Mpu Seca yang terkejut dengan kemunculan tiba-tiba Dewi Pratiwi, langsung membabatkan Golok Elang Emas nya ke tubuh perempuan cantik berbaju merah itu.
Shhhrrrreeeeettttth!!
Namun, Dewi Pratiwi cepat angkat pedangnya menangkis sabetan senjata tajam milik lawan.
Thhhrrriiiiinnnnngggg..
Blllaaaaaaaaaarrrrrrrrrrr!!!
Keduanya pun kembali tersurut mundur beberapa tombak ke belakang usai beradu senjata berlapis tenaga dalam tingkat tinggi. Mpu Seca nampak begitu geram dengan hadangan dari Si Bidadari Bukit Kembang.
"Minggir kau, Pratiwi!!
Kalau kau memaksa untuk menghalangi niat ku, maka jangan salahkan aku jika aku terpaksa membunuh mu lebih dulu!", bentak Mpu Seca yang nampak sangat gusar karena dia gagal mendekati Airlangga.
"Tua bangka tak tahu diri!!
Aku tahu bahwa kedatangan mu bukan untuk membalas dendam kematian si cabul Surodipo itu. Tetapi kau menginginkan Keris Pulanggeni yang ada di tangan pemuda itu bukan? Phhuuuiiiiiihhhhh...
Benar-benar bajingan tengik!", umpat Dewi Pratiwi sembari meludah ke tanah.
Terkesiap juga Mpu Seca dengan omongan Dewi Pratiwi. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa tujuan sebenarnya dari penyerbuan ini telah diketahui oleh sang pimpinan Padepokan Bukit Kembang. Namun ia cepat menyembunyikan keterkejutannya dengan senyuman penuh kelicikan.
Hehehehehehehehe...
"Aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari mu Pratiwi..
Karena kau sudah tahu apa yang menjadi keinginan ku, maka minggir lah jangan sampai aku tega berbuat kasar pada mu. Tubuh mu yang mulus itu sayang kalau sampai terjadi apa-apa ", senyum cabul tersungging di wajah Mpu Seca.
"Tua bangka mesum!!
Jangan banyak bicara dengan mulut beracun mu itu! Aku tidak akan pernah membiarkan mu menyentuh pemuda itu barang sehelai rambut pun. Jika kau ingin menangkap nya, langkahi dulu mayat ku!", tegas Dewi Pratiwi sembari memutar gagang pedang nya.
"Setan betina!!!
Kau benar benar bosan hidup rupanya. Aku tidak akan mengampuni mu bangsat!!!", setelah berkata demikian, Mpu Seca pun segera melesat cepat kearah Dewi Pratiwi sembari mengayunkan senjatanya. Pertarungan sengit antara mereka berdua kembali berlangsung sengit.
Di sisi lain pertarungan....
Jllleeeeeppppphhh!
Aaaarrrgggggghhhhh!!!
Randu meraung keras saat Keris Pulanggeni di tangan Airlangga menembus perutnya. Darah segar pun segera mengalir keluar dari luka di perut lelaki bertubuh kekar sedikit kurus ini. Dia langsung roboh ke tanah, kelojotan sebentar sebelum diam untuk selamanya.
Cendani dan Sesepuh Bojasampir yang mengeroyok Senopati Cakrajaya melihat kejadian itu. Keduanya yang baru saja tersurut mundur beberapa langkah ke usai beradu ilmu kesaktian dengan Senopati Cakrajaya, saling berpandangan sejenak. Melihat Bojasampir mengangguk setuju, Cendani langsung melesat ke arah Airlangga yang telah mandi keringat usai bertarung melawan Randu.
Melihat hal itu, Senopati Cakrajaya pun bermaksud untuk membantu Airlangga yang belum pulih sepenuhnya. Namun sesepuh Padepokan Bukit Kendeng Bojasampir tak membiarkan nya dengan menyabetkan senjata nya. Terpaksa Senopati Cakrajaya urungkan niat untuk membantu Airlangga dan kembali melanjutkan pertarungan nya melawan Bojasampir.
Shhhrrrreeeeettttth!!
Angin dingin mengikuti tebasan golok milik Cendani yang mengarah ke leher Airlangga. Merasakan sesuatu hal yang mengancam jiwa, Airlangga langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah hingga tebasan golok lawan hanya membabat udara kosong sejengkal di atas kepala sang pangeran muda. Airlangga yang selamat dari sergapan maut lawan, cepat memutar tubuhnya dan menatap wajah Cendani yang berdiri 4 tombak jauhnya dari tempat ia berpijak.
"Begini cara para pendekar dunia persilatan Tanah Jawadwipa menghadapi musuh? Membokong dari belakang?", ucap Airlangga sembari mengatur nafasnya.
"Jangan banyak bicara!
Serahkan keris pusaka itu segera maka nyawa mu akan aku ampuni. Mana? Ayo serahkan!", ucap Cendani sembari menggerakkan tangan kirinya sebagai isyarat kepada Airlangga untuk memberikan senjata nya.
"Keris ini adalah milik ku. Aku akan mempertahankan nya meskipun harus mati", kata Airlangga sembari bersiap untuk bertarung.
"Dasar tidak tahu di untung!!
Aku akan mencincang mu sebelum mengambil keris pusaka itu dari tangan mu!", selesai berkata demikian, Cendani langsung menerjang maju ke arah Airlangga sambil membabatkan golok di tangan kanannya. Airlangga pun segera menyambut kedatangan serangan cepat lawan dengan keris pusaka di tangan nya.
Thhrraaanggg!!!
Kuatnya pengaruh daya linuwih dari Keris Pulanggeni membuat benturan senjata itu menjadi tidak berimbang. Tangan kanan Cendani sampai kesemutan dan golok di tangan kanannya nyaris saja lepas dari genggaman andaikata ia tidak erat-erat memegang.
Dengan cepat, Airlangga memutar tubuhnya dan mengayunkan Keris Pulanggeni di tangan kanannya bertubi-tubi kearah Cendani. Murid Padepokan Bukit Kendeng ini harus bergerak mundur sembari menangkis tusukan keris pusaka itu.
Thhrraaanggg thhrraaanggg..
Thhhrrriiiiinnnnngggg..!!!
Setelah tangkisan terakhir, Airlangga merubah gerakan tubuhnya dan menyapukan kaki kanan nya pada betis Cendani. Melihat hal itu, Cendani menjejak tanah dengan keras. Sesampainya di atas, dia jungkir balik sebelum meluncur turun sembari membabatkan senjatanya ke arah Airlangga.
Whhhuuuuuggggghhhh whhhuuuggghhhh..
Empat larik cahaya kuning kehijauan menderu cepat kearah Airlangga. Sadar bahwa lawannya sudah mulai mengerahkan tenaga dalam nya, Airlangga pun segera berjumpalitan menjauh dari tempat nya berpijak semula.
Blllaaammmmmmmm blllaaammmm!!!
Dua ledakan keras terdengar. Debu beterbangan membumbung tinggi ke udara. Melihat lawannya lolos dengan mudah, Cendani langsung merubah gerakan tubuhnya dan bersalto dua kali dan meluncur cepat kearah Airlangga berada.
Kendati sudah terengah-engah nafasnya karena sudah bertarung cukup lama, namun Airlangga tidak menyerah begitu saja. Sedangkan Cendani langsung menyeringai lebar melihat itu semua. Dia tahu bahwa Airlangga hampir mencapai batas kemampuan beladiri nya.
Segera saja ia mengerahkan seluruh kemampuan beladiri nya. Cahaya kuning kehijauan berpendar lebih terang dari sebelumnya kini melingkupi sekitar golok di tangan murid utama Padepokan Bukit Kendeng ini. Setelah itu, ia melesat cepat kearah Airlangga sembari mengayunkan senjatanya ke arah Airlangga.
Namun sebelum itu terjadi, sebuah bayangan putih berkelebat cepat kearah nya dengan mengibaskan tangannya ke arah Cendani.
Chhhrrraaaaaaasssssshhh...
AAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGHHHH!
Cendani meraung keras saat cahaya putih itu memotong tubuhnya dari bahu kiri hingga ke pinggang kanan. Darah segar muncrat keluar dari luka menganga lebar di tubuhnya. Dia langsung tewas seketika dengan bersimbah darah.
"CENDANIIIIIIII.....!!!"
Teriakan keras dari mulut Mpu Seca langsung terdengar lantang tatkala ia melihat murid kesayangannya itu terbunuh dengan cara yang paling kejam. Dia langsung menggembor keras sebelum melesat cepat kearah sosok berbaju putih yang telah menghabisi nyawa murid kesayangannya itu.
Namun kala ia melihat sosok berbaju putih itu dari jarak dekat, seketika itu juga ia menghentikan langkahnya.
"De-dewi Anggrek Bulan????!!!
Ba-bagaimana k-kau ada di sini?", ucap Mpu Seca dengan omongan gagap setelah melihat sosok perempuan cantik berbaju putih itu. Tangannya segera terangkat ke atas untuk menghentikan pergerakan para murid Padepokan Bukit Kendeng untuk tidak melanjutkan pertarungan.
"Memangnya kenapa kalau aku ada disini, Seca?!
Apa itu masalah buat mu?", balas perempuan cantik berbaju putih itu segera. Mpu Seca langsung terdiam seketika mendengar balasan Dewi Anggrek Bulan.
Ya, kala itu hanya ada beberapa pendekar dunia persilatan saja yang bisa membuat Mpu Seca tidak berani bersikap jumawa. Selain Begawan Bagaspati dari Padepokan Padas Putih, Dewi Anggrek Bulan adalah salah satunya. Perempuan cantik yang konon telah cukup umur tetapi masih terlihat cantik seperti seorang gadis remaja ini, memiliki kemampuan beladiri yang menakutkan setelah bertapa di kawasan pantai Laut Utara dan mendapatkan berkah dari Dewi Lanjar sang Penguasa Kerajaan Siluman Laut Utara. Entah berapa banyak dedengkot dunia persilatan Tanah Jawadwipa yang takluk pada ketinggian ilmu kanuragan nya.
"Tidak masalah tidak masalah..
A-aku hanya ingin menjajal kemampuan beladiri Pratiwi saja, jadi bertarung di tempat ini", ucap Mpu Seca mencoba untuk berkilah.
"Dusta Guru...
Bajingan itu ingin meratakan padepokan ini dengan tanah karena dia ingin merebut keris pusaka di tangan pemuda itu", sahut Dewi Pratiwi segera. Mendengar itu, Dewi Anggrek Bulan langsung mendelik kereng pada Mpu Seca.
"Sifat mu memang tidak pernah berubah, Seca...
Siapapun yang tinggal di tempat ini, menjadi perlindungan ku. Kali ini aku ampuni kau akan tetapi jika kemudian hari aku mendengar atau melihat kau mengacaukan tempat ini, aku akan memusnahkan Padepokan Bukit Kendeng hingga lenyap dari muka bumi ini. Sekarang pergi !!", tanpa diperintah dua kali, Mpu Seca langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu bersama para murid nya. Suasana pun langsung menjadi tenang sekarang.
Airlangga pun segera mendekati Dewi Anggrek Bulan, sembari membungkuk hormat kepada nya.
"Terimakasih atas bantuannya, Nisanak"
Dewi Anggrek Bulan menatap lekat-lekat wajah tampan Airlangga. Perempuan cantik itu segera mengernyitkan keningnya dalam-dalam melihat paras tampan Airlangga yang mirip dengan orang yang sangat dikenalnya,
'Kenapa tampangnya mirip dengan Mahendradatta?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Imam Sutoto
mantuul Thor lanjut
2024-06-07
0
Kadek Jana
terlalu pemaaf
2024-03-09
1
Umar Muhdhar
yeaaaa
2024-02-23
0