Gadis Burung Hantu

Bayangan Iblis berada persis di dekatnya namun saat ia melirik, justru tidak mendapati apa-apa. Bayangan sang Iblis masih ada namun hanya berada dalam pantulan di genangan air itu saja. Yong tersentak kaget, ia nyaris jatuh setelah tersandung kakinya sendiri.

"Cih, kenapa di saat seperti ini?" Yong berdecih, kesal karena makin sulit mengendalikan diri.

Yong berjalan sempoyongan tanpa arah, ia telah keluar dari kota Emas dan sekarang berada di tanah lapang tanpa seorang pun di sana. Napas Yong semakin berat, rasanya sulit untuk melihat kondisi sekitar dan mata pun mulai lelah dan mengantuk.

"Jangan, jangan sekarang," gumam Yong, mencekik lehernya sendiri.

Bruk!

Bersamaan dengan jatuhnya Yong di tempat, sebuah keranjang anyaman juga terjatuh tepat di sampingnya. Seorang gadis datang, ia perlahan mendekati Yong dengan ekspresi gelisah dan merasa cemas padanya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya gadis itu lantas ia duduk di dekatnya sambil memastikan keadaan.

"Minggirlah!" teriak Yong mulai mengamuk, taring telah muncul, cakar hitam mencabik sedikit bagian dari kulit tangan si gadis itu.

"Ah!" Ia berteriak kesakitan, jelas ia merasa sangat sakit walau lukanya tidaklah seberapa namun ia tetap bersikukuh untuk menolong Yong, karena baginya Yong sedang menahan rasa sakit yang jauh lebih besar darinya.

"Tolong, tenanglah! Jangan melihat ke arah iblis itu! Lihatlah aku!" teriak gadis tersebut, ia memegang wajah Yong dengan kedua tangannya.

Crak!

Tapi lagi-lagi, Yong menepis dan mencabiknya lagi tanpa sadar. Setengah perubahan Yong sudah nampak jelas, ia bahkan mendesis layaknya seekor monster buas tak terkendali.

"Astaga, sampai seperti ini. Aku hanya bisa berharap dan terus berdo'a agar kamu diberi kesempatan," ucapnya tak kenal menyerah.

"Minggirlah! Enyahlah, perempuan!" pekik Yong, ia mendorongnya dan jatuh ke rerumputan.

Kedua tangan bercakar hitam mencengkram kedua pundak dan membuatnya terluka, erangan sakit terdengar samar, wajah menahan sakit gadis itu malah membuat Yong semakin membabi buta.

"Tenangkan dirimu, iblis itu membuatmu kesakitan. Lihatlah aku sebagai bukan musuh, kumohon," harapnya dengan suara lirih.

Entah siapa sebenarnya gadis itu, namun ia berniat membantu tanpa rasa pamrih sama sekali. Bahkan saat nyawanya berada di ujung tanduk, ia tetap keras kepala untuk menolongnya yang tidak berguna.

"Berisik, berisik, berisik! Berisik!" pekik Yong berulang kali mengucapkan kata yang sama, sembari menarik tangan berniat menyerangnya dengan cakar lagi.

Gadis itu menutup kedua matanya saking ketakutan. Ia kini tidak punya cara lain namun entah mengapa gerakan Yong tiba-tiba saja terhenti saat darah orang lain menetes jatuh dari setiap sela-sela pada kukunya.

Tak berselang lama setelah itu, kesadarannya kembali pulih dan ia pun lekas menyingkir lalu bersembunyi di balik pohon dengan rasa takut pada dirinya sendiri.

"Astaga, aku kehilangan kendali. Apakah aku baru saja membunuh seseorang tak bersalah?" pikir Yong dengan tubuh dan suara bergetar.

"Sudah tidak apa-apa. Kamu tidak membunuh siapa pun," ucap gadis itu.

Yong terkejut, ia kembali mundur saat gadis itu berhasil mendekatinya. Namun secara perlahan ia mengerti akan situasi yang telah terjadi, ia menurunkan kewaspadaan saat merasa lega.

"Iya, tidak apa-apa. Maaf membuatmu takut."

Tidak butuh waktu lama Yong sadar bahwa gadis ini bukanlah gadis biasa. Dirinya yang serba berpakaian hangat, tidak menutupi semua luka yang perlahan sembuh.

"Perlu kamu ketahui, kita berdua hampir sejenis. Hanya saja saat di malam hari saja, aku bisa memulihkan semua lukaku dalam sekejap," tuturnya.

"Oh iya. Pertama, perkenalkan aku Xiang Lu. Namamu siapa?" imbuhnya memperkenalkan diri lalu bertanya.

"Aku Yong," jawabnya singkat.

"Maaf," lanjut Yong.

Gadis berambut panjang lurus itu hanya tertawa pelan mendengar kata maaf darinya. Ia tidak bermaksud menertawakan, hanya saja ucapan Yong yang sedikit kaku.

"Kenapa malah tertawa?"

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja. Habisnya kamu terlalu kaku, padahal kita seumuran 'kan? Tak apa, lagi pula di sini tidak ada orang lain." Xiang Lu tersenyum tipis.

Berbeda dari kebanyakan orang yang akan menjauhi Yong dalam keadaan seperti itu, atau bahkan memanfaatkannya, dalam benak Yong, ia tak merasakan niat jelas dari gadis ini. Lebih terasa seperti ia melakukannya hanya karena ingin saja.

"Setiap orang yang membantuku, mereka pasti menginginkan sesuatu dariku. Katakan apa yang kau minta?" sahut Yong tegas, bertanya tanpa berbasa-basi.

"Hm?" Xiang Lu berdeham, ia memiringkan kepalanya sambil menatap kebingungan.

Lantas bertanya, "Apa maksudmu?"

"Kenapa malah balik bertanya? Kau pasti menolongku karena—" Yong bernada semakin tinggi, namun langsung dipotong oleh sangkalan Xiang Lu.

"Tidak."

Xiang Lu menggelengkan kepala secara pelan lalu tersenyum.

"Ini aku lakukan, karena aku lebih berpengalaman dalam mengendalikan roh jahat," tuturnya percaya diri.

Ia mengangkat telapak tangan kanannya, serbuk cahaya muncul bagai kunang-kunang. Cahaya kebiruan yang berkilau tampak sekilas seperti bintang jatuh di atas telapak tangan kanannya itu.

"Walaupun sedikit sulit saat berhadapan dengan iblis. Tapi pada akhirnya aku bisa menenangkan dirimu," ucap Xiang Lu sekali lagi lantas mengepalkan tangan dan membubarkan serbuk cahaya itu.

"Kau juga dirasuki. Terkutuk?" tanya Yong memastikan sembari berjaga jarak aman.

"Iya. Aku tidak bisa keluar saat siang hari, dan hanya pada malam hari saja. Tubuhku sudah melemah dan ingatanku lebih cepat terlupakan," ungkapnya.

"Seperti mahluk malam saja."

"Iya, benar. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa aku adalah gadis burung hantu," tuturnya.

"Sudah berapa lama?"

"Sejak kecil."

Inilah alasan mengapa ia tidak bisa keluar pada siang hari. Berjalan-jalan dengan tubuh lemah hanya bisa dilakukannya saat malam hari seperti ini. Padahal cuaca begitu dingin, namun ia begitu nekat keluar untuk menikmati yang ada di luar rumahnya.

Xiang Lu mudah lupa, tubuhnya juga semakin melemah namun kekuatannya untuk mengendalikan sesuatu di jauh lubuk hati seseorang semakin kuat, begitu pula dengan kemampuan pemulihannya yang hampir setara dengan roh neraka.

"Apa itu artinya kau tidak akan bisa dikendalikan oleh roh itu?"

Xiang Lu menganggukkan kepala, dan berkata, "Iya, tapi hidupku juga tidak akan bertahan lama lagi. Aku akan mati begitu juga dengan roh jahat di sini." Senyum yang terukir di wajahnya sekarang terlihat hampa, berbeda jauh dari sebelumnya.

Mendengarnya berkata begitu, tentu saja Yong tidak bisa mengatakan apa pun. Yong hanya diam tanpa menatapnya, sedangkan gadis ini justru tersenyum seolah tak memiliki masalah.

"Bagaimana denganmu? Mungkin ini pertanyaan tidak sopan, tapi aku sungguh penasaran, sejak kapan kamu dirasuki?" tanya Xiang Lu.

"Sepertinya baru saja kemarin aku dirasuki. Tubuhku pasti akan merasa sakit saat menggunakan pedang, dan terkadang aku mulai kehilangan kendali," jawab Yong.

"Hidupmu pasti sangat sulit."

"Tidak juga," tutur Yong acuh, ia mengalihkan pandangan dari tatapan Xiang Lu.

Perasaan yang sedang dirasakan oleh pemuda itu bukanlah merasa bersalah, justru ia merasa kecewa karena dikhawatirkan oleh seorang gadis yang sudah bertahun-tahun mengalami penderitaan akibat dirasuki.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!