Sesama Roh Jahat

Di kediaman keluarga Xiang Lu. Kedua orang tua Xiang Lu duduk di kursi dengan raut wajah yang amat cemas. Saat ini mereka tidak tahu keberadaan putrinya, bahkan apa yang sedang terjadi sekarang pun juga. Mereka hanya cemas akan hal lain.

"Xiang Lu bertahan selama belasan tahun. Aku sangat cemas, bagaimana jika—"

Sang suami yang merupakan Ayah dari Xiang Lu mendekap istrinya dan sengaja memotong ucapan guna mencegah kata-kata buruk yang akan keluar dari mulut.

"Tidak. Jangan katakan hal-hal seperti itu. Xiang Lu akan baik-baik saja."

"Kenapa kau tidak memanggil Gǔdài dòngwù saja? Mereka itu tahu sesuatu tentang orang yang dikutuk 'kan?" ujar sang Ibu memberi saran.

"Kau tahu kelompok itu belum tentu nyata. Kenapa kau berpikir untuk bisa menemukannya? Itu hal yang mustahil."

"Aku tahu! Tapi putriku ...putriku ...,"

Ibu Xiang Lu sudah tak tahan lagi. Ia menangis dengan perasaan janggal dan menyesal setiap saat teringat akan penderitaan putri tercintanya. Ia tak kuasa bertahan bila mengingat hidup putrinya sudah tidak lama lagi.

"Semua ini demi kebaikan Xiang Lu. Aku juga tidak ingin membiarkannya menahan sakit, itulah kenapa aku memanggil kelompok tak bernama itu," tutur sang ayah.

***

Tak mengenal waktu, rembulan muncul bersamaan dengan kabut abu. Sosok pria bersisik di lengan dan kakinya terlihat sedang memantau situasi dari kejauhan. Dari sana ia pun tidak melihat apa-apa setelah kegelapan total membuat tabir di area festival.

"Roh jahat apa yang mereka temui?"

Ialah Zhuge, sesosok lelaki yang memiliki banyak sekali muka. Sifat aslinya saja belum diketahui oleh banyak orang, namun entah apa lagi yang sedang ia lakukan di sana.

Beberapa saat akhirnya tabir kegelapan telah sirna. Rembulan malam yang sebenarnya telah membuat cahaya di sekitar. Setelah berpisah jalan, Zhuge menemukan Yong yang berjumpa dengan sosok mahluk besar.

Bulu lebat dan berukuran besar. Dua sayap yang tertutup, kepala yang sama besarnya itu perlahan menoleh ke belakang setelah menghadap ke dinding barusan. Mahluk itu menatap Yong dengan bola mata merahnya.

"Kemunculan roh jahat di saat seperti ini? Bagaimana bisa aku melawan mereka dengan tanpa ilmu pedangku?"

Bagi Yong ini adalah situasi terburuk. Kali pertama berhadapan dengan musuh yang bukan manusia, biasanya ia akan mengandalkan pedang namun tidak untuk sekarang yang mana kondisinya bisa dikatakan sedang cacat.

"Tidak bisa begini," gumam Yong menelan ludah.

Ekspresi serius seraya mengenggam kedua pedang, tampak berniat menyerang namun ia tahu dirinya tidak bisa. Yong sangat jengkel karena situasinya yang tidak menguntungkan sejak awal.

"Kalau yang semacam sulur itu tidak masalah. Tapi kalau roh sebesar ini, bagaimana bisa?"

GRAAOOOO!!!

Mahluk itu pun mengerang dengan suaranya yang luar biasa kencang hingga membuat gema di sekitar. Roh yang menyerupai seekor burung ini tampaknya sedang mengamuk. Adapun sekarang target burung itu adalah seseorang di dekatnya yakni Yong sendiri.

"Ck!"

Raungan bagaikan monster pun menghembuskan angin sekencang ini, bahkan hampir membuat Yong terhempas jika tidak bertahan dengan kedua kaki yang menapak tanah serta kedua tangan yang berpegangan pada atas dinding.

"Raungannya saja membuatku seperti ini."

Tidak menunggu lama, datanglah serangan dari sebelah sayap selebar dinding sepanjang 3 meter. Tidak hanya berniat menghempas, namun juga menyerang dengan niat membunuh. Roh burung tersebut tidak memiliki akal dan selalu menyerang ketika mendengar suara sedikit saja di sekitar.

Kepekaan, ketajaman serta berat dari tubuh burung itu sudah membuktikan dirinya dengan jelas dan baik bahwa ia adalah mahluk yang tidak dapat dilawan tanpa senjata.

"Di saat seperti ini malah terpisah dengan orang itu. Ya ampun!" keluh Yong.

Serangan dari burung itu terus saja dihindari oleh Yong. Walau gerakannya sangat lambat, namun burung itu memiliki bobot berat saat hendak menyerang. Inilah tan g membuat Yong kewalahan.

Brak! Brak!

Tak terhitung berapa dinding dan jalan dihancurkan. Serangan demi serangan terus dilancarkan. Ketika Yong diam di satu tempat, burung itu pula berhenti menyerang.

'Dia hanya bereaksi pada suara,' pikir Yong dalam batin.

Dugaan Yong benar, namun sayangnya hanya berlaku beberapa menit saja. Karena setelah itu, roh jahat bersayap kembali menyerang dirinya dengan agresif.

GRAAAAA!

Raungan roh jahat semakin kencang dan keras, memekakkan kedua telinga Yong. Beberapa saat ia mendadak tuli sementara. Yong pun lekas mengindari setiap serangan dari roh jahat itu lagi. Secara berulang-ulang, menghindar dan menghindar tanpa bisa berpikir cara mengalahkan.

"Ck! Menyebalkan!"

Sambil berteriak Yong berupaya menarik pedang dari sarungnya. Kedua tangan Yong gemetar bukan karena takut melainkan karena sulit baginya hanya untuk mengenggam pedang itu saja. Rasanya ada penolakan dari dalam.

"Hei, sudah kubilang jangan pegang pedang itu! Singkirkan! Jauhkan dariku!" pekik sang Iblis dari dalam tubuh.

"Berisik!" balasnya berteriak. "Kalau tidak suka, ya sana pergi! Pergi dari tubuhku!" imbuhnya menegas.

Tetap ia pada pendirian sejak kecil, Ia pun mengeratkan genggaman pada kedua pedangnya agar tidak terjatuh seperti sebelum ini. Rasa sakit dan panas kembali membakar telapak tangan, iblis ini juga masih saja menolak kehadiran pedang ganda milik Yong.

"Ugh! Begini ya rasanya punya dua jiwa yang saling bertolak belakang. Apa itu namanya? Kepribadian ganda!" seru Yong sambil menahan rasa sakit.

"Pegang saja pedang itu semaumu!"

DAK! DAK! DAK!

"Aku akan menghancurkan lenganmu dengan membakarnya hingga hangus!" imbuh iblis berteriak marah di tengah kerusuhan pada setiap serangan roh jahat bersayap.

"Bakar saja kalau kau bisa! Atau kau ingin kita berdua mati dipukuli oleh roh ini!" pekik Yong sambil menunjuk ke depan.

Seketika hening. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh iblis itu lantaran tiba-tiba saja ia diam dan tak seperti biasanya yang sering memaki-maki.

"Itu benar juga." Selang beberapa saat ia akhirnya bicara. Rasa sakit di bagian telapak tangan Yong pun sudah berkurang drastis.

"Apa yang kau lakukan? Bukankah kau tidak suka dengan pedang?" tanya Yong berulang.

"Itu benar. Tapi baiklah, asalkan aku tidak mati konyol terlebih dengan ras yang lebih rendah dariku, maka aku akan membantumu," ucapnya sombong.

"Oh, harga dirimu bisa turun juga. Rupanya."

Yong mungkin dapat berdiri dengan kuda-kuda siap menyerang namun ia tidak bisa memikirkan teknik yang dipunyainya. Isi kepala Yong mendadak kosong, hanya sekadar menghindari setiap serangan sekaligus bertahan sekuat tenaga.

"Aku tidak bisa mengingat satupun teknik pedangku," ucap Yong gelisah.

BRUAKK!

Kemudian Yong terhempas ke dinding yang hampir rubuh. Seluruh pergerakan dari roh jahat mulai terbaca namun ia tidak bisa melawan balik karena ilmunya tidak pernah kembali. Si iblis itu sudah tahu sejak awal, bahwa ini akan terjadi.

"Akulah yang akan mengendalikan. Itu yang aku mau!" seru Iblis.

Detak jantung terdengar bersuara keras, dalam sekejap pandangan mata Yong pun berubah. Kedua telinga Yong meruncing panjang, begitu pula tanduk tajamnya serta taring yang muncul. Tanda-tanda perubahan ke wujud iblis semakin kentara dengan aura jahat mengitari.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!