Rahasia Bukit Kembang ( bagian 1 )

Lelaki berpakaian kuning hijau itu segera bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Meskipun sudah dipastikan bahwa rombongan Airlangga dan kawan-kawan telah menjauh, namun ia tidak gegabah dalam bertindak. Beberapa kali ia masih menoleh ke belakang untuk memastikan keselamatan nya.

Di salah satu sudut Alas Munung, tepatnya di balik semak belukar nan rimbun di samping pohon randu alas besar, ia menyelinap masuk ke dalam rimbunnya pepohonan. Kemudian dia keluar dari situ sambil menuntun seekor kuda berwarna kecoklatan. Sebentar kemudian, dia sudah memacu kuda nya ke arah Utara, tepatnya menuju ke arah Pegunungan Kendeng Utara.

Tepat di depan gapura sebuah perguruan, ia melompat turun dari kudanya. Di atas gapura kayu ini tertulis jelas bahwa itu adalah Padepokan Bukit Kendeng.

"Ndu, kau darimana? Kenapa pulang sendirian?", tanya seorang lelaki bertubuh kekar yang menjaga pintu gerbang Padepokan Bukit Kendeng.

Tanpa menghiraukan sapaan akrab dari dua orang berpakaian sama dengan nya yang menjaga pintu gerbang, ia berlari menuju ke arah balai utama Padepokan Bukit Kendeng seolah sedang terburu-buru. Bahkan kudanya saja tidak sempat dia ikatkan di tempat yang disediakan.

"Ada apa dengan si Randu, No? Kog kelihatan seperti sedang dikejar setan begitu?", tanya seorang lelaki bertubuh kekar dengan kumis tebal sembari terus menatap ke arah orang yang disebutnya.

"Mana ku tahu Kang Jo?!!

Mungkin ada sesuatu yang sangat penting hingga ia seperti sedang kesetanan begitu. Sudah abaikan saja dia...", jawab si lelaki bertubuh gempal lainnya sembari kembali mengalihkan pandangannya ke sekeliling tempat itu. Kawan nya itu pun sepakat dengan nya dan kedua nya kembali melanjutkan tugas mereka sebagai penjaga pintu gerbang Padepokan Bukit Kendeng.

Randu, salah satu orang yang mengikuti Surodipo itu, segera bergegas menuju ke arah tempat guru besar Padepokan Bukit Kendeng berada. Kebetulan saja, Mpu Seca sang guru besar sekaligus pimpinan Padepokan Bukit Kendeng sedang berbincang dengan para murid utama dan sesepuh Padepokan Bukit Kendeng di balai utama. Kedatangan Randu langsung mengagetkan nya.

"Katiwasan Guru katiwasan..

Paman Surodipo sudah di bunuh orang", lapor Randu sambil bersimpuh di lantai balai utama.

APPAAAAAAA??!!!!

"B-bagaimana mungkin itu terjadi? Siapa orang yang melakukannya?", Mpu Seca langsung bangkit dari tempat duduknya dan mendengus keras. Lelaki tua berjanggut putih pendek dengan tatapan mata tajam ini terlihat sangat marah mendengar berita kematian adik seperguruan nya itu.

"Ia adalah seorang pendekar muda yang memiliki sebuah keris pusaka yang mengeluarkan pamor merah kebiruan. Sepertinya jika dipikir-pikir, bukankah itu berarti dia memegang keris pusaka yang selama ini guru idam-idamkan, Keris Pulanggeni?", ucap Randu yang membuat Mpu Seca semakin terpancing emosi nya.

"Keris Pulanggeni ada di tangan nya?

Bedebah! Aku harus mendapatkan nya. Kemana arah perginya pendekar muda itu, Randu? Kita harus cepat bisa menangkapnya, hidup atau mati..", tanya Mpu Seca dengan cepat.

"Guru tenang saja, pendekar muda itu tidak akan bisa lari jauh. Dia terluka dalam cukup parah saat bertarung melawan Paman Surodipo...

Kawan-kawannya membawa nya ke Padepokan Bukit Kembang, Guru", lanjut Randu kemudian.

"Padepokan Bukit Kembang? Bangsat!! Kenapa harus kesana?!

Hemmmmmmm...

Si setan betina Dewi Pratiwi itu pasti akan melindungi nya dengan sekuat tenaga. Tapi meskipun harus beradu nyawa dengan nya, itu setimpal asalkan aku bisa mendapatkan Keris Pulanggeni.

