Malam itu, di kafe yang diiringi live musik, Bima memperhatikan Maura dari kejauhan. Keindahan dan kecerdasan Maura telah lama memikat hatinya, tetapi kali ini, Bima bertekad untuk mengambil langkah lebih jauh. Dengan langkah mantap, ia mendekati Maura yang duduk sendirian.
Setelah menunggu beberapa menit untuk meyakinkan bahwa Maura hanya seorang diri saja datang ke kafe, akhirnya Bima memberanikan diri menghampiri Maura. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskan nya untuk mempersiapkan mental nya menyapa Maura.
"Sial! Kenapa dadaku berdebar seperti ini. Selama aku dekat wanita manapun baru kali ini aku merasa seperti ini.' pikir Bima sambil menggosok gosok kedua telapak tangannya yang tiba-tiba terasa dingin.
"Maura kamu benar-benar berbeda, baru kali ini aku jadi sepenakut ini mendekati wanita. Akan kulakukan apapun untuk bisa mendapatkan hatimu.Kamu harus jadi milikku." batin Bima.
Bima berdiri dari tempat duduknya, lalu ia memberanikan diri menghampiri Maura.
"Permisi, selamat malam nona apakah boleh saya temani duduk disini. Mungkin anda membutuhkan teman mengobrol?" suara berat berwibawa terdengar begitu menggoda untuk mencari tahu siapa pemiliknya.
Dengan refleks Maura menoleh ke arah asal suara dan betapa terkejutnya dirinya saat mengetahui siapa pemilik suara berat tersebut.
Maura, yang tidak menyadari kehadiran Bima di kafe yang sama dengannya itu, terkejut saat CEO terkenal itu mendekatinya dan menyapa dirinya. Tatapan heran dan tidak percaya menyelinap di wajahnya. Namun, Bima, justru dengan senyum ramahnya, sekali lagi meminta ijin untuk duduk bersamanya.
Masih setengah percaya dan tidak percaya.Maura mempersilakan Bima duduk di depannya tanpa bersuara. Entah bagaimana bisa, tiba-tiba suaranya tercekat dan tak mampu mengeluarkan kata-kata.
"Terima kasih." Bima tersenyum samar kemudian menarik sebuah kursi di depan Maura.
Saat Bima duduk, Maura mencoba mengatasi kebingungan dan kekikukan nya. Seakan ia tidak percaya CEO sekelas Bima tidak biasanya menghampiri orang seperti dirinya. Pandangannya tersebar ke sekeliling kafe, mencari tahu apakah ada yang salah.
Bima melihat kebingungan Maura, ia tertawa lembut. "Jangan terkejut, Maura. Saya hanya ingin menghabiskan waktu bersama saja, bila diijinkan saya ingin jadi teman ngobrol kamu bolehkah?" ijin Bima, mencoba meredakan ketegangan.
"Samasekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kok." lanjut Bima mencoba menetralisir keadaan.
"Saya tadi lihat anda sendirian.Dan saya juga sendiri, saya pikir lebih baik kita menghabiskan waktu bersama saja.Anda tidak keberatan kan?" Bima mengangkat kedua alisnya lalu menatap Maura untuk mencari jawaban.
Maura, masih merasa kikuk. Walaupun di kantor mereka sering membahas pekerjaan bersama tetapi ini beda, semua biasa ia lakukan secara profesional layaknya pegawai dengan atasan. Namun kali ini diluar urusan pekerjaan menjadi suatu hal baru bagi Maura.
Duduk berdua dengan seorang Bima Airlangga menikmati musik, kopi dan roti bakar. Benar-benar diluar pikirannya.
Pertemuan ini menjadi awal dari malam yang tak terduga. Bima, yang dikenal sebagai pribadi kaku dan dingin, malam ini terbukti sebaliknya. Ia menjadi sosok yang hangat dan penuh humor.
Mereka saling ngobrol random, bercanda dan tertawa bersama membuat atmosfir yang tadinya kaku dan kikuk di awal, menjadi mencair dan hangat.
Maura mulai melihat sisi lain dari Bima yang jarang terlihat oleh orang lain. Keduanya berbagi cerita, impian, dan pandangan hidup. Malam itu menjadi momen yang berharga bagi keduanya, menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan.
Maura tidak bisa berhenti tertawa oleh kelucuan dan kehangatan yang ditunjukkan Bima. CEO yang tadinya terlihat begitu serius dan misterius kini terbuka dan akrab. Mereka melewati malam itu dengan tawa, cerita, dan kenangan yang akan terus menghangatkan hati mereka.
Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. Maura sedikit terkejut tidak disangka malam telah larut bahkan hampir tengah malam.
