Pagi itu, suasana di rumah Maura berbeda dari biasanya. Reno, suami Maura, yang biasanya memiliki sikap cuek dan acuh, tiba-tiba berubah drastis setelah semalam pulang tubuhnya penuh sisa-sisa alkohol.
Tini, asisten rumah tangga Maura sampai menggosok gosok kedua matanya melihat Reno dengan sabar memindahkan Maura yang tertidur di sofa dengan cara menggendong penuh kasih sayang ke dalam kamar.
Bahkan sahabat-sahabat Maura pun dibuat takjub.Prilly, Retha, dan Monica, yang datang bersamaan pagi itu, langsung merasa terkejut melihat perubahan yang begitu mencolok pada Reno.
Reno, yang biasanya lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah, sekarang dengan tulus menyambut kedatangan Maura dan teman-temannya. Sikapnya yang ramah dan perhatian membuat teman-teman Maura curiga. Mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi semalam dan mengapa Reno tiba-tiba berubah.
"Jangan-jangan Reno sedang merencanakan sesuatu." pikir Retha mencoba menganalisa sikap Reno.
Tidak lama kemudian, Maura pun keluar dari kamarnya.
"Hei, ada apa nih kok tumben pagi-pagi sekali sudah datang?" Maura celingukan mencari Tini.
"Tini sedang bikin bubur buat Angga.Sini biar Angga sama aku saja.Kalian bisa bebas bicara tanpa diganggu Angga." Reno menggambil Angga dari pangkuan Retha.Lalu berjalan menuju halaman depan.
"Tini! Buatkan minuman ya buat teman aku."
"Iya Bu!" sahut Tini dari dapur.
"Kamu diberi cuti berapa lama oleh Bima" tanya Prilly.
"Seminggu, tapi kalau aku masih mau boleh lebih sih. Pokoknya sampai luka-luka aku sembuh." sahut Maura.
"Sebenarnya ada apa sih dengan Reno? Apa yang terjadi?" tanya Prilly kepada Maura dengan mata penuh selidik, mencermati reaksi Maura terhadap perubahan sikap suaminya.
Maura tersenyum, meskipun masih tercium aroma keheranan di wajahnya. "Saya sendiri tidak begitu yakin. Semalam dia pulang dalam keadaan mabuk, tapi pagi ini... dia seperti berbeda."
Tini, yang selalu cermat terhadap setiap perubahan di rumah tersebut, menyatakan keraguannya, "Ini tidak wajar, bu. Saya berharap ini bukan hanya akibat efek sementara dari minuman semalam." ucapnya sambil menyuguhkan minuman untuk ketiga sahabat Majikannya itu.
Retha dan Monica yang ikut mendengar percakapan itu, tampak skeptis. "Jangan-jangan ini hanya trik Reno untuk mendapatkan hatimu kembali, Maura," ucap Monica dengan nada curiga.
Maura menatap Reno, yang saat itu sedang asyik bermain dan bercanda dengan Angga.
Meski masih ada keraguan di benaknya, tetapi perubahan ini membuatnya merasa haru. "Saya tidak tahu pasti, tapi sejauh ini, saya merasa senang dengan perubahan ini," jawab Maura dengan suara yang hangat.
Hari berlalu, dan perubahan sikap Reno ternyata bukanlah sekadar akibat sementara dari malam mabuknya. Reno terus menunjukkan kebaikan dan perhatian kepada Maura, bahkan kepada Tini dan sahabat-sahabat Maura. Ia membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, memberikan dukungan penuh kepada Maura.
Prilly, yang selalu skeptis terhadap perubahan mendadak Reno, semakin takjub. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya kita perlu memberikan peluang pada perubahan baik Reno ini."
Semua orang terdekat Maura merasa bingung. Mereka mencoba memahami apakah ini benar-benar perubahan yang tulus dari hati Reno ataukah hanya bagian dari rencana yang lebih besar. Namun, semakin lama, Reno terus membuktikan bahwa perubahannya bukan sekadar akting.
Maura, yang awalnya merasa ragu dan takut, mulai membuka hatinya pada perubahan yang terjadi. Dia merasakan kehangatan yang sudah lama tidak dia rasakan dalam hubungannya dengan Reno. Pertemuan tak terduga dengan kebaikan suaminya membuatnya tersentuh. Bahkan, air mata kebahagiaan pun tak terelakkan mengalir di kedua pipinya.
Dalam perjalanan menuju pemulihan hubungan mereka, Reno mengungkapkan bahwa di malam mabuknya adalah momen puncak kesadarannya. Ia menyadari bahwa hidupnya harus berubah, dan dia ingin menjadi suami yang lebih baik bagi Maura. Meskipun langkahnya tidak selalu mulus, usaha dan niat baiknya membuat Maura semakin yakin bahwa perubahan ini nyata.
Sementara itu, sahabat-sahabat Maura, yang awalnya curiga, mulai meyakini bahwa ini bukan sekadar trik atau akting belaka. Kejujuran dan ketulusan Reno mulai meresap dalam hati mereka. Mereka mendukung Maura untuk memberikan kesempatan pada perubahan ini.
Perjalanan Reno untuk menjadi suami yang lebih baik terus berlanjut, dan hubungan Maura dengan Reno semakin membaik. Pagi-pagi yang dulunya penuh dengan ketidakpastian dan keragu-raguan, kini dihiasi oleh senyum tulus dan kehangatan yang kembali hadir di antara pasangan itu. Perubahan sikap Reno ternyata membawa kebahagiaan yang sesungguhnya bagi Maura, Reno, dan orang-orang di sekitarnya.
...............
Hari ini, Maura, pegawai andalan di perusahaan parfum terkenal, kembali bekerja setelah cuti seminggu lebih.
"Wah pagi-pagi sudah rapi mau kemana?" tanya Reno sambil memeluk Maura dari belakang sambil mencium ujung rambutnya.
"Cuti aku sudah habis, jadi hari ini aku masuk kerja lagi." ucap datar Maura.
Reno terdiam sesaat, sambil menatap Maura dengan tatapan tidak suka.Tetapi detik berikutnya ia tersenyum ramah.
"Bagaimana kalau aku yang antar?"
Maura memicingkan kedua matanya berusaha meneliti niat Reno.
"Ayoo kita berangkat, nanti kamu terlambat. Bisa-bisa potong gaji." Reno meraih kunci mobil yabg tergeletak di meja.
Sesampainya di kantor Maura, Reno celingukan ke kanan ke kiri mencari sesuatu.
"Kamu cari apa?" tanya Maura yang melihat gestur tubuh suaminya seperti gusar.
"Oh tidak apa-apa. Selamat bekerja ya." Reno membuka pintu mobil dan mempersilahkan Maura turun dan masuk ke kantornya.
Setelah Maura masuk ke dalam, Reno menarik napas panjang. Niat membuat bos istrinya cemburu. Namun, rencana Reno gagal karena Bima, pimpinan Maura, tidak muncul.
"Sial, kemana dia?" batin Reno, frustasi karena gagal menjalankan rencananya.
Di kantor, Maura merasa kehilangan Bima yang biasanya selalu ada untuknya.
Saat jam istirahat, Maura melangkah menuju ruangan Bima dan bertanya pada sekretaris pribadi Bima, Lina.
Maura kaget mengetahui bahwa sejak Maura cuti, Bima juga tidak terlihat di kantor dan segala upaya menghubunginya nihil.
Dan sejak saat itu, yang menggantikan posisinya sementara adalah ayah Bima. Kecemasan mulai menyelinap di hati Maura, menciptakan ketidakpastian dalam keadaan hubungan profesionalnya dengan Bima.
Sementara itu, Reno terus berusaha menjaga kemesraannya dengan Maura, di harapkan kedekatan dan kemesraannya bersama Maura membuat Bima cemburu. Namun, kebaikan sepertinya berpihak pada Bima yang tidak hadir di kantor, sehingga mematahkan segala upaya licik Reno.
Di ruang kerjanya, Maura fokus menyiapkan materi dan strategi penjualan yang tepat, untuk rapat besok. Namun rasa khawatir, terus menghantuinya. Ia merindukan kehadiran Bima yang selalu memberikan dukungan dan pandangan jeli dalam pekerjaannya.
Pada akhirnya, Maura harus menghadapi situasi yang tak terduga ini dengan penuh keprihatinan. Apa yang terjadi pada Bima? Apakah ini hanya kesalahan komunikasi atau ada sesuatu yang lebih serius di balik ketidakhadirannya?
Mengingat saat terakhir mereka bertemu ada sedikit kesalahpahaman yang membuat Bima kecewa.
Dalam kebingungan dan kekhawatiran, Maura juga harus menyiapkan mentalnya untuk menghadapi rapat besok tanpa kehadiran Bima. Rasa rindu dan kekosongan di kantor terus menghantuinya, dan ia bertekad untuk mencari tahu alasan di balik ketidakhadiran misterius bosnya itu.
................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments