Di pagi yang cerah, Bima CEO muda dan tampan suatu perusahaan parfum ternama, duduk di meja kerjanya. Raut kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya. Gadis pujaannya, Maura, yang tidak lain adalah pegawai berprestasi di perusahaannya, telah absen selama hampir seminggu.
Semalam Bima terbangun dari mimpi buruknya, di mana ia melihat Maura berdiri di tepi jurang, siap untuk melompat. dan ia mencegahnya tepat disaat Maura hendak menjatuhkan diri ke dalam jurang, dan kini kekhawatiran mewarnai pagi Bima.
Menyadari itu semua hanya mimpi, membuat Bima sedikit bernapas lega tetapi tetap saja tidak bisa disembunyikan perasaan khawatir dan cemas yang masih menggelayut di pikiran Bima.
Dalam ketidakpastian, Bima memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Maura.
Bima tampak berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Terkadang ia duduk sambil memandang ke luar jendela sambil mempermainkan pulpen dengan pikirannya yang terbang melayang hanyut dalam lamunannya.
Tidak lama kemudian terdengar bunyi ponselnya memecahkan keheningan yang menyelimuti ruang kerja Bima.
Bima pun segera menerima telepon yang ternyata berasal dari orang kepercayaannya.
"Di desa Pulo Sari? Dimana itu? Sedang apa dia disana?" Bima meminta penjelasan atas informasi yang baru saja diterimanya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari orang kepercayaannya, Bima pun terdiam merenung sesaat.Memikirkan langkah apa yang akan ia ambil.
Tidak lama kemudian, Bima dengan tekad bulat, memutuskan untuk menemui Maura tanpa memberitahu niatnya itu pada Maura.
Siang ini juga, Bima berpamitan pada Sekertaris nya dengan alasan mengunjungi calon rekan bisnisnya. Ia pun mengendarai mobil seorang diri tanpa sopir menemaninya. Mobil hitam itupun meluncur menuju desa dimana Maura sedang menenangkan diri.
Setelah mendengarkan penjelasan dari orang kepercayaannya tentang kebiasaan-kebiasaan Maura di desa tersebut Dan dimana saja Maura biasa terlihat dan tempat mana saja yang ia sering kunjungi dan semua itu dijelaskan dengan rinci. Bima pun kini meluncur ke sebuah hotel yang letaknya tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal Maura saat ini.
Sore harinya Bima sengaja meminjam sebuah sepeda untuk berkeliling di sepanjang sungai. Bima sengaja berniat menemui Maura yang menurut informasi yang ia dapatkan Maura selalu berjalan menyusuri tepi sungai setiap sore hari.
Sore itu seperti biasa Maura berjalan di sepanjang sungai bersama Angga, anak semata wayang Maura. Tiba-tiba .....,
"Minggir!Minggir!" suara bel sepeda memecah kesyahduan sore itu.
"Minggir!! Rem saya blong!" teriak Bima memperingatkan.
Dengan spontan Maura menoleh ke sumber suara.Ia melihat seorang laki-laki sedang berusaha menguasai sepedanya yang meluncur ke arahnya cepat tak terkendali lalu tiba-tiba laki-laki itu membanting setirnya ke sisi kiri. Maura yang melihat sepeda itu akan menabrak dirinya segera melompat ke samping
Brakkk!!
Suara sepeda terjatuh.
"Aahh!" seru kesakitan laki-laki tersebut.
Melihat hal itu.Maura segera menggendong Angga lalu menghampiri laki-laki yang terjatuh dari sepedanya saat berusaha menghindari dirinya agar tidak terjadi tabrakan.
"Anda tidak apa-apa?"
"Auch!" seru pengendara sepeda tersebut sambil meringis memegang lututnya
Maura menurunkan Angga "Tunggu disini sebentar ya sayang." ucap Maura pada Angga.
Mendengar kalimat Maura, Bima menoleh penasaran. Sayang? apa maksudnya? siapa yang dipanggil sayang? pikir Bima.
"Pak Bima? Ini benar pak Bima kan?" Maura terkejut saat mengetahui yang baru saja hampir menabrak nya tadi adalah Bima bos nya.
"Auuuh" Bima pura-pura meringis kesakitan sambil melirik ke arah Maura dan Angga.
"Siapa anak kecil itu? Apa dia yang dipanggil sayang tadi,oleh Maura?"pertanyaan-pertanyaan itu terbesit di pikiran Bima.
"Mari saya bantu berdiri pak!" Maura menawarkan bantuan pada Bima.
Bagaikan pucuk dicinta ulam tiba. Bima tidak menyia-nyiakan begitu saja kesempatan bisa berdekatan dengan Maura. Bahkan bisa merangkulnya saat Maura hendak menuntunnya.
Jantung Bima berdetak lebih cepat saat Maura melingkarkan lengannya di pinggangnya dan ia pun meletakan tangannya melingkari bahunya.
"Awas pak, pelan-pelan !" seru Maura saat menuntun Bima duduk di Taman dekat sungai.
"Terima kasih Maura." Maura pun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan itu.
"Angga jangan jauh-jauh ya.Biarkan saja burungnya terbang." pesan Maura pada anaknya ketika Angga berlarian mengejar burung-burung yang hendak terbang.
Bima memandang kagum dengan kesabaran Maura. Entah kenapa duduk di dekat Maura terasa begitu damai.
"Pak Bima kenapa ada di desa ini?" tanya Maura bingung.
Bima berdalih selesai melobi petinggi salah satu perusahaan aroma murni untuk diajaknya bisnis bersama.Dan dengan begitu polosnya Maura percaya dengan cerita Bima.
"Siapa anak kecil itu Maura?" tanya Bima penasaran.
Wajah Maura terlihat sedikit pucat ia bingung menjelaskan pada Bima. Karena saat melamar pekerjaan waktu itu Maura telah berbohong tentang statusnya. Karena saat itu yang dicari adalah wanita single
Namun, rahasia itu tidak bisa tersembunyi selamanya. Saat berbicara dengan Maura, Bima akhirnya mengetahui bahwa Maura telah menjadi milik orang lain. Kekecewaan terpahat jelas di wajahnya, tetapi dia memilih untuk menahan perasaannya demi kebahagiaan Maura.
"Maafkan saya pak Bima, saya telah berbohong tentang status saya sesungguhnya.Bila Bapak tidak berkenan, Bapak berhak memecat saya." Maura menundukkan kepalanya pasrah.
'Tetapi bila saya boleh memohon, ijinkan saya tetap bekerja di perusahaan bapak. Saya berjanji akan loyal dan bekerja sepenuh hati untuk kemajuan perusahaan.Saya ..., saya sangat butuh pekerjaan ini pak. Untuk masa depan Angga." suara serak Maura terdengar lirih tapi jelas.
Bima yang tadinya merasa kecewa mengetahui status Maura, mendengar permohonan Maura dengan mata berkaca-kaca menatap intens ke arah Maura sambil berusaha memahami dan mengerti situasi yang dialami Maura.
"Angga?" tanya Bima sambil terus menatap menyelidik ke dalam kedua mata Maura yang masih tersirat kan kekhawatiran.
"Anak aku." Maura menatap penuh kasih ke arah anaknya yang sedang berlari-lari kecil mengejar dan membuat burung-burung yang sedang berburu makanan terbang kembali ke angkasa.
Bima mengalihkan pandangannya ke arah bocah balita yang terlihat bahagia hanya dengan mengejar burung. Hal itu membuat kedua ujung bibirnya, tertarik membentuk senyuman samar.
"Anak kamu lucu.Kamu pasti sangat menyayanginya." kalimat itu meluncur dengan sendirinya dari bibir Bima,saat melihat tingkah pola dan kelucuan Angga.
Maura tersenyum lalu berdiri. "Dengan seluruh hidupku aku sangat mencintainya." jawab Maura.
Bima pun ikut berdiri di samping Maura dan mengulurkan tangannya."Kamu akan selalu menjadi bagian dari perusahaan . Perusahaan bisa besar dan terkenal seperti sekarang juga karena andil kamu.Bagaimana mungkin aku memecat seseorang yang telah ikut membesarkan perusahaan? Apapun status kamu saat ini tidaklah penting.Yang terutama dedikasi kamu."ucap Bima sambil tersenyum lebar.
"Benarkah pak? Saya tidak dipecat? Terima kasih banyak pak.Terima kasih banyak.Saya berjanji tidak akan mengecewakan perusahaan." sahut Maura sambil menerima uluran tangan Bima.
"Aku percaya kamu mampu.Oh ya, kita kan tidak berada di kantor dan ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan jadi cukup panggil saya Bima. Kamu mau kan berteman denganku? " Bima mengulurkan tangannya.
Maura tersenyum lebar menerima tawaran persahabatan Bima.
"Iya pak! eh Bima." ucap canggung Maura yang disambut gelak tawa Bima.
Bima menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sesuatu.
"Bapak...., ehm kamu sedang mencari apa?" Maura ikut celingukan mencari sesuatu yang tidak ia ketahui.
"Hmm? Saya tidak mencari apa-apa.Suami kamu mana? Kamu tidak bersama dia? Saya ingin berkenalan dengannya biar tidak terjadi salah paham." ucap Bima menyelidik walaupun hatinya berontak dan sedih.
Maura menarik napas dalam seolah menahan kepedihan.
Bima menatap tak berkedip ke arah Maura sambil berusaha mencerna arti raut wajah Maura.
Tersirat sesuatu yang berat yang sulit untuk diungkapkan.
"Hmm, sepertinya hubungan mereka sedang ada masalah serius. Jelas terpancar suatu kekecewaan dan kepedihan di matanya." batin Bima.
"Maaf Maura, kalau aku terlalu ikut campur ranah pribadi kamu .Tapi karena kita sudah berteman, bila diijinkan kamu juga bisa bercerita apa saja padaku.Bukannya itu gunanya teman? Berbagi suka dan duka?" pancing Bima.
Maura kembali menarik napas panjang, lalu ia pun bercerita tentang penyebab ia berada di desa terpencil seperti ini. Dan terpaksa ia ambil cuti bekerja untuk beberapa hari.
"Hmm, jadi itu penyebabnya. Aku janji tidak akan membiarkan siapapun itu termasuk suamimu menyakitimu Maura. Kalau dia tidak bisa melindungimu.Aku yang akan melindungi serta menjagamu dan Angga. Akan ku pastikan kamu bahagia bersamaku. Waktu akan membuatmu menyadari aku sangat mencintaimu dan aku ingin kamu menjadi milikku. Tidak peduli saat ini apa statusmu tapi ku pastikan kelak kamu akan menjadi milikku." pikir Bima sambil memandang lekat Maura.
Waktu berlalu, dan hubungan antara Bima dan Maura berkembang menjadi ikatan persahabatan yang kuat.Walaupun Bima mengalami dilema, di mana hatinya masih membawa perasaan yang tak terucapkan. Tetapi, dia menyadari bahwa kebahagiaan Maura adalah yang utama saat ini.Dan ia percaya waktu akan membuat Maura sadar akan cintanya pada dirinya.
Saat ini Bima memutuskan untuk mengatasi perasaannya sendiri dan memberikan dukungan penuh kepada Maura. Hubungan mereka tumbuh menjadi persahabatan yang kuat.
Meski cinta Bima belum tersampaikan, dia menemukan kedewasaan dalam menerima kenyataan dan memilih untuk tetap bersama sebagai sahabat.
"Asal kamu bahagia dan selalu tersenyum, aku bisa merasakan kebahagiaan itu. Semoga waktu berpihak padaku dan memberikan restunya untuk dapat memilki mu seutuhnya. Suatu saat nanti." batin Bima.
................
Tetap semangat menunggu kelanjutan ya ..
Jangan lupa like dan komennya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments