Setelah meninggalkan Sendang Made, Airlangga bersama Senopati Cakrajaya pun kembali melanjutkan perjalanan bersama para pengikutnya yang menunggu di utara Sungai Kapulungan. Mereka semua melanjutkan ke arah barat, menyusuri sisi utara Sungai Kapulungan. Menjelang tengah hari, mereka sampai di sisi timur tapal batas wilayah Kadipaten Anjuk Ladang tepatnya di tepi hutan kecil bernama Alas Munung.
Dari kejauhan tampak puluhan orang sedang beradu kepandaian ilmu beladiri. Terlihat dua kelompok orang yang bertarung mengadu nyawa.
Satu kelompok berpakaian serba merah, kebanyakan perempuan mengenakan ikat kepala merah berpelisir hitam dengan gambar cempaka. Mereka bersenjatakan pedang. Sedangkan lawan yang mengepung mereka, terdiri dari para lelaki berpakaian serba kuning berseling hijau. Pertarungan mereka berlangsung sengit.
Dua orang wanita muda berpakaian merah nampak sedang menghadapi seorang lelaki paruh baya dengan tahi lalat besar di samping hidung nya. Menilik dari pakaian yang dia kenakan, sepertinya lelaki paruh baya bertubuh gempal dengan senyuman genit ini adalah pimpinan dari kelompok lelaki berbaju kuning hijau itu.
Shhhrrrreeeeettttth shhrreeettthhh!
Dua tebasan pedang dari kedua gadis muda ini mengarah pada tubuh lelaki bertubuh gempal itu. Dengan secepat mungkin, lelaki paruh baya itu menjejak tanah dengan keras lalu melenting tinggi ke udara menghindari sabetan pedang lawannya. Segera ia memutar tubuhnya di udara dan bersalto sambil melayangkan tendangan keras kearah punggung kedua perempuan muda ini.
Dhhhaaaassshhhh dhhaaaassshhh..
Oouuuuuuuugggghh!!!
Dua orang perempuan muda berbaju merah itu melengguh tertahan saat tendangan keras itu menghajar punggung mereka. Mereka nyaris saja terjungkal menyusruk tanah andai tidak cepat menguasai diri. Keduanya pun segera berbalik badan dan menatap tajam ke arah lelaki paruh baya yang sedang senyum-senyum cabul pada mereka.
"Bajingan Surodipo!!
Pantas saja kau bisa mempecundangi kakak seperguruan ku Sekar Mirah. Kau rupanya punya kemampuan beladiri yang tinggi juga..", ucap seorang perempuan berbaju merah yang mengenakan tusuk konde dari perak sembari memutar pedangnya.
Hahahahahahahaha...
"Tentu saja aku ini hebat. Kalau tidak mana mungkin aku bisa menikmati tubuh murid pertama Padepokan Bukit Kembang? Asal kalian tahu, kakak seperguruan kalian menjerit keenakan saat aku melakukannya. Apa kalian berdua tidak ingin mencobanya?", lelaki paruh baya bernama Surodipo itu menyapukan lidahnya ke bibirnya usai berbicara.
Chhuuuiiiihhhh...!!!
"Bajingan mesum dari Anjuk Ladang seperti mu memang harus dikirim ke neraka agar tidak ada lagi gadis-gadis yang menjadi korban nafsu bejat mu.
Kangmbok Sekar Melati, ayo kita cincang bajingan perusak kehormatan wanita ini!", ucap si perempuan muda berbaju merah dengan rambut diikat ekor kuda itu sembari melesat ke arah Surodipo.
"Mawar! Jangan gegabah begitu...", peringat perempuan muda berkonde perak yang bernama Sekar Melati itu sembari ikut menyusul pergerakan adik seperguruan nya. Pertarungan sengit antara mereka yang sempat tertunda akhirnya berlanjut kembali.
Meskipun para perempuan muda berbaju merah itu bertarung sekuat tenaga melawan Surodipo dan para pengikutnya, mereka bukanlah lawan yang seimbang dengan mereka. Selain menang jumlah, ada Surodipo yang menjadi pendekar yang bisa dibilang cukup punya nama besar di dunia persilatan meskipun itu bukan nama yang baik, Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng.
Sekar Melati dan Puspa Mawar terduduk sambil memegangi dadanya yang sakit bukan main. Keduanya baru saja memuntahkan darah segar setelah beradu tenaga dalam dengan Surodipo. Wajah mereka mulai nampak pucat karena rasa sakit yang mereka derita sekaligus khawatir akan nasib mereka selanjutnya. Surodipo pasti akan melecehkan mereka berdua.
Di sini lain, Surodipo Sang Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng menyeringai lebar sambil menjilati bibirnya seakan air liur nya terlihat mau menetes. Bagaimana tidak, dua perempuan muda yang baru saja menginjak usia dewasa ini nampak begitu ranum dan menarik hati, apalagi celana pendek selutut berwarna merah milik Puspa Mawar yang robek memamerkan keindahan kulit pahanya yang mulus. Ini membuat Surodipo semakin bersemangat untuk menggagahi mereka berdua.
"Hehehehe...
Sekarang saatnya untuk kalian merasakan kenikmatan yang sama dengan kakak seperguruan kalian berdua...", ucap Surodipo sembari melangkah maju selangkah demi selangkah mendekati Puspa Mawar dan Sekar Melati.
"Ja-jangan mendekat, pendekar ca-cabul!
K-kalau kau memaksa, a-aku akan membunuh mu", ancam Puspa Mawar terbata-bata sembari berusaha untuk menjauhi Surodipo.
"Membunuh ku???!!
Hahahaha, bukan membunuh ku tapi kau yang akan merasakan keperkasaan seorang Surodipo, gadis manis.. Tak perlu memberontak, itu malah akan semakin menyakiti mu. Menurut lah hehehehe...", Surodipo mendorong kasar tubuh Puspa Mawar hingga tubuhnya terpental terpisah dari Sekar Melati yang nampak tidak berdaya lagi karena luka dalam nya.
Setelah itu, dengan cepat Surodipo meraih selendang sutra merah yang ada di kemben perempuan muda itu dan merenggutnya dengan kasar. Tak ayal lagi, belahan dada Puspa Mawar nampak menggoda pria paruh baya itu untuk secepatnya menggagahinya. Sementara para pengikutnya yang lain hanya tertawa terbahak-bahak melihat ulah bejat Sang Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng ini.
"Bajingaaaaaaaaaannnnnnnnn kau Surodipo!!!!", teriak keras Puspa Mawar saat Surodipo meraih jarit yang melilit pinggangnya. Saat sang lelaki cabul itu hendak meneruskan niatnya membuka celana pendek selutut milik Puspa Mawar, tiba-tiba...
Whhhuuuuuggggghhhh.. Dhhaaaassshhh...
Aaaauuuuuuuuuwwwwwwh!!!!
Surodipo meraung keras saat sebuah bayangan berkelebat cepat dan menghantam wajah nya dari arah samping kanan. Kerasnya hantaman yang mengandung kekuatan tenaga dalam ini seketika membuat nya terpental ke samping kiri dan Sang Pendekar Pemetik Bunga dari Bukit Kendeng inipun langsung jatuh tengkurap dengan wajah lebih dulu menghantam tanah. Dua gigi nya tanggal karena hal ini.
"Kurang ajar...!!!!
Siapa yang berani membokong ku hah?!!!"
Dengan penuh amarah, Surodipo segera bangkit dari tempat jatuhnya dan menoleh ke arah sosok yang berdiri di hadapan Puspa Mawar. Begitu juga dengan para pengikutnya yang langsung bersiaga penuh dengan kehadiran orang yang baru saja memukul majikannya.
Airlangga berdiri tegak sambil mengibaskan tangannya yang baru saja digunakan untuk menjatuhkan Surodipo. Tak lama kemudian, Senopati Cakrajaya, Jelantik dan beberapa orang pengawal pribadi perwira tinggi prajurit Medang ini menyusul kemudian.
"Aku yang melakukannya, kenapa?
Dasar buaya buntung, sudah bau tanah masih juga ingin merudapaksa gadis muda. Bajingan seperti mu tidak layak hidup di dunia ini", ucap Airlangga tanpa rasa gentar sedikitpun.
"Bocah bau kencur!!
Masih kecil sudah berani dengan orang yang lebih tua. Aku akan mewakili orang tua mu untuk mengajarkan sopan santun pada mu", Surodipo segera menggerakkan tangannya. Melihat isyarat itu, para pengikutnya pun langsung menerjang maju ke Airlangga dan kawan-kawan.
Dua orang anak buah Surodipo segera membabatkan golok mereka berdua ke arah leher dan dada Airlangga dengan cepat.
Shhhrrrreeeeettttth shhrreeettthhh!!
Airlangga pun segera berjumpalitan mundur menghindari sabetan golok milik lawan yang menyerang membabi buta. Setelah cukup jauh, dia menancap ujung jempol kaki kanan nya pada sebuah batu kerakal sebesar telur ayam dan melemparkannya ke arah salah satu lawan yang memburunya.
Whhhuuuuuggggghhhh thhaasssss..
Aaauuuuggggghhhhh!!
Lawannya langsung jatuh tersungkur setelah batu kerakal yang dilemparkan oleh Airlangga mengenai dahi nya. Sementara itu, satu lawan Airlangga terus merangsek maju sembari mengayunkan golok nya ke arah pangeran muda dari Balidwipamandala ini.
Airlangga dengan lincah bergerak menghindari sabetan golok lawan. Satu sabetan lawan mengarah ke leher, Airlangga dengan cepat melebarkan kedua kaki nya hingga tubuhnya merendah hingga tebasan golok itu hanya menyambar udara sejengkal diatas kepalanya. Lalu dengan cepat, Airlangga melayangkan hantaman cepat kearah dada lawan dengan sekuat tenaga.
Bhhhuuuuuuggggh...
Oooouuuuuuggggghhhhh!!!
Kerasnya hantaman kepalan tangan Airlangga membuat lawan terhuyung huyung mundur ke belakang. Airlangga tak menyia-nyiakan kesempatan ini dan dengan cepat memutar tubuhnya sembari melayangkan tendangan keras beruntun ke arah perut dan dada lawan yang sedang goyah pertahanan nya.
Dhhaaashh dhhaaaassshhh!!
Aaaarrrgggggghhhhh!!!
Anak buah Surodipo ini langsung jatuh terjengkang ke belakang dan memuntahkan isi perutnya. Sepertinya gabungan pukulan dan tendangan keras Airlangga telah melukai organ dalam tubuh.
Surodipo meludahkan darah segar yang keluar dari gusi nya yang berdarah sebelum melesat cepat kearah Airlangga sembari mengayunkan tangannya yang berbentuk seperti cakar elang ke wajah tampan lawannya. Dengan penuh nafsu membunuh, dia pun berkata,
"Waktunya kau menebus kesalahan mu, bocah!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
EsTehPanas SENJA
anjuk ladang itu sekarang nganjuk?
2025-01-15
0
Imam Sutoto
salah keren banget nih lanjut
2024-06-07
0
Roni Sakroni
potong burung yang nakal itu
2024-05-19
0