Batu Giok Hitam II

Bersama dengan lelaki yang memiliki tinggi sepantaran, justru tak membuat Yong merasa nyaman. Mereka kerap kali bertengkar karena beberapa hal bahkan termasuk hal sepele sekalipun.

Bagaikan air dan minyak, sudah ditakdirkan tidak dapat disatukan. Saling berlawanan dan memiliki jalan yang berbeda. Itulah yang menggambarkan diri mereka berdua.

Yong dan dengannya saling bertukar tatap tajam, tampak jelas mereka ada niat menyerang satu sama lain namun mereka hanya menahan sampai tugas ini benar-benar selesai. Karena tahu, bila mereka yang dikutuk akan bertarung maka akan terjadi sesuatu tak terduga nanti.

"Batu Giok Hitam yang sebelumnya kau sangkal keberadaannya, aku telah menemukan benda itu di sini."

"Yang benar saja? Kau pasti bercanda."

Yong melirik ke sekitarnya, tak ada seorang pun yang heboh akan kejadian barusan. Di mana Xiang Lu diikat dan ditarik sulur-sulur hitam dari bayangannya sendiri. Hanya ada satu jawaban tentang itu, orang-orang biasa tidak melihat mahluk anehnya.

"Aku tidak bercanda."

"Oh, benarkah? Kalau begitu tunjukkan padaku. Itu yang membuatmu harus pergi dari sini dan melalaikan tugasmu bukan?"

"Aku tidak sedang melalaikan tugas. Melainkan hanya membuktikan keberadaan batu giok itu."

Tentu saja rekan satu tim-nya ini pun merasakan hal yang sama yang kala itu orang-orang tidak sadar telah terjadi sesuatu di dekat mereka. Berbeda dengan perdebatan mereka yang akhirnya memancing perhatian.

"Yong, benarkah benda itu ada?"

"Iya, ada. Aku yakin itu benda yang aku cari. sebentar ya."

Yong melirik lelaki itu sebelum kembali pergi meninggalkan Xiang Lu.

"Tunggu, Yong! Aku ikut!" seru Xiang Lu meminta.

"Tidak, Nona Xiang Lu. Aku harap kamu mau menunggu di sini sebentar lagi. Hanya sebentar, aku tidak akan ke mana-mana."

"Baiklah kalau begitu."

Yong benar-benar hanya akan pergi sebentar. Ia kembali menemui pria itu, masih berada di depan tempat dagangan yang sama. Pria dengan sedikit wajahnya tertutupi ternyata telah lama menunggu.

"Aku akan membayarnya," ucap Yong.

"Tapi tuan, sepertinya saya akan menukar koin emas dengan yang lain."

"Kau tidak menginginkan emas lagi?"

"Iya. Sebagai ganti emas, tuan akan mendapatkan batu giok hitam ini dengan nyawamu," ujarnya seraya mengulurkan benda itu ke arah Yong.

Yong tersentak kaget. Dari 50 koin emas, pria ini justru meminta nyawa Yong sebagai bayaran dari batu giok hitam tersebut. Tiba-tiba bayarannya berubah, Yong tentu saja mana mau mengiyakan begitu saja.

"Aku tidak akan menyangka, seorang pedagang batu menginginkan nyawaku."

"Saya bukanlah seorang pedagang. Tuan salah paham mengenai saya."

"Oh, lalu apa? Sebenarnya siapa kau?" tanya Yong.

Pria itu tersenyum tipis kemudian menjawab, "Saya hanya kebetulan memiliki batu giok ini. Lalu mendengar tuan menginginkannya maka saya datang menawari. Hanya itu saja."

Jawaban pria ini cukup sederhana dan masuk akal. Dengan sekilas kata, "kebetulan," akan membuat Yong lengah walau hanya sesaat saja. Seperti yang dikatakan Batu Giok Hitam dapat menyembuhkan penyakit atau luka macam apa pun serta mengusir roh jahat sama halnya mengusir sesuatu dari orang yang terkutuk.

Dari pernyataan pria ini sebelumnya, ada kemungkinan ia mengetahui Yong adalah orang yang terkutuk. Pikiran itu terlintas dalam benak Yong dan ia curiga tanpa kejelasan yang jelas.

Yong menundukkan kepala, menatap jalanan dan banyak kaki yang bergerak dari lawan arah. Sejenak diam dan berpikir jernih tentang tawaran tersebut.

"Tapi, nyawaku? Nyawaku akan mati di tanganmu. Apa benar itu yang kau inginkan?" tanya Yong memastikan, seraya mendongakkan kepala dan menatap sengit.

"Tentu saja," ucap pria itu tersenyum lebar. "Saya bohong," imbuhnya bernada datar.

Beberapa kali mata Yong berkedip, bingung dengan pernyataan orang tak jelas ini.

"Tunggu, apa?"

"Maafkan saya tuan. Tentu saja saya hanya bercanda. Mana mungkin nyawa tuan yang berharga akan menjadi bayarannya? Hehe, maaf ya tuan."

Tanpa merasa bersalah karena telah membuat orang panik ketakutan, pria ini malah tertawa seperti orang gila. Bahkan pedagang yang melihat interaksi mereka lagi pun hanya bisa menggelengkan kepala, sekiranya ia tak ingin ikut campur seolah nyawanya menjadi taruhan.

"Jadi apa yang kau inginkan? Sepertinya benar koin emas."

"Tidak," sangkal pria itu.

Sedikit terkejut, Yong kembali bertanya, "Oh ya. Lalu apa?"

"Saya ingin melihat teknik berpedangmu, tuan." Dari sekian bayaran yang bisa diminta, ia lebih memilih hal yang tidak terduga.

Teknik berpedang dari setiap pendekar tentu saja adalah sebuah rahasia besar bagi mereka. Namun, jangankan ingin merahasiakan, jujur saja Yong yang saat ini tidak bisa melakukan teknik berpedang. Bukan hanya karena lupa, ia juga merasa semua tekniknya telah hilang.

"Teknik berpedangku?" Kembali bertanya guna memastikan.

"Benar. Tapi tuan tidak perlu cemas, sebab saya bukanlah seorang pendekar jadi saya tidak akan menirunya. Saya hanya ingin sekadar lihat saja," jawab pria itu.

"Kesampingkan keinginanmu. Mengapa kau bisa tahu bahwa aku ini pendekar?"

"Saya hanya melihatnya sekilas, ada pedang di balik jubahmu. Oh! Atau jangan katakan bahwa saya salah menduga?" pikirnya.

Daripada dikatakan pria ini memiliki mata yang bagus, Yong justru khawatir dan mengira bahwa orang ini bukan orang biasa. Bisa saja ia penipu, dan batu giok itu juga bisa saja palsu. Entah mana yang benar.

"Bagaimana, tuan? Bukankah itu setara dengan keinginanmu terhadap batu giok hitam?"

"Itu memang benar. Jika dipikir kembali, itu harga yang setara, bahkan lebih dari sekadar koin emas. Kau menginginkan bayaran itu setelah tahu aku membawa pedang, keberanianmu patut dipuji."

"Haha, kalau begitu saya merasa terhormat karena mendapatkan pujian."

Situasi hening sesaat. Suara riuh di sekitar seakan lenyap ditelan langit. Hanya suara di antara mereka saja yang terdengar saat itu. Sebuah kesepakatan di antara mereka pun hanya dapat didengar oleh mereka berdua, entah mengapa menjadi seperti ini.

Kejadian itu sama persis seperti yang telah terjadi saat ketika Xiang Lu diserang namun hanya Yong dan rekannya saja yang sadar. Seakan ada sesuatu di balik tabir senja ini.

"Memperlihatkan teknik pedangku padamu, itu sebenarnya untuk apa?"

"Sepertinya tuan masih belum percaya. Padahal saya berulang kali berkata bahwa saya hanya ingin melihatnya saja. Saya ini kagum pada semua pendekar."

Ia mengaku dirinya sangat mengagumi para pendekar, itulah mengapa ia meminta diperlihatkan teknik berpedang milik Yong.

"Atau begini saja," lanjut pria itu sambil menyerahkan batu giok hitam. "Ini aku berikan dulu pada tuan lalu mengenai bayarannya bisa kapan saja," imbuhnya.

Tawaran ini jelas merugikan dirinya dari segi manapun. Mengesampingkan niat asli pria ini, Yong tak ragu mengenggam batu itu.

"Terserah kau saja. Tunggulah sampai aku bisa menunjukkan itu padamu," tutur Yong.

Dalam benak ia berpikir, 'Pria ini pasti akan mengikuti demi melihat teknik pedang.'

Setelah bernegosiasi cukup memakan waktu lama, akhirnya Yong datang membawa giok hitamnya. Tanpa ragu ia menunjukkan itu di depan Xiang Lu yang kegirangan dan tentu saja pada rekannya juga.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!