"Ya ampun sudah jam sebelas.Maaf pak Bima saya pamit terlebih dahulu." Maura dengan sigap meraih tas nya dan menyodorkan tangan hendak berpamitan.
Bima sedikit kecewa, baru saja ia merasa bahagia bisa ngobrol santai diluar urusan pekerjaan bersama Maura. tapi kini Maura hendak pamit pulang.
Bima melihat jam tangannya.Terlihat jelas raut kekecewaan tergambar di wajahnya."Kenapa malam hari ini terasa cepat." gerutu Bima dalam hati.
"Aku antar pulang ya." Bima menawarkan diri untuk mengantar Maura pulang
Dengan halus Maura menolak tawaran Bima."Terima kasih pak Bima.Saya tadi bawa mobil ."
Bima menarik napas panjang.Niat mengantar Maura pun gagal.Padahal ia masih ingin lebih lama lagi bersama Maura. Rasanya belum puas mereka ngobrol dan berbagi cerita.
"Senang bertemu anda pak Bima.Maaf saya harus pulang sekarang." lalu Maura melangkah menjauh, meninggalkan Bima yang masih memutar otak mencari cara agar bisa lebih lama lagi bersama Maura.
Menyadari wanita idaman hatinya telah meninggalkan dirinya seorang diri.Bima berlari hendak mengejar Maura.
Sesampainya di halaman parkir kafe, Bima meluaskan pandangannya di kegelapan malam yang hanya diterangi cahaya bulan dan lampu kuning. Bima berusaha mencari sosok Maura diantara parkiran mobil.
Bima berlari kecil kesana kemari tapi bagaikan ditelan gelapnya malam sosok Maura tidak ia temukan.
Bima berjalan lesu dan ia pun menuju mobilnya dan mengendarainya menjauh dari kafe yang baru saja mengukir kenangan dan kebahagiaan rahasia bagi dirinya.
..................
Sesampainya Maura di rumah. Ia berjalan mengendap-endap dan membuka pintu rumah dengan sangat hati-hati.
Tujuan pertama Maura adalah kamar Angga.Melihat buah hatinya tertidur pulas sambil memeluk boneka beruang kesayangannya.Hati Maura terasa damai dan bahagia.
Perlahan ia mendekati ranjang Angga, Maura membelai lembut dan mencium kening Angga dengan penuh kasih sayang.
Maura menatap Angga intens."Bahagia selalu nak, mama akan bekerja sekuat mama untuk kebahagiaan dan masa depanmu.Senyummu adalah penyemangat mama." kembali Maura mencium kening Angga.
"Selamat malam Bu Maura, Ibu sudah makan belum? Makanan akan saya hangatkan sebentar, kalau ibu belum makan." Tini asisten rumah tangga baru sekaligus baby sitter Angga. menawarkan Maura untuk makan malam.
"Tidak perlu mbak, saya tadi sudah makan.Mbak Tini tidur saja, sudah malam. Oh ya Bapak sudah tidur?" tanya Maura hendak meninggalkan kamar Angga.
"Bapak sejak sore pergi Bu." lapor Tini.
Maura mengeryitkan keningnya.
"Hmm, kemana dia? Ah sudahlah suka-suka dia." lelah sudah batin Maura memikirkan Reno, suaminya.
"Saya tidur dulu ya Tin." sambil memijit batang leher dan pundaknya yang terasa pegal
"Iya, Bu.Selamat beristirahat." Tini pun merapikan selimut si kecil. Lalu kembali ke kamarnya.
...............
Di dalam kamarnya, setelah membersihkan diri.Maura pun merebahkan diri dan mencoba untuk tidur ia memejamkan matanya berharap segera berlayar ke pulau mimpi.
Bagi Maura berlayar di pulau mimpi adalah kebahagiaannya tersendiri.Karena disana ia bisa melupakan segala kesakitan dan kepedihan hidup walau hanya bersifat sesaat.Tetapi bagi Maura cukup untuk sedikit memulihkan batinnya yang lelah.
Tiba-tiba bayangan Bima mengusik lamunannya.Ia tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa CEO dingin itu bisa bersikap lembut dan sehangat itu.Seiring bayangan Bima yang mengusiknya, cairan hangat mulai membasahi pipi Maura.
Ada sedikit kegundahan di hatinya, "Seorang yang terkenal dingin dan kaku saja, ternyata pribadi sesungguhnya bisa seseru dan sehangat itu.Kenapa Reno tidak bisa bersikap sehangat itu." tangis batin Maura.
Brak!!
Pyarrr!
Suara sesuatu terjatuh dan kaca pecah yang berasal dari ruang depan, memecah keheningan malam.
..............
Jangan lupa like dan komen ya buat kelangsungan cerita Maura.Tunggu kelanjutannya ya...
Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments