Maura, yang baru bergabung dengan perusahaan parfum ternama dan kini menjabat sebagai eksekutif pemasaran, dengan cepat menciptakan prestasi gemilang dalam dunia marketing. Kecerdasannya dan keahliannya dalam memasarkan produk parfum, membuatnya dikenal di industri tersebut.
Suatu hari, ketika Maura sedang mempresentasikan salah satu produk andalannya, sorot mata tajam seorang CEO yang bernama Bima Airlangga, tertuju padanya. Keahlian Maura dalam mengkomunikasikan keunggulan produk parfumnya berhasil memikat perhatian Bima. CEO tersebut merasa ada sesuatu yang istimewa dalam cara Maura memasarkan produknya.
Bima Airlangga, yang biasanya tidak terlalu tertarik pada karyawan baru, merasa penasaran dengan Maura. Dia merasa bahwa Maura memiliki daya tarik dan keunikan yang berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah mendekatinya. Ini bukan hanya tentang keahlian bisnis Maura, tetapi juga pesona pribadinya yang misterius.
Bima Airlangga terkenal dikalangan eksekutif muda wanita sebagai CEO tertampan dan terkaya. Tanpa ia mencari pun, wanita-wanita kaya dan bertubuh sexi selalu datang dengan sukarela untuk mendekati dan berusaha mengambil hatinya.
Tetapi Bima, selain terkenal dengan ketampanannya ia pun terkenal dengan sikap dinginnya.Sorot mata tajam yang dimilikinya mampu membuat wanita manapun meleleh hatinya hingga rela merelakan segalanya pada Bima.
Tetapi entah bagaimana, sejak pertama ia bertemu Maura dan selain ia terkesima dengan cara presentasinya ia pun mengagumi kecantikan Maura yang terlihat elegan dan bernilai.
Selama presentasi, Bima hanya bisa fokus pada kekagumannya pada Maura.
"Siapa dia? Terkesan wanita bernilai tinggi dan langka ditemukan saat ini." kagum Bima dengan sorot tajamnya pada Maura.
Sambil memainkan pulpen yang dipegangnya, Bima terus mengagumi Maura dalam diam.Hingga presentasi selesai.
Selesai presentasi, dengan tubuh tegap dan gagahnya, Bima menghampiri Maura.
"Selamat. Kerja yang bagus!" ucap Bima singkat dengan tatapan dinginnya.Setelah itu ia pun berlalu dari hadapan Maura tanpa memberinya kesempatan menjawab sedikitpun.
Maura sedikit terkejut dan bingung dengan sikap Bima."Siapa dia? Dingin sekali." kesan Maura pada Bima. "Biar saja, yang penting presentasiku tadi berjalan lancar." Maura menarik napas lega sambil menata berkas-berkas yang masih berserakan di meja.
"Wahh hebat kamu Maura, bisa membuat pak Bima memberimu ucapan selamat. Dia pasti berkesan dengan presentasi mu tadi." senggol Lili teman kantor Maura sekaligus patner nya.
Maura memicingkan matanya,"Pak Bima?Dia?" sorot mata Maura tertuju pada punggung Bima yang berjalan menjauh menuju lift.
Lili mengangguk yakin."Ganteng kan?"
"Biasa saja." jawab Maura singkat.
Lili mencegat Maura dan berdiri tepat dihadapannya.Dengan cepat ia mengambil kacamata Maura.
"Heii apa-apaan nih!"
"Pinjam sebentar, aku periksa dulu sepertinya ada yang salah dengan kacamata mu ini" Lili berlagak pura-pura memeriksa kacamata Maura.
"Bagaimana mungkin cowok se-ganteng pak Bima kamu bilang biasa saja." lanjut Lili.
"Kamu tuh, semua cowok pasti ganteng di matamu." sahut Maura sambil mengambil kembali kacamata nya lalu melangkah menjauh.
"Heiii!! Maura, tunggu!!" teriak Lili berusaha mengejar patner kerjanya tersebut.
....................
Ketertarikan Bima terhadap Maura semakin mendalam, di ruang kerjanya pikirannya melayang pada sosok Maura, hampir dua jam ia hanya menatap jendela yang dihiasi tetesan tetesan air hujan yang mengalir.
"Permisi pak Bima, ini ada beberapa berkas yang membutuhkan persetujuan bapak." sekertaris Bima menyodorkan beberapa berkas untuk Bima tanda tangani.
Bima masih terpaku pada tetesan air yang mengaliri jendela ruang kerjanya.Hujan di luar seperti nya cukup deras.
Sekali lagi, sekertaris Bima mencoba berusaha menyadarkannya dari lamunannya yang membuat pikirannya melayang jauh dan tersisa raganya saja di ruang kerja.
"Pak Bima, pak!" Sekertaris Bima memberanikan diri mengguncang bahu bos nya yang masih terdiam seribu bahasa.
"Ahh ya??" Bima tersadar dari lamunannya sejenak.
"Ini pak, beberapa berkas yang butuh persetujuan Bapak." kembali sang sekretaris menyodorkan beberapa berkas pada Bima.
"Tunggu saja." perintah Bima saat melihat Sekertaris nya hendak melangkah kembali ke ruangannya.
Bima memeriksa sekilas berkas-berkas tersebut lalu menandatangani nya, dan mengembalikan berkas tersebut pada Sekertaris nya.
"Terima kasih, pak." lalu Sekertaris nya membawa berkas-berkas tersebut ke ruangan kerjanya.
Setelah Sekertaris Bima meninggalkan ruangan.Kembali ia mempermainkan pulpennya sambil pikirannya terus berputar dan bertarung dengan rasa penasarannya pada sosok Maura.
Akhirnya diujung rasa penasaran, Bima meraih telepon di mejanya.Ia menekan beberapa angka lalu Bima menghubungi salah satu orang kepercayaannya. Dia memerintahkan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang latar belakang dan profil pribadi Maura. Bima ingin mengetahui lebih banyak tentang perempuan yang berhasil membuatnya penasaran dan terpesona.
Sementara itu, Maura terus berfokus pada pekerjaannya untuk mencapai target pemasaran yang semakin tinggi.
.................
Di sebuah kamar mungil, setelah menidurkan Angga. Maura mencium kening anak semata wayangnya itu lalu menyelimutinya.
Maura menutup pintu kamar Angga dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Disana ia melihat suaminya sudah tertidur lelap. Ada perasaan jengkel dan kecewa melihat suaminya yang sudah terlelap tanpa beban pikiran.
Maura membaringkan tubuhnya di sebelah suaminya lalu menghadap ke sisi samping.Ada sedikit rasa pedih dan lelah yang menghinggapi nya, sekuat dan setegar apapun dirinya.Maura tetap seorang wanita yg terkadang ingin juga dimanja, butuh bahu untuk bersandar dan pelukan hangat untuk menenangkannya. Tetapi semua itu tidak ia dapatkan dari suaminya.
.................................................
Keesokan harinya, saat di kantor entah kenapa Maura merasa gerak geriknya ada yang memperhatikan.
Maura berusaha menepis perasaannya itu, lalu ia pun bergegas berjalan menuju lift. Saat hendak menekan tombol lift tidak sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan seorang lelaki.
"Maaf." ucapan spontan yang keluar dari bibir Maura.
Maura menoleh ke arah lelaki tersebut. Betapa terkejutnya ia saat menyadari laki-laki yang tangannya tadi tidak sengaja bersentuhan dengannya adalah laki-laki yang waktu ia presentasi kemarin, memberinya ucapan selamat sekaligus memuji presentasi nya.
Laki-laki itu hanya tersenyum sekilas lalu kembali bersikap dingin.
Di dalam lift yang hanya berisi mereka berdua, membuat Maura merasa canggung.Tubuhnya tiba-tiba merasa kaku.
"Mau ke lantai berapa?" tiba-tiba suara berat berwibawa itu memecah keheningan.
Maura masih sibuk dengan pikirannya, hingga tidak mendengar pertanyaan dari Bima.
"Hallo nona, mau ke lantai berapa?" kembali Bima mengulangi pertanyaannya.
"Oh.., sa- saya??" Maura baru menyadari lelaki berkharisma itu bertanya padanya.
Lelaki tersebut mengangguk pelan sambil menatap tajam ke arahnya.
"Lima." sahut singkat Maura.Bersamaan dengan itu, dadanya berdegup kencang saat matanya tidak sengaja beradu pandang dengan Bima.
Keheningan kembali menyelimuti mereka.
Ting
Suara lift tanda berhenti di sebuah lantai berbunyi.Memecah keheningan dan kecanggungan yang Maura rasakan. Kemudian terbukalah pintu lift. Bima melangkah keluar kemudian ia menoleh ke arah lift dan menyipitkan matanya.
"Kamu tidak keluar? Ini lantai lima." Bima memberitahu Maura keberadaan mereka saat ini.
Dengan spontan Maura melihat angka yang tertera dan benar mereka telah sampai di lantai yang ingin ia tuju."Oh!" Maura pun bergegas keluar dari lift kemudian pintu lift kembali tertutup.
Bima terlihat melangkah menjauh , meninggalkan Maura yang masih terlihat sibuk menelepon Lili patnernya."Hallo Li, kamu dimana?" tanya Maura.
Lili ternyata sudah berada di ruang CEO.Mereka pun berjanji langsung bertemu di ruang CEO .
"Terima kasih!' teriak Maura ke arah Bima, sesaat setelah ia sadar belum mengucapkan terimakasih pada lelaki misterius itu. Yang kata Lili bernama Bima.
Bima yang mendengar suara Maura dari kejauhan, terlihat tersenyum sekilas dan tetap melangkah yakin ke ruangannya.
"Kenapa dia berada di lantai ini juga?" pikir Maura.
"Ah bodoh amat." Maura melihat jam tangannya.
"Sial! Kurang sepuluh menit lagi." Maura bergegas mencari toilet.
....................
Setelah pertemuan kedua dengan Bima, Maura merasa ada yang aneh dengan perasaannya.Bayangan Bima mulai mengusik ketenangan batinnya. Sorot mata tajam Bima saat presentasinya waktu itu, kembali terbayang. Tatapan tajam itu, sempat membuatnya merasa kikuk dan gemetar, takut tidak bisa menyampaikan dengan baik produk yang ia presentasikan kemarin.Tetapi di luar dugaan, Maura mampu dengan lancar dalam menjelaskan produk-produknya hingga menuai banyak pujian.
Ketika Bima akhirnya mendapatkan profil pribadi Maura, dia semakin terkesan.
Maura bukan hanya seorang profesional yang sukses, tetapi juga seorang individu yang memiliki kehidupan pribadi yang menarik. Bima menemukan bahwa Maura memiliki minat dan hobi yang sama dengan dirinya, sesuatu yang tidak pernah dia temukan pada wanita lain yang mendekatinya.Bima terpesona oleh kecerdasan dan pesona Maura,
...............
Setelah merapikan penampilan dan pakaiannya di Toilet. Maura menelepon Lili, patner kerjanya. "Hallo Li, belum mulai kan?" tanya Maura sambil berjalan menuju ruang rapat.
"Kamu dimana sih, tinggal kamu yang belum datang! Jangan bikin seorang CEO menunggu!" bisik geram Lili di saluran telepon.
"Oke, oke ini sudah di depan pintu." Maura bergegas memutus hubungan teleponnya, dan melihat kembali jam tangannya. "Masih kurang lima menit." tarik napas lega sesaat. Lalu ia pun mengetuk pintu dan masuk ke ruang CEO.
"Selamat pagi semua, maaf--" kalimatnya tiba-tiba terputus.
"Kamu???" ucap spontan Maura dalam keterkejutannya.Ketika pandangan matanya menangkap sosok yang tidak asing lagi baginya.
................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments