Pertemuan yang Ditakdirkan

Kian sepi kala malam itu terasa semakin panjang dan dingin udaranya. Hawa dingin ini justru tidak dirasakan oleh Yong sama sekali, justru sebaliknya ia merasa panas.

Taring mencuat keluar menggores sudut bibir dan mengeluarkan setetes-tetes darah. Secara perlahan, terasa manis namun juga pahit. Yong mendecakkan lidahnya setiap kali mendengar suara tawa yang berisik dalam hati.

Lalu berkata, "Berisik sekali, dasar iblis satu ini. Setelah dikalahkan malah menumpang di tubuh orang, kau benar-benar tidak tahu malu."

"Haha!" Tawanya kembali terdengar. "Tidak ada kata malu dalam kamus iblis. Kau pikir aku juga mau ya menumpang di tempat tubuh sekecil ini. Jika bisa aku sudah keluar tahu!"

"Heh! Keluar di saat kau tidak punya tenaga, bukankah itu sama saja mengundang nyawa? Terlebih jika kau keluar dari tubuhku, aku yakin para dewa di atas langit akan segera turun dan membiasakan dirimu."

Seolah kuat menghadapi rintangan, nyatanya Yong nyaris tak sadarkan diri. Ia kesulitan hingga detik ini juga. Rasa sakit dan panas terus merajalela hingga bara api keluar sedikit demi sedikit di setiap bagian tubuh Yong pada malam itu.

"Banyak omong!"

"Kau yang banyak omong!"

Duduk berjongkok, sembari menutup setengah wajah. Tidak lama perubahan iblisnya semakin terasa jelas. Yong jadi semakin panik ketika tahu bahwa kekuatan Iblis ini semakin kuat. Keinginannya untuk mengambil alih kendali sungguh luar biasa.

"Se-segitunya ...kau! Ugh!!"

"Hahaha! Rasakan! Biarkan aku mengambil tubuhmu ini sebentar, hei pendekar!" seru si Iblis bersemangat.

Perangai Yong kadang-kadang berubah tak menentu. Kadang berekspresi kesal dan meluapkan amarah namun juga terkadang tertawa bahak-bahak. Ketahuilah, itu adalah dua wajah yang berbeda saling bertumpang tindih satu sama lain.

Keduanya saling berebut alih kendali tubuh dan kesadaran di tengah malam berkabut. Baik Yong maupun si Iblis, mereka sama-sama tidak ingin mengalah.

"Tetap tenang dan diamlah. Jangan banyak bicara, ini tubuhku!" ujar Yong membuka mata lebar-lebar.

Dengan tubuh bergetar hebat, kedua kaki yang melemah itu ia paksakan untuk berdiri sambil meraba dan memegang pohon di dekatnya sebagai sandaran.

"Hihihi! Dasar bocah dungu! Kau itu cuman manusia biasa sekarang. Tanpaku cepat atau lambat kau pasti akan diburu oleh orang lain!" ujarnya menegaskan dan terkekeh-kekeh mengejek. Ia bahkan tertawa dengan menggunakan wajah Yong lagi.

"Jangan tertawa menggunakan wajahku!" teriak Yong.

Iblis itu tak henti-hentinya tertawa, ia menertawakan betapa konyolnya Yong saat ini yang hanya bisa bertahan sendirian. Emosi negatif itu membuat Iblis semakin kuat dan ketika sadar akan hal tersebut, lekas Yong mengosongkan pikirannya sesaat.

"Lupakan, semua ...,"

Yong mengikuti saran Xiang Lu cara untuk mempertahankan diri dari serangan roh jahat dari dalam. Selain mengingat dirinya siapa, Yong harus melepaskan semuanya, mengosongkan pikiran walau hanya sesaat saja. Tatapan Yong terlihat seperti ikan mati, ia terdiam kaku selama beberapa saat. Setelah itu perubahannya telah hilang.

"Oh, aku kembali," ucap Yong berkedip seraya berdiri menatap langit.

***

Yong bercengkrama dalam gua di balik bukit sembari bersandar pada dinding gua di dalam, ia memeluk kedua pedangnya yang sudah seperti nyawa sendiri. Ia terus membuka kedua matanya karena takut begitu terlelap Iblis akan muncul.

Yong menghela napas sesaat, memikirkan akan bagaimana nasibnya di masa depan. Tak terkira panjang waktu hingga akhirnya tiba.

"Kau sudah menyelesaikannya?"

"Tentu saja. Aku ini 'kan hebat."

"Ha, jangan sombong hanya karena itu. Ingat, kita semua dikutuk dan ini bukan berkah dari langit."

Sedikit demi sedikit anggota kelompok tanpa nama mulai berdatangan. Ini adalah lokasi, tempat di mana mereka semua berkumpul jadi wajar saja. Hanya saja mereka tidak memasuki gua seperti Yong, mereka lebih memilih untuk berkumpul di lapang luas.

"Oh iya, kudengar anak muda yang dirasuki roh dari neraka sudah berhasil melakukan pekerjaan pertamanya?"

"Ah, yang benar saja. Itu pasti karena ketua membantunya."

"Khe, khe, pastinya begitu. Lagi pula dia tidak bisa dibandingkan. Apanya yang pendekar hebat di barat dan timur? Kalau ilmu berpedangnya saja sudah hilang karena dikutuk."

"Jangan berbicara terlalu keras atau nanti dia akan mendengarnya."

Mereka semua berbicara seenaknya sendiri namun Yong tidak bisa menyangkal karena semua pekerjaan itu dilakukan oleh Zhuge selaku ketua dari kelompok ini. Yong hanya bisa mengacau.

Perkumpulan yang dihadiri orang-orang berjubah hitam di malam hari, tentu saja mereka seolah tidak ada atau tidak terlihat sama sekali. Bagi Yong, ini bukanlah perkumpulan orang yang dikutuk melainkan perkumpulan para siluman.

Pada dasarnya manusia sendiri pun sudah tampak seperti siluman sungguhan. Hanya saja sekarang mereka lebih jelas diperlihatkan secara fisik atau penampilan mereka.

"Ah, menyebalkan," gerutu Yong menahan emosi.

Fajar telah menyingsing, matahari terbit dari arah timur dan menyibak kegelapan menjadi terang-benderang. Pagi yang cerah seharusnya diawali dengan kegiatan yang sama cerahnya, namun pekerjaan telah menunggu para pekerja untuk bergerak.

"Selamat pagi semuanya! Sepertinya kalian semua terlihat sehat," ucap Zhuge memberi salam pagi.

"Aduh, ketua ini. Masih saja bersikap lucu. Untuk apa menyambut pagi kalau kita semua tidak pernah ada yang tidur," tutur salah satu orang yang memiliki tangan bercakar.

"Iya ketua! Lebih baik jelaskan saja pekerjaan yang baru datang itu!" seru lainnya menyahut.

"Baiklah, baiklah."

Ketua Zhuge menganggukkan kepala lantas menunjukkan sebuah lukisan seekor hewan berbadan besar dan berbulu lebat.

"Pekerjaan kali ini adalah pengawalan. Dua orang di antara kita yang akan melakukannya, mengawal seorang gadis dari seekor monster yang sedang mengincar dirinya," ungkap Zhuge.

"Kaget aku. Aku pikir kita akan mengawal monster."

"Kenapa harus kaget? Kita sendiri tidak ada bedanya dengan mahluk ini."

"Itu benar. Lalu ketua, apakah mahluk ini adalah orang yang dirasuki?" pikir lelaki pendek, yang kerap kali menatap sinis pada Yong.

"Itu bisa jadi, atau bahkan mungkin monster sungguhan. Dan pengawalan ini aku berharap bisa memberikannya pada Yong," ujar Zhuge lantas menatap Yong penuh harap.

Yong terkejut. Sementara itu Rin mengangkat tangan dengan semangat lantas berkata, "Kalau begitu aku juga!"

"Tidak." Zhuge menolak dengan sangat keras. "Rin, kau akan ikut bersamaku dan lainnya untuk mencari tahu Gǔdài dòngwù," ujarnya.

Rin cemberut, semangatnya hilang dalam sekejap. Sedangkan Yong justru mengajukan diri untuk ikut mencari sesuatu tentang Gǔdài dòngwù.

"Ketua, biarkan aku ikut bersamamu!"

"Tidak." Zhuge menolaknya langsung. "Hasilnya nanti akan aku beritahu, tapi aku minta padamu untuk mengurusi satu pekerjaan ini, ya," imbuhnya dan kembali tersenyum.

"Cih!" Yong kesal, ia memalingkan wajah dan kemudian pergi dari sana.

"Tolong bantu dia ya," ucap Zhuge sambil menatap lelaki bertubuh pendek.

"Hah?!"

Lelaki pendek itu tersentak kaget lantaran akan menjadi rekan setim dengan Yong hari ini. Entah apa maksud kesengajaan Zhuge dengan menggabungkan mereka berdua yang tidak bisa akur itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!