Cendani, Bojasampir...!!!

Siapkan para murid terbaik Padepokan Bukit Kendeng. Hari ini juga kita akan menyerbu Padepokan Bukit Kembang. Cepat laksanakan!", mendengar perintah dari Mpu Seca, murid utama Padepokan Bukit Kendeng , Cendani, dan sesepuh Padepokan Bukit Kendeng, Bojasampir, segera menghormat pada sang pimpinan.

"Kami mengerti..!!!"

Tak butuh waktu lama bagi kedua orang itu untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Mpu Seca. Setidaknya ada 100 orang murid Padepokan Bukit Kendeng bersama beberapa sesepuh dan murid utama yang siap diberangkatkan. Siang itu juga, para murid Padepokan Bukit Kendeng yang di pimpin langsung oleh guru besar mereka Mpu Seca, berangkat menuju ke arah Padepokan Bukit Kembang yang ada di wilayah Kadipaten Anjuk Ladang.

****

Kedatangan Sekar Melati dan Puspa Mawar juga yang lain dalam keadaan penuh luka-luka sontak membuat para murid Padepokan Bukit Kembang geger. Mereka semua segera memapah saudari-saudarinya yang luka dan membawa mereka ke balai pengobatan yang ada di sisi selatan perguruan.

Dewi Pratiwi, pimpinan Padepokan Bukit Kembang yang mendapatkan laporan dari salah seorang muridnya, langsung bergegas menuju ke arah balai pengobatan.

"Sekar Melati..

Kenapa bisa hal ini terjadi? Siapa yang berani untuk melukai kalian?", tanya Dewi Pratiwi segera. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dan menarik ini mengedarkan pandangannya ke arah para murid nya yang terbaring lemah di atas ranjang dengan penuh luka.

"Kami mendapat penyergapan di Alas Munung, Guru. Surodipo Si Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng dan kawan-kawan nya yang melakukan nya.

Untung saja, saat aku dan Puspa Mawar hampir menjadi korban nafsu bejat orang itu, orang yang ada di sana menolong kami. Jika tidak mungkin aku dan Mawar akan bernasib sama seperti Kangmbok Sekar Mirah", Sekar Melati menunjuk ke arah ranjang tidur tempat Airlangga terbaring pingsan. Ada Senopati Cakrajaya yang menemaninya.

Segera Dewi Pratiwi melangkah mendekati Senopati Cakrajaya yang nampak berdiri di samping Airlangga yang terbaring pingsan.

"Kisanak yang menolong murid murid ku?", tanya Dewi Pratiwi segera.

"Sejujurnya, bukan aku yang menolong mereka, Nini Dewi..

Tapi dia yang melakukannya", Senopati Cakrajaya segera menunjuk ke arah Airlangga yang pingsan.

"Dia mengerahkan seluruh kemampuan beladiri nya untuk menghadapi lawan yang semestinya bukan lawannya. Walaupun akhirnya dia harus pingsan saat terakhir, dia berjuang mati-matian untuk menolong para murid mu", imbuh Senopati Cakrajaya kemudian.

Hemmmmmmm...

"Pendekar muda yang hebat..

Aku akan berterimakasih kepada nya langsung", ucap Dewi Pratiwi sembari mengayunkan dua jari tangan kanannya ke arah dada Airlangga.

Thhukkkk thhukkkk..

Airlangga langsung menggeliat dari pingsannya. Perlahan matanya terbuka dan pandangan mata nya langsung tertuju pada sosok Dewi Pratiwi yang berada di hadapannya. Perempuan paruh baya berpakaian serba merah itu nampak tersenyum lebar ketika melihat sang pangeran muda sadar dari pingsannya. Namun,

Hoooeeeeggggh!!!

Airlangga kembali memuntahkan darah segar kehitaman. Melihat hal itu, Dewi Pratiwi pun segera bergeser ke belakang nya dan Senopati Cakrajaya cepat membantu Airlangga untuk duduk bersila. Dewi Pratiwi segera duduk bersila di belakang Airlangga lalu dengan beberapa gerakan tangan, perempuan cantik berbaju merah itu segera menghentakkan kedua tangan nya ke punggung sang pangeran muda.

Hawa panas langsung menyebar ke seluruh tubuh Airlangga dari punggungnya. Airlangga pun kembali memuntahkan darah segar. Setelah 3 kali muntah darah, perlahan nafasnya yang semula begitu sesak kini telah lancar kembali. Ini menandakan bahwa luka dalam nya telah berangsur membaik. Setelah cukup lama, Dewi Pratiwi menghentikan penyaluran tenaga dalam. Wajah Airlangga yang semula pucat pasi kini telah memerah.

"Terimakasih atas bantuannya, Nini Dewi...", ucap Airlangga sembari menghormat penuh kesopanan.

"Aku yang harusnya mengucapkan terima kasih kepada mu, Pendekar muda.

Tanpa pertolongan mu, para murid ku Sekar Melati dan Puspa Mawar akan menjadi korban nafsu birahi Si Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng. Kehormatan bagi seorang perempuan jauh lebih berharga daripada nyawanya sendiri", ucap Dewi Pratiwi sembari melangkah menuju ke sudut ruangan balai pengobatan Padepokan Bukit Kembang. Dia mengambil sebuah kendi yang memiliki tutup dari pohon randu, membuka nya dan mencium aroma yang keluar dari dalam kendi itu sebelum melangkah menuju ke arah Airlangga kembali.

"Minumlah ini. Obat Penguat Tubuh ini akan mempercepat pemulihan tenaga mu yang terkuras habis", mendengar ucapan itu, Airlangga pun tanpa ragu sedikitpun segera meminum cairan yang ada di dalam kendi tanah liat itu. Ada rasa manis bercampur pahit dan sedikit getir yang terasa.

"Oh iya aku hampir lupa, aku belum memperkenalkan diri. Sungguh tidak sopan rasanya seperti ini.

Aku Dewi Pratiwi, pimpinan Padepokan Bukit Kembang. Kalau boleh tahu, siapa dirimu ini, pendekar muda?", ucap Dewi Pratiwi kemudian.

"Nama saya Airlangga, Nini Dewi..

Saya hanya seorang pengelana dari Kerajaan Bedahulu di Pulau Bali. Kebetulan saja, saya bertemu dengan Gusti Senopati Cakrajaya ini yang juga punya tujuan sama seperti saya yaitu ke Kotaraja Wuwatan", jawab Airlangga jujur, meskipun menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang pangeran.

"Wah ternyata orang jauh rupanya.

Kalau begitu, banyak lah beristirahat di sini, Anak muda. Aku tidak akan menggangu mu lagi. Kau harus segera pulih kembali seperti semula.

Gusti Senopati, aku undur diri..", ucap Dewi Pratiwi sembari membungkuk hormat kepada Senopati Cakrajaya sebelum ia berbalik badan dan melangkah keluar dari dalam balai pengobatan Padepokan Bukit Kembang.

Senja mulai turun diatas cakrawala barat, menghadirkan rona merah kekuningan yang indah di langit. Burung-burung siang pun telah pulang kembali ke sarangnya, sedangkan para burung malam pun mulai bergerak di antara ranting pohon yang tumbuh di kaki Bukit Kembang yang terletak di utara Kadipaten Anjuk Ladang. Suasana begitu tenang di sekitar tempat itu.

Namun, suasana tenang dan damai di kaki Bukit Kembang itu seketika menjadi rusak setelah penjaga gerbang Padepokan Bukit Kembang memukul kentongan bertalu-talu. Itu adalah pertanda bahaya besar sedang mengancam mereka. Suasana pun langsung kacau balau seketika itu juga.

Airlangga bangkit dari tempat tidur nya di balai pengobatan. Rasa sesak pada dadanya telah sepenuhnya menghilang setelah ia minum obat dan tidur sore hari tadi. Meskipun ia belum pulih sepenuhnya, ia pun segera berjalan keluar dari dalam balai pengobatan.

"Apa yang terjadi? Kenapa semua orang terlihat panik?", tanya Airlangga setelah mencekal lengan seorang murid Padepokan Bukit Kembang yang berlari cepat kearah gerbang perguruan.

Sambil terengah-engah mengatur nafasnya, si murid perempuan itu segera menjawab pertanyaan Airlangga,

"Ada orang yang menyerbu kemari..."

Terpopuler

Comments

Akmal Udin

Akmal Udin

mantap Thor

2024-07-18

0

Imam Sutoto

Imam Sutoto

good luck thor lanjut

2024-06-07

0

🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅

🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅

Lawan dong.. kan bisanya wanita selalu benar 😁

2024-02-01

2

lihat semua
Episodes
1 Pangeran dari Balidwipamandala
2 Di Pelabuhan Hujung Galuh
3 Pertapa Tua dan Kelima Muridnya
4 Kesepakatan Kecil
5 Istana Pakuwon Tamwlang
6 Orang Gila
7 Sendang Made
8 Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng
9 Padepokan Bukit Kembang
10 Rahasia Bukit Kembang ( bagian 1 )
11 Rahasia Bukit Kembang ( bagian 2 )
12 Dewi Anggrek Bulan
13 Ajian Guntur Saketi
14 Kotaraja Wuwatan
15 Taman Sari Istana
16 Rencana Pernikahan
17 Siasat
18 Pernikahan Airlangga dan Galuh Sekar
19 Mahapralaya Medang ( bagian 1 )
20 Mahapralaya Medang ( bagian 2 )
21 Mahapralaya Medang ( bagian 3 )
22 Pelarian
23 Mereka Yang Berpindah
24 Penginapan Kembang Cempaka
25 Penginapan Kembang Cempaka ( bagian 2 )
26 Kleyang Kabur Kanginan
27 Pemilik Pedang Naga Api
28 Melawan Nini Gagak Hitam
29 Amanat
30 Sepasang Dewa Pedang dari Gunung Bromo
31 Ajian Sepi Angin
32 Latih Tanding
33 Perampok Tujuh Kapak Emas
34 Perampok Tujuh Kapak Emas ( bagian 2 )
35 Perampok Tujuh Kapak Emas ( bagian 3 )
36 Perampok Tujuh Kapak Emas ( bagian akhir )
37 Sesama Buronan
38 Lelaki Bertopeng Daun Krombang
39 Menolong Yang Setia
40 Bara Api Dendam Mpu Wasesa
41 Kucur Tirta Embun
42 Kucur Tirta Embun ( bagian 2 )
43 Kucur Tirta Embun ( bagian 3 )
44 Kucur Tirta Embun ( bagian akhir )
45 Menuju Bukit Rangrang
46 Maharesi Mpu Gatra
47 Yang Terpilih
48 Pengkhianat
49 Adu Nyawa Di Tepi Sungai Kapulungan
50 Sayembara Tamwlang
51 Wanua Kitri
52 Ki Bandol Si Rampok Tubuh Besi
53 Sakri dari Padepokan Padas Putih
54 Siapa Pemilik Selanjutnya?
55 Padepokan Padas Putih
56 Padepokan Padas Putih ( bagian 2 )
57 Padepokan Padas Putih ( bagian 3 )
58 Padepokan Padas Putih ( bagian 4 )
59 Padepokan Padas Putih ( bagian 5 )
60 Pertapaan Vanagiri
61 Suara Rakyat Medang
62 Malam Pertama Yang Tertunda
63 Utusan
64 Ujian Kebijaksanaan
65 Kotaraja Wuwatan Mas
66 Hari Penobatan
67 Pembunuh Bayaran dari Wuratan
68 Dua Benteng Kerajaan Medang
69 Galuh Sekar Hamil
70 Sepasang Iblis Abu-abu
71 Bantuan
72 Murka Prabu Hasinaraja
73 Perang Pertama ( bagian 1 )
74 Perang Pertama ( bagian 2 )
75 Perang Pertama ( bagian 3 )
76 Perang Pertama ( bagian 4 - Pertarungan Para Tumenggung )
77 Perang Pertama ( bagian 5 )
78 Perang Pertama ( bagian akhir )
79 Kabupaten Gelang-gelang
80 Ancaman
81 Pertemuan Pendekar
82 Suara Hati Parahita
83 Situasi di Lembah Seribu Bunga
84 Pangeran Lembah Hantu
85 Adu Kecerdikan
86 Para Pengatur Wilayah
87 Ksatria
88 Kelahiran Putra Pertama
89 Pemicu Perluasan Wilayah
90 Upaya Penculikan Sang Putri Sanggramawijaya
91 Keputusan Sang Raja Medang
92 Pengorbanan
93 Adu Nyawa di Rawa Pucang
94 Taktik Perang
95 Pengepungan Kotaraja Tanggulangin
96 Melawan Raja Hasin ( bagian 1 )
97 Melawan Raja Hasin ( bagian 2 )
98 Ratu Lodaya Nyai Calon Arang
99 Pagebluk
100 Pralaya Kotaraja Wuwatan Mas
101 Pralaya Kotaraja Wuwatan Mas 2
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Pangeran dari Balidwipamandala
2
Di Pelabuhan Hujung Galuh
3
Pertapa Tua dan Kelima Muridnya
4
Kesepakatan Kecil
5
Istana Pakuwon Tamwlang
6
Orang Gila
7
Sendang Made
8
Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng
9
Padepokan Bukit Kembang
10
Rahasia Bukit Kembang ( bagian 1 )
11
Rahasia Bukit Kembang ( bagian 2 )
12
Dewi Anggrek Bulan
13
Ajian Guntur Saketi
14
Kotaraja Wuwatan
15
Taman Sari Istana
16
Rencana Pernikahan
17
Siasat
18
Pernikahan Airlangga dan Galuh Sekar
19
Mahapralaya Medang ( bagian 1 )
20
Mahapralaya Medang ( bagian 2 )
21
Mahapralaya Medang ( bagian 3 )
22
Pelarian
23
Mereka Yang Berpindah
24
Penginapan Kembang Cempaka
25
Penginapan Kembang Cempaka ( bagian 2 )
26
Kleyang Kabur Kanginan
27
Pemilik Pedang Naga Api
28
Melawan Nini Gagak Hitam
29
Amanat
30
Sepasang Dewa Pedang dari Gunung Bromo
31
Ajian Sepi Angin
32
Latih Tanding
33
Perampok Tujuh Kapak Emas
34
Perampok Tujuh Kapak Emas ( bagian 2 )
35
Perampok Tujuh Kapak Emas ( bagian 3 )
36
Perampok Tujuh Kapak Emas ( bagian akhir )
37
Sesama Buronan
38
Lelaki Bertopeng Daun Krombang
39
Menolong Yang Setia
40
Bara Api Dendam Mpu Wasesa
41
Kucur Tirta Embun
42
Kucur Tirta Embun ( bagian 2 )
43
Kucur Tirta Embun ( bagian 3 )
44
Kucur Tirta Embun ( bagian akhir )
45
Menuju Bukit Rangrang
46
Maharesi Mpu Gatra
47
Yang Terpilih
48
Pengkhianat
49
Adu Nyawa Di Tepi Sungai Kapulungan
50
Sayembara Tamwlang
51
Wanua Kitri
52
Ki Bandol Si Rampok Tubuh Besi
53
Sakri dari Padepokan Padas Putih
54
Siapa Pemilik Selanjutnya?
55
Padepokan Padas Putih
56
Padepokan Padas Putih ( bagian 2 )
57
Padepokan Padas Putih ( bagian 3 )
58
Padepokan Padas Putih ( bagian 4 )
59
Padepokan Padas Putih ( bagian 5 )
60
Pertapaan Vanagiri
61
Suara Rakyat Medang
62
Malam Pertama Yang Tertunda
63
Utusan
64
Ujian Kebijaksanaan
65
Kotaraja Wuwatan Mas
66
Hari Penobatan
67
Pembunuh Bayaran dari Wuratan
68
Dua Benteng Kerajaan Medang
69
Galuh Sekar Hamil
70
Sepasang Iblis Abu-abu
71
Bantuan
72
Murka Prabu Hasinaraja
73
Perang Pertama ( bagian 1 )
74
Perang Pertama ( bagian 2 )
75
Perang Pertama ( bagian 3 )
76
Perang Pertama ( bagian 4 - Pertarungan Para Tumenggung )
77
Perang Pertama ( bagian 5 )
78
Perang Pertama ( bagian akhir )
79
Kabupaten Gelang-gelang
80
Ancaman
81
Pertemuan Pendekar
82
Suara Hati Parahita
83
Situasi di Lembah Seribu Bunga
84
Pangeran Lembah Hantu
85
Adu Kecerdikan
86
Para Pengatur Wilayah
87
Ksatria
88
Kelahiran Putra Pertama
89
Pemicu Perluasan Wilayah
90
Upaya Penculikan Sang Putri Sanggramawijaya
91
Keputusan Sang Raja Medang
92
Pengorbanan
93
Adu Nyawa di Rawa Pucang
94
Taktik Perang
95
Pengepungan Kotaraja Tanggulangin
96
Melawan Raja Hasin ( bagian 1 )
97
Melawan Raja Hasin ( bagian 2 )
98
Ratu Lodaya Nyai Calon Arang
99
Pagebluk
100
Pralaya Kotaraja Wuwatan Mas
101
Pralaya Kotaraja Wuwatan Mas 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!