"Kamu??" Maura terkejut ketika ia mengetahui pria yang tadi satu lift bersamanya ternyata berada di ruang rapat juga.
Pria yang dimaksud Maura itu pun hanya tersenyum dan tetap duduk di tempatnya.Sambil tangannya memberikan kode mempersilahkan Maura duduk di depannya.
"Silakan duduk Maura." suara bas penuh wibawa.
Lili segera berdiri dan menghampiri Maura."Hush apa-apaan kamu ini. Itu Pak Bima CEO perusahaan ini." bisik Lili.
Mata Maura pun terbelalak membesar "Apa?" bisik nya pada Lili patner kerjanya.
"Iya, itu pak Bima CEO disini.Hari ini kita rapat bersamanya.Duh kamu ini kok bisa tidak kenal CEO sendiri sih." gerutu Lili masih dengan berbisik, sambil senyum ke arah Bima menutupi ketidaktahuan Maura tentang pak Bima.
"Jadi pria bersorot mata dingin itu CEO kita?" bisik Maura pada Lili.
Lili mengangguk cepat. Sambil menyenggol Maura memberikan kode untuk segera duduk mengikuti dirinya.
Maura merasa, lantai yang ia pijak runtuh di bawah kakinya. Begitu terkejutnya dirinya ternyata pria yang tadi ia teriaki waktu mengucapkan Terima kasih itu adalah CEO mereka.
Maura refleks menutup wajahnya saat menyadari ketidaksopanan dirinya terhadap pimpinannya sendiri.
Bima berusaha menahan diri untuk tidak tertawa, melihat wajah Maura pucat pasi ketika mengetahui indentitas dirinya sebenarnya.
"Maaf pak." Maura kembali meminta maaf sambil membungkukkan tubuhnya, tanda ia menyesal berbuat tidak sopan pada Pimpinan perusahaan.
"Silakan duduk Maura!" sambil menahan tertawa, Bima berusaha tetap bersikap profesional dan formal pada pegawainya.
Maura pun kemudian duduk tepat dihadapan Bima.Ia merasa kikuk dan malu luar biasa akan ketololannya tadi.
"Harusnya saat ia turun di lantai yang sama dengan yang aku tuju tadi, aku sudah tahu kalau dia CEO disini. Bukannya lantai ini hanya untuk ruangan CEO.Dan yang akan rapat dengan nya hari ini, ya hanya tim aku. Sial! Aku terlambat menyadarinya." batin Maura mengutuki keterlambatan nya mengenali Bima.
Setelah semua lengkap, Bima mulai membuka percakapan menjelaskan maksud diadakannya pertemuan hari ini. Yang ternyata, pertemuan ini sebenarnya membahas tentang keberhasilan pemasaran produk parfum mereka, yang telah dipromosikan dengan sangat baik beberapa bulan terakhir, tentu saja oleh tim yang dipimpin oleh Maura.
Bima tampaknya terkesan dengan kinerja Maura ia tidak peduli dengan kebodohan dan kekonyolan yang terjadi di awal pertemuan mereka.Justru bagi Bima kejadian tadi membawa kesan dan kenangan tersendiri, yang akan ia ingat selalu.
Meskipun awalnya merasa konyol karena tidak menyadari identitas Bima, namun Maura mulai bisa menguasai diri dan duduk di kursi rapat dengan elegan. Walaupun perasaannya saat ini bercampur antara malu dan bangga.
Bima, dengan sikap profesionalnya, memberikan apresiasi atas kontribusi Maura dalam meningkatkan penjualan produk parfum perusahaan. Keberhasilan Maura dalam memasarkan produk telah memikat perhatian CEO muda tersebut. Kecantikan dan kecerdasannya tidak luput dari perhatian Bima.
Dalam suasana ruang rapat yang serius, Bima mengumumkan keputusan mengejutkan. Dia mengangkat Maura ke posisi yang lebih tinggi dalam perusahaan, memberinya tanggung jawab yang lebih besar dari sebelumnya.
"Selamat ya Maura, kini kamu menjabat sebagai kepala marketing eksekutif.Kamu tidak lagi bertanggung jawab memasarkan produk, melainkan bertanggung jawab mengawasi bagian marketing dalam mempersiapkan bahan presentasi." kebijakan baru telah diambil Bima untuk menaikkan jabatan Maura.
Maura yang awalnya merasa malu dan bodoh, kini menemukan dirinya diberikan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya lebih jauh.Merasa bangga dan terharu.
"Selamat Maura, semoga di posisi baru kamu ini, kamu bisa semakin berkembang sehingga kita bisa bekerja sama dalam memajukan perusahaan." Bima menyodorkan tangannya yang langsung disambut hangat oleh Maura.
"Terima kasih banyak Pak! Saya berjanji akan berusaha selalu meningkatkan kinerja saya demi memajukan perusahaan ini." ucap Maura yakin.
Bima tersenyum penuh arti.Ia merasa Maura sangat cocok diposisi barunya.
Dan dengan posisinya yang baru ini , kemungkinan besar hubungan profesional antara Bima dan Maura akan semakin dekat dan mereka juga akan sering bertemu di ruang rapat.
................
Sore hari ini, suasana mendung dan mencekam.Entah kenapa perasaan Maura tiba-tiba diselimuti rasa tidak nyaman.
Tetapi ia tetap meneruskan perjalanan pulangnya seorang diri.
Hari itu, setelah Maura pulang dari pekerjaannya yang melelahkan, Maura disambut dengan kekasaran yang tidak terduga dari suaminya sendiri. Reno, yang seharusnya menjadi tempat berlindung, malah menjadi sumber penderitaan.
Baru saja tiba di rumah, lelah dan lapar setelah seharian bekerja. Maura berharap untuk menemukan ketenangan dan dukungan keluarga di rumahnya untuk melepaskan segala kepenatan. Tetapi apa yang dihadapinya jauh dari harapan.
Saat ia mencari sesuatu untuk dimakan di meja makan, kenyataannya membuatnya tercengang. Tidak ada apapun yang tersedia, seakan meja tersebut hanya menjadi saksi bisu dari kekosongan diri.
Dalam kebingungan dan kelelahan, Maura mencoba bertanya pada Reno tentang keadaan ini. Tanpa kata-kata, Reno merespon dengan kekasaran yang tidak terduga. Tamparan berkali-kali mendarat di wajah Maura, memecah keheningan yang seharusnya melingkupi rumah tangga mereka. Tangis Maura menjadi melodi kepedihan yang hanya didengar oleh dinding-dinding rumah mereka.
Dalam keheningan yang mengejutkan, Maura hanya bisa menahan tangisnya dan merasakan rasa sakit yang mendalam di hatinya. Rasa takut dan keputusasaan menyelimuti dirinya, namun ia memilih untuk merahasiakan penderitaannya dari sahabat-sahabatnya. Maura mengerti bahwa jika kekasaran yang ia alami di tangan Reno diketahui oleh orang lain, terutama sahabat-sahabatnya, Prilly. Retha dan Monica hal itu dapat membawa konsekuensi serius.
Maura menjalani hidupnya seolah-olah di dunia paralel. Di hadapan teman-temannya, dia menyembunyikan luka dan keputusasaannya. Dia tertawa, berbicara, dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Namun, di balik senyumannya, tersembunyi kenyataan pahit bahwa rumah tangganya menjadi ladang pertempuran yang tidak terlihat oleh mata orang lain.
Keputusan Maura untuk menyimpan rahasia tersebut bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk perlindungan diri. Dia tahu bahwa jika ia berbicara terutama pada sahabatnya, mereka akan semakin membenci Reno. Ia takut akan dipaksa untuk berpisah dari Reno."Bagaimana mungkin aku berpisah dengannya, Angga membutuhkan sosok ayah dalam hidupnya." pikir Maura. Yang masih gigih menyembunyikan kenyataan kelam di balik pintu rumahnya.
Pertanyaan terus menghantui Maura: Mengapa Reno berperilaku seperti ini? Bagaimana rumah tangga yang seharusnya menjadi tempat perlindungan bisa menjadi ladang pertengkaran? Kekecewaan dan pertanyaan tak terjawab itu menjadi beban berat yang Maura tanggung setiap hari.
Meski hidup dalam kepahitan dan kesedihan, Maura tetap memegang teguh kehormatannya. Dia menemukan kekuatan untuk tetap bekerja dan menjalani rutinitas sehari-harinya demi Angga anak semata wayangnya, bahkan jika di rumahnya ia merasakan kehampaan dan kepedihan luar biasa.Maura tetap akan berlaku normal tanpa terlihat terjadi hal buruk dalam hidupnya. Keputusan Maura untuk menjaga rahasia ini adalah caranya bertahan dalam ketidakpastian yang menerpa hidupnya.
Dalam kegelapan rumah tangganya, Maura bertekad untuk mencari jalan keluar. Meskipun dipenuhi dengan kesakitan dan kebingungan, ia tahu bahwa harus ada batas bagi kekasaran yang diterimanya. Maura merencanakan langkah-langkah untuk melindungi dirinya sendiri, baik secara fisik maupun mental, karena kesehatan dan keselamatan dirinya tidak boleh dikorbankan dalam rumah tangga yang seharusnya penuh dengan cinta dan dukungan.
.............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments