Jeritan Hati Yang Terlarang
Di tengah senja yang mulai meredup, hati Maura seakan terperangkap dalam kegelapan kekecewaan. Mimpinya tentang rumah tangga yang penuh kebahagiaan semakin jauh terhempas oleh kenyataan yang tak seindah bayangannya. Kehidupan pernikahannya yang seharusnya menjadi pangkalan kebahagiaan, kini menjadi lanskap penuh duka yang menggerogoti hatinya.
Sejak hari pertama pernikahannya, ia membayangkan rumah tangganya sebagai tempat suami dan anak-anaknya kelak berkumpul, dalam tawa dan kehangatan. Sayangnya, harapan itu seolah terperangkap dalam buih-buih ilusi. Suaminya, yang seharusnya menjadi mitra dalam membangun kehidupan, justru menjadi beban berat yang menghimpit harapannya.
Perekonomian rumah tangganya menjadi sumber kegelisahan. Suaminya, yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga, tak mampu memenuhi perannya dengan baik. Setiap hari, ketidakpastian ekonomi merajalela dan melukai hatinya yang semakin rapuh. Impian tentang rumah besar dan masa depan yang gemilang semakin terasa seperti buah yang terlalu tinggi di pohon dan sulit dijangkau.
Namun, kekecewaan itu tidak hanya terletak pada ketidakmampuan suaminya dalam ranah ekonomi. Hujan kata-kata kasar seringkali mengguyur rumah tangganya, meruntuhkan bangunan kebahagiaan yang belum sempat dibangun. Suaminya, yang seharusnya menjadi tempat berlindung, malah menjadi sumber luka yang tak kunjung sembuh.
Ketika ia melakukan kesalahan kecil atau lupa melakukan sesuatu hal, suaminya dengan cepat melemparkan kata-kata pahit yang menusuk hati.Membuat luka yang cukup dalam dan membekas.Tidak jarang pula ia memukul kepala Maura bahkan menamparnya.
Berkali-kali Maura berusaha mengerti dan memahami akan sifat dan karakter Reno suaminya itu, tapi usahanya itu hanya membuahkan kekecewaan demi kekecewaan yang ia rasakan.
Seolah-olah kebahagiaan adalah hadiah yang terlalu mahal untuknya. Ia meratapi takdirnya yang seakan-akan terbelenggu dalam pernikahan yang seharusnya menjadi jalan menuju kebahagiaan. Tapi yang ia rasakan justru sebaliknya.
Bahkan si kecil yang seharusnya menjadi pancaran keceriaan dalam rumah tangga mereka, turut merasakan getirnya kehidupan ini. Anak yang lucu dan pintar itu terkadang terperangkap dalam lingkaran ketegangan yang menyelimuti rumah mereka. Senyumannya yang dulu cerah, kini terkadang tenggelam dalam ketakutan dan kekhawatiran.
Dalam keheningan malam, hati Maura merintih sepi. Walaupun status dirinya adalah seorang istri tetapi ia samasekali tidak merasakan memiliki suami seutuhnya.
Tidak ada bahu tempat ia bersandar dan berkeluh-kesah. Tidak ada lengan yang memeluk dan menenangkan batinnya bila sedang gelisah dan lelah. Semua beban hidup ia pikul sendiri walau seharusnya ia berhak mendapatkan itu semua dari Reno suaminya.
Di bawah cahaya lampu temaram, Maura duduk sendirian, merenungi sebuah pernikahan yang semakin tak karuan. Raut wajahnya yang dulu ceria, kini digantikan oleh bayangan kegundahan yang melekat erat. Setiap mimpi indah tentang kehidupan pernikahan yang romantis dan damai, seakan sirna dalam gelombang pahitnya kenyataan.
Namun, di balik kepedihan itu, ia terus mencoba menemukan kilau harapan. Dalam setiap tangisan hati, tersembunyi kekuatan yang tak terlihat oleh mata. Ia berusaha memahami bahwa kehidupan pernikahan adalah perjalanan yang penuh liku-liku. Meskipun saat ini terasa berat, ia memegang erat impian akan kebahagiaan yang sejati.
Mungkin suaminya belum menyadari betapa berharganya kehadirannya dalam hidupnya. Mungkin, dengan berlalunya waktu, pahit dan getir ini akan membentuk mereka menjadi pasangan yang lebih kuat.
Namun, harapan tinggallah harapan. Pertanyaan tentang apakah pernikahan ini bisa membuat cinta yang tumbuh lebih dalam atau hanya menjadi reruntuhan dan puing-puing harapan akan suatu kebahagiaan? Semakin menggelayut tidak pasti di benaknya.
Dalam kesedihan dan kegundahan hatinya, ia berharap pada cahaya keberanian untuk tetap melangkah ke depan walau seorang diri. Meski badai datang silih berganti, mungkin saja nanti di ujung perjalanan ini, ada pelangi yang menyapanya dengan keindahan yang tak terduga.
..........
"Hai Maura kita ngopi yuk bareng Prilly dan Monica?" ajak Retha salah satu sahabat Maura.
"Pagi ini?" tanya Maura ragu.
'Iyalah, masak tunggu tahun depan." kelakar Retha sambil mencomot biskuit yang telah disediakan di meja tamu.
Retha sengaja datang ke rumah Maura karena ia merasa ada sesuatu yang sahabatnya itu berusaha sembunyikan dari dirinya dan sahabat-sahabat Maura lainnya.
Prilly, Monica, dan Retha merasa cemas melihat perubahan drastis perilaku Maura. Mereka bertiga curiga Maura menyembunyikan sesuatu yang membuat sahabat mereka ini menjadi lebih diam dan menjauh dari persahabatan mereka.
"Aku yakin ada sesuatu yang membuat sahabatku ini berubah. Dulu Maura yang aku kenal adalah sosok wanita yang penuh semangat dan penuh keceriaan. Jauh dari kata sedih dan murung.Tidak seperti sekarang." pikir Retha sambil menatap intens Maura yang duduk dihadapannya.
Pagi itu, Prilly memutuskan untuk bertemu dengan Maura di kafe favorit mereka, bersama sahabat-sahabatnya yang lain. Retha yang mendapatkan tugas untuk membujuk Maura agar mau ikut nongkrong di kafe bersama mereka.
"Yuk Tha, aku sudah siap nih!" ajak Maura setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang pantas untuk nongkrong di kafe.
Lamunan Retha pun terpecah lalu berangkatlah mereka ke Kafe favorit mereka berempat.
...................
Sesampainya mereka di kafe tempat biasa mereka berkumpul. Maura memilih duduk di salah satu sudut ruangan , menatap hampa keluar jendela sambil sesekali menyentuh sendoknya tanpa alasan yang jelas. Prilly duduk di hadapannya dengan senyum hangat, "Maura, apa yang terjadi? Kami semua khawatir padamu. Ceritakan pada kami apa yang kamu rasakan. Bukannya kita bersahabat? " bujuk Prilly.
Maura menatap Prilly dengan mata kosong sebelum akhirnya tertunduk, "Aku tidak tahu, Pril. Semua terasa berat dan aku merasa kehilangan semangatku."
Monica, Prilly dan Retha kompak menggenggam tangan Maura dengan senyum lembut. "Kami di sini untukmu, Maura," kata Monica, merangkulnya erat sahabatnya itu.
"Jangan sedih Maura, percayalah kami akan selalu ada untukmu. Bukan kah itu janji kita dahulu, suka dan duka kehidupan layaknya tidak kita simpan sendiri demi kewarasan mental batin kita bersama." Monica berusaha mengingatkan janji persahabatan mereka terdahulu.
Namun, keheningan dan kekacauan di dalam benak Maura masih terasa kuat. Prilly, Monica, dan Retha tidak menyerah. Mereka dengan gigih terus membujuk Maura untuk berbagi apa yang sebenarnya yang ia rasakan.
"Kita tidak bisa terus menerus melihat kamu bersedih. Kita ini adalah sahabat, apa yang sahabat kita rasakan kita juga rasakan." timpal Monica.
Dalam suasana hening seolah-olah memberikan ruang untuk Maura mengungkapkan perasaannya.
Maura akhirnya memecahkan keheningan, "Aku merasa seperti kehilangan arah, kehilangan makna dalam hidupku. Semua yang dulu terasa begitu indah, sekarang seperti hilang begitu saja."air mata Maura mulai mengalir pelan di kedua pipinya.
Monica menyentuh pelan pundak Maura,"Kita di sini untukmu, Maura. Bicaralah padaku, pada kami. Apa yang membuatmu merasa seperti ini?"
Maura memandang tiga sahabatnya dengan mata berkaca-kaca. Ia pun mulai menceritakan beban dan perasaannya yang selama ini dia pendam. Prilly, Monica, dan Retha mendengarkan dengan penuh perhatian, saling pandang, dan mengangguk sebagai tanda dukungan.
Mereka berempat pun merumuskan rencana bersama untuk membantu Maura melewati masa sulit ini. Prilly menjadi penasihat, Monica menjadi teman curhat, dan Retha menjadi motivator.
Bahkan mereka mengajak Maura untuk mencari bantuan profesional, seperti konselor pernikahan atau psikolog, untuk membantu mengatasi permasalahan rumah tangga yang begitu kompleks.
Prilly, Monica, dan Retha menyadari bahwa dukungan tak henti-hentinya dan kebersamaan mereka saat ini membawa pengaruh besar dalam hidup Maura.Ia tidak lagi merasa sendiri.Masih ada mereka sahabat sejati yang akan selalu siap sebagai garda terdepan Maura dalam menghadapi segala keruwetan dan keegoisan suaminya.
.....................
Hey author punya cerita baru nih ... kisah hidup Maura dengan lika liku permasalahan pernikahan yang ia alami.Mampukah ia melewati ujian hidup ini ?? Nantikan kelanjutannya di bab berikutnya.
Jangan lupa like komen ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Selviana
Maura semangat 💪 aku yakin kamu mampu melewati segala rintangan yang sedang kamu hadapi sekarang.
2024-02-22
1
Selviana
Aku sudah mampir nih kak
2024-02-22
1
Mommy Chand
semangat maura
2024-01-30
1