatenan guru mengajari saya yang bodoh ini, mana mungkin saya bisa menguasai ilmu beladiri setinggi ini?", ucap si pemuda tampan bertubuh tegap berpakaian bangsawan dengan mahkota kecil berhias permata yang baru saja berusia sekitar 16 tahun ini menghormat pada sang lelaki tua.
"Tapi ingat untuk tetap waspada. Jangan sampai terpecah perhatian mu saat bertarung melawan musuh.."
Selepas berkata demikian, si lelaki tua berjanggut putih panjang itu melesat cepat kearah si pemuda tampan itu sembari mengayunkan tongkatnya. Si pemuda tampan yang dipanggil dengan nama Airlangga ini dengan cepat berkelit lincah menghindari hantaman tongkat kayu gurunya.
Namun tiba tiba saja tubuh lelaki tua itu menghilang dan dalam sekejap mata kemudian sudah muncul di samping Airlangga sambil menyodokkan tongkatnya ke arah pinggang sang murid.
Dhhhuuuuuuggggg!
Aaauuuuggggghhhhh!!!
Airlangga yang tidak siap dengan serangan cepat itu, langsung jatuh tengkurap ke tanah sembari menyusruk rerumputan. Bajunya pun langsung kotor penuh rumput dan lumpur. Melihat hal itu, lelaki tua berjanggut panjang itu terkekeh kecil.
Hehehehe..
"Makanya jangan sampai lengah. Ingat, lawan mu bisa menggunakan segala cara untuk menjatuhkan mu. Kau harus lebih waspada..", ucap guru Airlangga ini sambil mengelus jenggotnya yang panjang.
"Guru main curang dengan menggunakan Ilmu Langkah Dewa Kilat. Kalau tahu Guru akan memakai ilmu itu, aku pas..
Plleeeetttaaakkkk!
Aduhhh, kenapa guru memukul kepala ku?", Airlangga belum menyelesaikan omongannya saat gurunya memukul kepala nya dengan ujung tongkat kayu nya.
"Makanya aku bilang waspada, jangan sampai lengah..
Ini sudah siang. Waktunya kita makan. Ayo pulang ke rumah..", ucap lelaki tua berjanggut panjang itu sembari melangkah meninggalkan tempat itu. Airlangga sambil mendengus lirih karena sedikit kesal dengan ulah gurunya itu, mengelus kepala nya yang benjol pun segera mengikuti langkah sang guru sambil bersungut-sungut kesal.
*****
Ratu Gunapriya Darmapatni termangu menatap lembaran daun lontar yang ada di telapak tangannya. Ada rasa yang tak bisa terungkapkan di mulut ratu cantik yang memiliki nama gadis Mahendradatta ini. Namun, bagaimanapun juga, sebagai keturunan langsung dari Makutawangsawardhana, dia juga memiliki kewajiban untuk menjaga tetap tegaknya dinasti Isyana di Bhumi Medang Kamulan.
Dulu dia begitu marah dengan keputusan ayahnya Sri Maharaja Makutawangsawardhana saat mengirimkannya ke Kerajaan Dalem Bedahulu agar menjadi simbol kekerabatan Dinasti Isyana atas dinasti Warmadewa di Balidwipamandala. Dia bahkan bersumpah untuk tidak akan menginjak Tanah Jawadwipa lagi saking marahnya pada sang ayahanda.
Akan tetapi dia akhirnya menyadari bahwa keputusan sang ayahanda untuk mengirimkannya ke Pulau Bali bertujuan untuk menyebarkan Dinasti Isyana agar tetap lestari sebagai penguasa Bhumi Jawadwipa yang dihormati meskipun harus bercampur dengan Dinasti Warmadewa yang menjadi penguasa pulau ini.
Setelah menikah dengan Dharma Udhayana salah seorang pangeran dari Dinasti Warmadewa, nyatanya kehidupan Ratu Gunapriya Darmapatni justru malah bahagia. Dari pernikahan nya dengan Prabu Dharma Udhayana, tiga orang putra telah dia lahirkan sebagai calon penerus tahta Kerajaan Bedahulu yang juga memiliki hak atas tahta Kerajaan Medang Kamulan di Jawadwipa.
Putra sulungnya yang juga merupakan calon utama penerus tahta Kerajaan Bedahulu, Airlangga merupakan putra kesayangannya. Meskipun Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu juga menjadi permata hati nya akan tetapi Airlangga lah yang paling dia sayangi.
Nawala daun lontar yang baru saja Ratu Gunapriya Darmapatni terima, datang dari Kerajaan Medang Kamulan. Surat itu datang dari sang kakak, Prabu Dharmawangsa Maharaja Medang Kamulan di Wuwatan, yang isinya meminta agar salah satu putra Mahendradatta dijodohkan dengan putri bungsu dari dua putri yang dia miliki.
Asal diketahui bahwa putri sulung Prabu Dharmawangsa telah menikah dengan Prabu Jayabhupati, Penguasa Kerajaan Galuh Pakuan. Ini adalah strategi politik yang dilakukan oleh Prabu Dharmawangsa untuk membendung meluasnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya kala itu yang menjadi ingin menjadi penguasa nomor satu di wilayah Nusantara.
Sedangkan sang putri bungsu dari dua bersaudara itu, Galuh Sekar, yang juga merupakan yang paling cantik diantara mereka berdua, seyogyanya nanti akan menjadi pewaris tahta Kerajaan Medang Kamulan. Namun Prabu Dharmawangsa tidak ingin ada pihak lain yang masuk dalam kekerabatan Dinasti Isyana hingga dia memutuskan untuk menyurati saudara kandung nya yang ada di Bedahulu agar bersedia menjodohkan putra mereka dengan Galuh Sekar.
"Kita harus menerima permintaan ini, Ratu ku..
Darah Wangsa Isyana harus tetap lestari sebagai penguasa Bhumi Jawadwipa. Terlebih lagi, putra kita Airlangga telah berusia 2 windu. Sudah cukup umur untuk menjadi calon penerus tahta Kerajaan Medang Kamulan.
Aku tahu bahwa dia adalah putra kesayangan mu, Dinda Ratu. Akan tetapi, dengan pernikahan ini selain menjaga tegaknya kekuasaan Dinasti Isyana, juga akan memberikan kehormatan besar bagi Dinasti Warmadewa karena salah satu keturunannya menjadi penguasa Pulau Jawa. Aku sangat mendukung rencana ini ", ucap Prabu Dharma Udhayana sambil tersenyum simpul.
"Aku tahu itu, Bli Prabu..
Berat rasanya berpisah dengan Airlangga. Rasanya baru kemarin dia bermain di pangkuan ku dan sekarang aku harus merelakan dirinya untuk pulang ke tanah leluhur ku", ucap Ratu Gunapriya Darmapatni sembari menyeka air mata yang mulai keluar dari sudut matanya yang indah.
"Dharma seorang ksatria adalah menjadi penjaga kehormatan leluhur nya, Dinda Ratu..
Relakan lah dan berdoalah kepada Hyang Dewata Yang Agung, dia selalu ada dalam lindungan Nya", ucap Prabu Dharma Udhayana sambil tersenyum penuh arti. Ratu Gunapriya Darmapatni pun menghela nafas berat sebelum ikut tersenyum.
Sementara di sisi barat Kerajaan Bedahulu, tepatnya di pesisir pantai barat, seorang pemuda tampan sedang asyik memacu kuda putihnya melintasi tepi pantai yang berpasir putih. Melihat dari pakaian nya, bisa dipastikan bahwa ia adalah seorang bangsawan. Beberapa perhiasan emas dan mutiara nampak menghiasi tubuhnya termasuk sebuah mahkota berhias permata kecil di dahi yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang pangeran.
Di tepi tebing bukit batu yang menjulang di tepi pantai, sang pemuda tampan itu, Airlangga, menghentikan langkah kaki kuda nya. Di sebelah tebing bukit batu ini terdapat sebuah puri kecil yang indah. Beberapa orang nampak sedang duduk di puri kecil itu seperti sedang membicarakan sesuatu. Kesana lah sang pemuda tampan itu menuntun kudanya.
Setelah mengikat tali kekang kudanya di samping kanan puri kecil yang indah ini, sang pemuda tampan itu segera berjalan masuk ke dalam puri. Beberapa orang pun langsung menghormat pada sang pemuda tampan itu sedangkan seorang lelaki tua dengan pakaian brahmana nampak mengangkat tangan kanannya sebagai tanda restu sambil tersenyum simpul pada sang pemuda.
"Paman Mapatih Gunadharma...
Ada hal apa yang membuat mu mengunjungi tempat pembelajaran ku? Bukankah aku masih belum diketahui memiliki hak atas tahta Kerajaan Bedahulu?", ujar pemuda berparas tampan itu segera.
Yang disebut sebagai Mapatih Gunadharma itu, seorang lelaki tua dengan tampang yang licik, segera tersenyum lebar sembari menghormat pada sang pemuda tampan.
.
"Gusti Pangeran Airlangga salah paham...
Hamba kemari bukan untuk mencari masalah dengan Gusti Pangeran. Akan tetapi hamba diutus kemari oleh Gusti Ratu Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Darmapatni untuk menyampaikan berita gembira untuk Gusti Pangeran. Pamanda Gusti Pangeran Airlangga, Prabu Dharmawangsa di Tanah Jawadwipa, berkenan untuk mengambil menantu Gusti Pangeran. Itu artinya, kelak Gusti Pangeran Airlangga lah yang kelak akan menjadi raja di Kerajaan Medang meneruskan Dinasti Isyana sebagai penguasa Bhumi Nusantara ini", ucap Mapatih Gunadharma itu segera.
Pangeran muda itu segera menghela nafas berat. Sekalipun ia pernah mendengar kasak kusuk tentang dirinya sebagai anak haram Ratu Gunapriya Darmapatni dari lelaki lain saat datang ke Kerajaan Bedahulu akan tetapi dia di rawat oleh Prabu Dharma Udhayana sejak lahir. Dia tahu bahwa alasan mengapa dia tidak segera diangkat menjadi putra mahkota Kerajaan Bedahulu berhubungan dengan desas desus itu. Banyak orang di Bedahulu menaruh perasaan tidak suka dengan pemerintahan Ratu Gunapriya Darmapatni yang berasal dari keluarga Dinasti Isyana di Kerajaan Medang Kamulan hingga mereka sengaja menebar kebencian terhadap pemerintahan Ratu Gunapriya Darmapatni dengan menggaungkan fitnah kejam ini.
Alasan lain mengapa ibunya Ratu Gunapriya Darmapatni memilih untuk menyetujui pernikahannya dengan putri Prabu Dharmawangsa pun pasti juga berkaitan dengan hal itu. Akan tetapi sebagai anak yang patuh kepada orang tua dan demi masa depan adiknya Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu, Airlangga pun langsung mengangguk mengerti.
"Aku tidak keberatan dengan perintah dari Biyang Ratu Gunapriya Darmapatni, Paman Mapatih.
Guru Maharesi Batara Satyaguru...
Kiranya sudah cukup pembelajaran yang guru berikan kepada murid. Jika kelak Dewata Yang Agung memberikan kesempatan kepada kita untuk berjumpa kembali, mohon guru tidak melupakan saya sebagai murid pertapaan ini", Airlangga segera membungkuk hormat kepada orang tua yang dia sebut sebagai Maharesi Batara Satyaguru itu setelah usai berbicara.
"Bijaklah dalam berucap dan membawa diri, Nakmas Pangeran..
Dewata Yang Agung pasti akan selalu melindungi semua langkah mu di Bumi Jawadwipa. Kau masih muda, langkah mu masih sangat panjang. Aku percaya kecerdasan mu akan selalu menjadi keunggulan mu dalam semua hal", ucap Maharesi Batara Satyaguru mengakhiri petuah bijak nya. Airlangga mengangguk mengerti mendengar nya.
Hari itu juga, Airlangga pulang ke Kotaraja Bedahulu. Saat hari menjelang malam, sampailah ia dan rombongannya di Istana Kotaraja Bedahulu. Kedatangan nya langsung disambut gembira oleh Ratu Gunapriya Darmapatni.
Pada malam hari nya, Ratu Gunapriya Darmapatni memberikan banyak petuah bijak untuk sang putra pertama yang akan meninggalkan negeri itu untuk selamanya. Berbagai macam petunjuk dan sebuah keris pusaka diberikan oleh Ratu Gunapriya Darmapatni kepada Airlangga.
"Ingat putra ku...
Saat kelak kau mewarisi tahta Kerajaan Medang dari Kakang Prabu Dharmawangsa, kau harus menjadi raja yang adil dan bijaksana, mampu mengayomi rakyat dan menyejahterakan kehidupan mereka. Seorang raja adalah wakil dewa di dunia. Setiap tindakan raja harus berdasarkan kebenaran", ucap Ratu Gunapriya Darmapatni sembari tersenyum tipis.
"Ananda mengerti, Biyang Ratu..", jawab Airlangga sambil menghormat.
Malam itu menjadi malam terakhir Airlangga tinggal di Bedahulu. Karena sejarah telah mencatat bahwa semenjak malam itu, Airlangga tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di Bumi Balidwipamandala.
Ayam jantan berkokok lantang bersahutan menandakan bahwa pagi telah menjelang tiba di Kotaraja Bedahulu. Para penduduk Kotaraja yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Bedahulu ini pun mulai bergerak untuk melanjutkan kehidupan yang sempat terhenti kala malam menjelang tiba. Semuanya kembali melanjutkan cita dan mimpi yang mereka miliki untuk meniti jalan kehidupan yang lebih baik.
Airlangga sejenak menatap ke arah Ratu Gunapriya Darmapatni dan Prabu Dharma Udhayana yang berdiri di pintu gerbang istana bersama kedua adiknya Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu. Ada perasaan tidak rela meninggalkan tanah kelahirannya itu. Namun janji seorang ksatria pantang untuk diingkari. Dia menganggukkan kepalanya sekali sebelum mulai memacu kuda tunggangannya bersama rombongan pengantar dari Istana Kotaraja Bedahulu.
Untung saja cuaca hari ini cerah. Tanpa halangan yang melintang, tepat pada saat tengah hari rombongan itu sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Sebuah kapal besar telah menunggu kedatangan mereka di dermaga pelabuhan. Beberapa orang prajurit dengan cepat memindahkan barang bawaan rombongan itu ke dalam kapal. Itu termasuk barang seserahan pernikahan yang dibawa dari Istana Bedahulu.
"Semuanya sudah siap, Gusti Pangeran", ucap nahkoda kapal besar yang akan menjadi pemimpin perjalanan laut Airlangga ke Bumi Jawadwipa. Airlangga mengangguk mengerti.
"Paman Mapatih Gunadharma..
Aku haturkan banyak terimakasih atas bantuannya selama ini. Mohon untuk selanjutnya, dukunglah Dhimas Marakata Pangkaja agar dia pantas dan layak untuk dijadikan sebagai penerus tahta Kerajaan Bedahulu. Airlangga pamit, mohon doa restunya.."
Usai berkata demikian, Airlangga pun segera melangkah menaiki tangga menuju geladak kapal jung ini. Bersama dengan 20 orang prajurit pengawal pilihan dan 15 anak buah kapal, Airlangga memulai perjalanan nya menuju ke Pulau Jawa.
Mapatih Gunadharma pun terus memperhatikan kapal jung besar itu yang mulai mengecil di cakrawala langit barat. Sebuah senyuman licik pun segera tersungging di bibirnya sebelum dia meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk untuk kembali ke Istana Kotaraja Bedahulu.
Dua hari terapung di atas lautan, rombongan Airlangga akhirnya tiba juga di Pelabuhan Hujung Galuh yang menjadi pelabuhan terbesar di wilayah timur Kerajaan Medang. Untung saja, selama perjalanan mereka lancar-lancar saja tanpa ada rintangan yang berarti. Meskipun sempat di hantam badai sebelum memasuki Pelabuhan Hujung Galuh, namun nyatanya mereka berhasil juga berlabuh dengan selamat.
Airlangga sejenak mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu. Hiruk pikuk kehidupan pelabuhan dengan kesibukan para kuli panggul dan para saudagar menjadi pemandangan yang biasa ditempat ini. Jauh lebih ramai jika dibandingkan dengan Pelabuhan Gilimanuk.
Perlahan, Airlangga melangkah menuruni anak tangga kapal. Begitu menjejak dermaga, sebuah suara serak dengan nada tinggi terdengar dari belakang Airlangga.
"Wah siapa ini?!
Berani sekali berlabuh tanpa ijin dari ku..!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Fajar Ayu Kurniawati
.
2024-06-30
1
TVN
Tamatnya terlalu di paksakan
2024-05-03
1
Arix Zhufa
sangat bagus sekali...tp termasuk bacaan berat, ide nya pasti berat juga
2024-05-01
1