Mobil mewah berwarna hitam berhenti di sebuah halaman rumah bernuansa putih gading.
Rumah megah bagaikan istana raja itu merupakan rumah keluarga Bima, tidak lama kemudian Bima turun dari mobilnya diikuti oleh anak buahnya yang membawakan tas kerja dan laptop Bima.
Sesampainya ia di pintu utama rumahnya, langkah Bima berhenti. "Terima kasih, sini biar aku bawa sendiri." lalu tas laptop nya pun kini telah berpindah tangan.
Bima melangkah tegap memasuki rumahnya.Ia menghampiri ayah ibunya untuk menyapa mereka lalu ia melangkah menuju kamarnya.
"Bima ke kamar dulu ya ma.., pa." pamit Bima.
Mengetahui anak semata wayangnya telah pulang, sang ibu memerintahkan asisten rumah tangga untuk menyiapkan makan malam untuk putra tunggalnya itu.
"Bima! jangan lupa turun untuk makan malam nak!." teriak ibu mengingatkan.
Bima hanya memberikan kode oke sambil terus melangkah menaiki tangga.
...................
Di dalam kamarnya yang cukup besar, Bima segera melepas pakaiannya dan menghilangkan segala kepenatan di bawah guyuran air hangat.
Setelah mengeringkan tubuhnya dengan handuk, Bima menyisir rambutnya menggunakan jari-jari tangannya saja.
Hanya menggunakan celana boxer.Tubuh kekar nya dibiarkan terbuka begitu saja memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang begitu atletis.
Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.Melipat kedua tangannya dibawah kepalanya sebagai pengganti bantal.
Pikirannya menerawang jauh kepada sosok wanita yang akhir-akhir ini ia kagumi.
"Kamu benar-benar membuat ku tak berdaya Maura.Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya." pikir Bima.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Dengan bermalas-malasan Bima meraih ponselnya, ia melihat siapa yang menghubungi nya.
TANIA
Nama Tania tampak di layar ponsel Bima. Setelah mengetahui siapa yang menghubunginya, Bima melempar begitu saja ponselnya di sebelah nya. Tersirat raut wajah tidak nyaman di wajah Bima.
Kembali ponsel Bima berbunyi untuk kesekian kalinya.Sudah bukan rahasia lagi kalau Tania sangat menyukai Bima.Bahkan untuk mengikat Bima Tania pernah dengan sengaja mencampurkan obat ke dalam minuman Bima sehingga Tania dengan mudah merayu Bima dan hampir saja keinginan jahat Tania terwujud.Tania rela menyerahkan segalanya bahkan yang paling berharga sekalipun kepada Bima.Demi bisa memiliki Bima.
Tetapi untung saja anak buah Bima ada yang curiga dengan gelagat Tania lalu berhasil menggagalkan niat jahat Tania tersebut.
Sejak peristiwa tersebut Bima semakin jijik pada Tania. Berbagai usaha untuk menghindari Tania selalu ia lakukan.
Tapi karena Tania adalah anak dari sahabat Ayah Bima, sehingga Bima tidak bisa benar-benar menghindari Tania, demi persahabatan ayah mereka.
Tania pun masih bisa dengan leluasa keluar masuk rumah Bima tanpa halangan. Tetapi bukan Bima bila tidak bisa menemukan cara untuk menghindarinya.
Dering ponsel terus berulang membuat lamunan Bima terhadap Maura terpecah . Bima menutupi wajah dan telinga nya dengan bantal agar tidak lagi mendengar dering ponsel dari Tania.
"Bima! Bim...! Aku tahu kamu ada di kamar! Papa kamu sendiri yang bilang padaku!" teriak seseorang dari luar pintu kamar Bima.
Dengan cepat Bima membuka bantal yang menutupi wajahnya, lalu melemparnya begitu saja."Tania!" ucapnya panik.
Tanpa pikir panjang, Bima meraih T-shirt putih dan celana jeans di lemari bajunya. Lalu memakainya.Tidak lupa ia menyambar dompet dan kunci mobil yang tergeletak di meja dan dengan secepat kilat ia membuka jendela balkon lalu melompat keluar dari balkon menuju halaman rumahnya.Dan bersama mobil kesayangannya Bima segera pergi meninggalkan rumah.
"Bimaaaa!!" teriak Tania dari atas balkon kamar Bima.
....................
Bima mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.Dia benar-benar merasa gerah dengan sikap dan sifat Tania.
Pernah ia menyampaikan hal tersebut pada kedua orangtuanya tetapi mereka tidak percaya bahwa Tania yang terlihat elegan dan lembut itu mampu berbuat seperti yang ia ceritakan.
Sejak itu Bima tidak lagi menceritakan apapun pada kedua orangtuanya tentang Tania."Biarlah suatu saat nanti bau busuk itu akan tercium dengan sendirinya." gumam Bima.
...............
Sesampainya Bima di sebuah kafe favoritnya, ia pun memilih kursi yang jauh dari orang-orang yang keluar masuk kafe.
Sambil menikmati alunan live music yang sedang membawakan lagu kesukaannya, Bima memesan beberapa makanan dan minuman.
Pikiran CEO muda itu, kembali pada sosok Maura. Ia benar-benar telah terpesona oleh kecantikan dan kecerdasan Maura, bagi Bima Maura tidak hanya cantik dan elegan, tetapi juga memiliki daya tarik yang luar biasa di samping keahliannya dalam memasarkan produk parfum perusahaan. Setiap strategi pemasaran yang dia terapkan telah berhasil meningkatkan omset perusahaan secara signifikan.
Dalam beberapa waktu terakhir, rasa penasaran Bima terhadap Maura semakin mendalam. Ia bahkan berusaha mengumpulkan semua informasi tentangnya melalui anak buahnya. Sekarang, Bima sedang merencanakan sebuah taktik agar bisa lebih sering bertemu dan terlibat dalam pekerjaan bersama Maura. Minggu lalu, langkah pertamanya sudah terlihat jelas saat ia mempromosikan Maura sebagai Kepala Marketing Eksekutif.
Keputusan ini, memberi Bima mempunyai kontrol yang lebih besar atas keputusan-keputusan strategis perusahaan, dan setiap langkah yang akan diambil Maura, yang kini membutuhkan persetujuan darinya secara langsung. Hal ini tidak hanya memberi mereka kesempatan untuk bekerja bersama lebih sering tetapi juga menciptakan kesempatan untuk memperkuat hubungan profesional mereka.
Dalam keintiman pekerjaan mereka yang semakin berkembang, Bima berharap dapat menggali lebih dalam lagi tentang kepribadian Maura dan memahami lebih banyak tentang visi dan nilai-nilainya. Seiring intensitas pertemuan mereka yang meningkat, Bima mulai merencanakan momen-momen yang lebih santai dan informal untuk lebih mengenal Maura di luar konteks pekerjaan.
"Maura memang berbeda dengan gadis-gadis yang selama ini ada di sekelilingku." batin Bima sambil memainkan sendok yang sedang dipegangnya.
Bima mulai menyadari Meskipun ia menempatkan dirinya sebagai atasan Maura, ia juga merasa ketertarikannya pada Maura melebihi batas profesional. Namun, ia berusaha menjaga keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadinya. Tantangannya sekarang adalah memastikan bahwa perasaannya tidak menghambat dinamika tim dan kinerja perusahaan.
Dalam setiap pertemuan dan kolaborasi, Bima berusaha menunjukkan dukungannya terhadap Maura, tidak hanya sebagai seorang atasan, tetapi juga sebagai seseorang yang ingin melihatnya tumbuh dan berhasil. Hubungan antara CEO muda dan Kepala Marketing Eksekutif ini menjadi pusat perhatian di perusahaan, dan banyak karyawan yang berspekulasi tentang arah hubungan mereka yang semakin mendalam.
Tiba-tiba, pandangan Bima tertuju pada meja di sudut ruangan dimana sedang duduk seorang wanita yang terlihat sedang berusaha menikmati kesendiriannya.
Bima memicingkan matanya, mencoba meyakinkan tangkapan pandangannya.
"Bukannya itu Maura." batin Bima.
"Sedang apa ia disini? Atau ia sedang menunggu seseorang?" tanya batinnya gusar. Dan tiba-tiba dadanya terasa di tikam belati, tapi tak berdarah.
Untuk beberapa saat pandangan Bima terus tertuju pada Maura.Ia sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri, bahwa Maura tidak sedang menunggu siapapun.
Ketika akhirnya ia yakin bahwa Maura benar-benar sendiri dan tidak sedang menunggu siapapun.Bima pun berdiri dari kursinya lalu beranjak menuju meja Maura.
"Permisi, selamat malam nona apa boleh saya menemani anda?" tanya sopan Bima.
..............
Tunggu kisah Maura selanjutnya yaa...
Ditunggu like dan komen nya juga.Terima Kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments