Pendekar Pedang Iblis

Pendekar Pedang Iblis

BAB 1. Muncul Tanduk

Alkisah seorang pendekar belia, sejak usia 10 tahun anak lelaki itu telah mengenggam pedang sebagai kesehariannya. Ia merupakan seorang pendekar pedang ganda yang hebat dan terkenal di timur dan barat. Rumor tentangnya menyebar bahkan hampir ke penjuru dunia. Namanya adalah Yong.

Sudah beberapa tahun ia aktif sebagai pendekar. Sama seperti yang disebutkan, pendekar adalah seseorang yang membela kebenaran, memberi pelajaran terhadap penindas dan melakukan keadilan yang dianggapnya. Sekilas pendekar adalah pekerjaan mulia.

Walau kebanyakan di era sekarang ini, banyak menggunakan kekuatan di jalan yang salah.

Baik di timur maupun barat, terdapat banyak legenda monster seperti ular putih, kera, naga serta Iblis. Mereka memburunya demi upah sehari-hari, anak itupun juga kerap kali melakukannya.

Tidak hanya para legenda monster yang konon katanya cukup menganggu kedamaian, bahkan penindas, bandit, pembunuh atau bahkan pendekar jahat sendiri pun telah menjadi musuh.

"Itu hal wajar, bukan?" pikir seorang pemuda berusia 18 tahun—Yong, menatap langit di kejauhan dengan mata menyipit.

Di era kali ini, kedamaian tidak berarti apa-apa sebab setelah perang maka musuhnya adalah kawan sendiri. Dan bagaimana cara Yong, pemuda yang terkenal akan kehebatannya dalam berpedang dapat mengatasi semua ini?

"Ha ...., apa ini?"

Ia menghela napas cukup panjang, postur tubuh tegapnya perlahan runtuh, kedua kakinya bergetar pelan dan kemudian ia pun terduduk di tempat sembari memegangi kepalanya yang berdenyut sakit tak wajar.

"Aku merasa ada sesuatu di dalam tubuhku. Tapi apa? Apa yang terjadi?" Yong bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Mengeluh sakit juga percuma, siapa yang akan datang menolong? Ia sudah tidak punya keluarga karena semasa perang di masa lampau. Mau tak mau ia harus hidup dalam kesendirian, punya teman saja tidak, meski dahulu ia sempat berteman dengan banyak orang. Namun semenjak menjadi terkenal, ia justru dijauhi karena dianggap menakutkan.

Ini adalah kisah seorang anak lelaki yang sudah bertumbuh jauh lebih besar dan kuat. Yong, namanya. Akan terjadi sesuatu padanya yang akan mengakibatkan perburuan di masa mendatang.

"Huh, pusing sekali." Entah yang ke berapa kalinya Yong mengeluh sakit, sudah berulang kali ia menghela napas sembari menundukkan kepala sedalam mungkin.

Beberapa saat kemudian, sakit di kepalanya menghilang dan kemudian ia segera pergi dari tepian danau di sana setelah mengenakan pakaian tebal berlapis-lapis yang sempat ia letakkan di samping. Yong menuju ke sebuah tempat, yang terdapat banyak sekali penindas di sana.

"Dulu, tempat tinggalku sudah hancur akibat perang. Lalu sekarang aku harus tinggal di kota buruk ini? Pelancong sepertiku memang tidak bisa hidup dengan tenang," gumam Yong merasa kesal sendiri.

Sudah banyak orang mengaku pendekar sambil membawa pedang, bergerak secara berkelompok menuju ke tempat orang-orang miskin dan memerasnya seumur hidup.

Tap, tap!

Setiap pemuda berpakaian tebal itu melangkahkan kaki, pasti akan selalu terdengar rintihan, jeritan, keluhan bahkan makian. Semua ini hal yang sudah terbiasa ia dengar, wajar ekspresi pemuda itu tak sedikitpun berubah dari awal.

"Daripada hidup merana dengan terus diteror oleh mereka, mungkin lebih baik kita semua mati saat terjadi perang itu!" seru salah seorang penduduk berpakaian lusuh, duduk di sudut bebatuan dengan wajah ketakutan.

"Yang kau katakan itu benar," sahut Yong, merasa yang dikatakan oleh pria itu benar. Lantas kembali berjalan.

Setelah beberapa langkah memasuki daerah miskin, Yong kembali berhenti di tengah jalan setelah mendengar suara keras, dan kemudian ia melirik ke belakang. Sejenak terdiam lantas berdeham pendek, kini tatapan culasnya itu tertuju pada segerombolan bandit yang memaksa untuk membawa seorang gadis dari keluarganya.

"Putrimu akan aku bawa sebagai bayaran hutangmu!" seru si bandit sambil mendekap si gadis itu dengan erat. Bandit tersebut pun menyeringai lebar, seolah tujuan utamanya berhasil tercapai.

"Kumohon! Janganlah kau bawa putriku! Apa pun akan aku lakukan demi membayar hutang, tapi jangan bawa putriku, keluargaku!"

Sesosok pria lusuh yang berlutut memohon itu adalah Ayahny, ia terus merengek minta ampun pada bandit berbadan besar. Berharap agar bandit tidak membawa putri kesayangannya.

"Tidak akan! Sudah cukup aku menunggu berbulan-bulan tapi kau tidak kunjung membayar!"

"Tuan! Saya mohon!"

"Dasar keras kepala. Sekarang putrimu akan menjadi milik—!"

DUAKK!

Dalam sekejap mata, bandit berbadan besar sudah tumbang di tempat sementara Yong sekarang berada di samping tubuh si bandit.

Sekeluarga, termasuk si gadis itu pun terkejut diam dengan mulut menganga. Tampaknya mereka tidak begitu paham apa yang telah terjadi sebab gerakan Yong lah yang terlalu cepat sehingga tidak bisa dilihat oleh mereka.

"Ambil ini," kata Yong sambil meletakkan sekantung uang di hadapan mereka.

"Ini?"

"Apa lagi kalau bukan uang? Ya sudah, pokoknya ambil saja. Aku masih punya banyak," tuturnya dengan sombong lantas pergi begitu saja.

Keluarga miskin itu bahkan tidak sempat mengucapkan rasa terima kasih. Yong seakan pergi terburu-buru tuk mencapai tujuannya, namun ketahuilah bahwa Yong sebenarnya tidak punya tujuan sama sekali selain berjalan-jalan di kota ini.

Deg!

Setelah cukup jauh dari mereka, tiba-tiba Yong merasa begitu sakit di kepala dan dadanya. Jantung berpacu lebih cepat tak normal. Syok dan bingung, Yong bergegas lari ke arah sepi. Ia tidak berlari lurus ke depan melainkan ke arah sebaliknya, tempat di mana ia berdiam diri.

"Hah, hah, hah ...ini sakit!"

Napasnya memburu berat, rasa sakit di kepala dan panas di dada terasa seolah ada yang merobek dan membakarnya. Area sunyi di perairan danau, di sanalah ia dapat beristirahat dengan tenang.

BRUK!

Sudah tak sanggup menahan rasa sakitnya, Yong jatuh terduduk di tepian. Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Yong perlahan mengambil air dari danau itu dengan telapak tangan yang gemetaran.

"Ini selalu terjadi padaku setiap aku membereskan sampah-sampah! S*al! Dasar tidak berguna!" pekiknya emosi.

Pandangan lelaki itu tampak agak mengabur, tangannya juga masih gemetaran namun ia berusaha menahan itu semua hanya dengan meminum seteguk air dari danau bersih. Setelah beberapa kali ia meminum air, Yong terhenyak diam sembari memandangi pantulan wajahnya di permukaan danau.

"Siapa ini?" Yong bertanya bingung dengan penampilan dirinya yang terlihat berubah aneh.

Rasa sakit di kepala dan panas di dada telah menghilang. Rambut hitam pendeknya terlihat sedikit memanjang dan ada sesuatu yang muncul di dahi sebelah kirinya. Sontak Yong amat terkejut, ia bahkan sampai mundur ke belakang seakan enggan melihat penampilannya yang berubah.

"Ini terus tumbuh! Apa yang sebenarnya terjadi padaku? ARGHHH!!!!"

Awal mula tumbuh cukup pendek, terlihat seperti taring namun lama kelamaan itu tumbuh semakin memanjang ke atas dengan ujung yang lancip. Saat itulah rasa sakit yang berkali-kali lipat kembali ia rasakan.

"Tidak salah lagi ....tanduk merah ini," gumam Yong terkejut panik saat memandangi wajahnya sekali lagi, ia melihat sesuatu yang tumbuh di dahi kirinya tidaklah wajar. Itu adalah sebuah tanduk merah milik ras iblis.

Terpopuler

Comments

𝘿𝙚𝙬𝙖 𝘽𝙤𝙣𝙜𝙠𝙤𝙠

𝘿𝙚𝙬𝙖 𝘽𝙤𝙣𝙜𝙠𝙤𝙠

coba baca 😊😃

2024-04-02

1

Elzi Lamoz

Elzi Lamoz

untungnya anak itu selamat...

2024-02-10

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!