Pekerjaan Pertama Selesai

Kota Emas, area terdekat dengan tempat tinggal target. Yong dan Zhuge duduk sembari mendiskuksian sesuatu.

Sebelumnya, wujud Yong membuat histerius keluarga Hue Li. Tidak lama Yong sadar kembali, ia lekas pergi dari sana. Bersama Zhuge yang tampaknya telah memikirkan cara untuk melenyapkan target.

"Membunuh itu perkara mudah dan tidaknya tergantung dari kita sendiri. Hei, kau mendengarkan aku, Yong?"

Yong sama sekali tidak bisa fokus pada arah pembicaraan. Ia termenung diam sambil menatap pantulan wajahnya yang tak kunjung berubah di genangan air. Perasaan Yong kacau tak jelas akibat amarah serta rasa takut bercampur aduk.

Tanduk, taring, pupil merah dan kuku hitam. Semua ciri itu ada padanya, dan ciri itu belumlah menghilang semenjak menyerang Hue Li.

"Hei, Yong. Kau harus mendengarkan aku!" panggil Zhuge sedikit berteriak sambil mengguncang tubuhnya.

"Ah, maaf ketua. Apa barusan memanggilku?" tanya Yong, akhirnya ia tersadar dari lamunannya.

"Tolong deh jangan abaikan aku di saat krisis begini."

"Maaf, maafkan aku ketua. Ini semua salahku, karena aku marah, pasti mereka akan memanggil seseorang untuk mencari dan membasmi kita," tutur Yong.

"Tidak. Kalaupun ini kesalahanmu, aku pikir mereka tidak akan memberitahukan kejadian itu pada siapa pun. Lalu soal Gǔdài dòngwù yang dia sebutkan, itu juga," pikir Zhuge sambil tersenyum.

"Kenapa?" Yong menekuk alisnya, heran.

"Jika mereka memberitahunya maka pasti rumahnya juga akan diobrak-abrik oleh mereka. Dia 'kan punya banyak sekali bukti tindak kejahatannya."

Zhuge mengibaskan selembar catatan yang ia bawa. Bermaksud memberi tahu Yong bahwa orang itu takkan berbuat nekat dengan mengambil resiko besar. Hue Li orang yang termasuk berhati-hati.

"Ternyata begitu." Yong kembali menundukkan kepala setelah melihat ekspresi senang di wajahmu Zhuge.

"Jadi, kembali ke topik awal. Kita sudah tahu kebusukannya. Bukti ini ada di tangan kita, dan kita lah yang akan mengakhiri hidupnya dengan cara tidak disengaja," ungkap Zhuge.

Yong tersentak, pemuda itu sama sekali tidak mengerti apa maksud Zhuge si ketua. Zhuge sendiri memikirkan ini dengan matang-matang. Sesekali ia melihat rumah target dari kejauhan, yang tampaknya target belum meninggalkan rumah setelah kejadian itu.

"Kita akan melakukannya saat malam hari," ucap Zhuge.

"Tunggu, apa maksudnya dengan cara tidak disengaja?" sahut Yong bertanya.

"Kecelakaan," jawab Zhuge.

"Ketua akan membuat pembunuhan jadi kecelakaan begitu? Bukankah itu licik?" Terdengar dari nada suaranya, Yong ingin menolak cara licik tersebut.

"Licik katamu? Jadi apakah menurutmu orang itu pantas diperlakukan jujur dan adil?" sahut pria berbadan besar itu.

"Tidak. Orang itu tidak bisa diampuni dengan cara seperti itu. Karena akan percuma saja."

"Benar 'kan? Itulah kenapa aku memilih cara ini."

Zhuge menyeringai lebar sembari memegang kedua pundak Yong. Meyakinkan pemuda polos itu untuk tetap mengikuti rencana karena rencana itulah yang terbaik.

"Dengar, ya. Kau bukanlah pendekar, pembela keadilan apalagi seorang pahlawan. Sekarang kau hanyalah iblis yang bekerja di bawahku," ucap Zhuge dengan suara pelan.

Genggaman di kedua pundak Yong semakin terasa kuat, seakan Zhuge ingin mematahkan tulang pundaknya. Ia mengerang kesakitan sambil berusaha melepaskan genggaman Zhuge namun tetap tidak bisa.

"Ikutilah perintahku jika kau benar-benar ingin ilmu berpedangmu kembali," imbuh Zhuge.

"A-apakah aku harus selalu mengikuti orang yang selama ini aku tidak suka? Tipikal orang sepertimu lah yang biasa aku tebas," ujar Yong.

Krak!

Tulang pundaknya benar-benar dipatahkan oleh Zhuge. Tak terbayang seperti apa rasa sakitnya namun Yong tetap bertahan dan hanya terus mengerang tanpa berteriak. Ia tahu apabila ia berteriak maka akan memancing keributan lainnya.

"Kemampuanmu di luar rata-rata. Jadi aku rasa sama seperti ketika disiram air panas, tulangmu yang patah pun akan segera pulih."

Pria itu benar-benar tidak masuk akal. Zhuge selaku seorang pria yang memiliki darah naga berdiri di hadapan Yong. Sesaat ia melirik ke belakang dengan tatapan sinis.

Kembali ia berucap, "Malam akan tiba. Mari kita siapkan jebakan untuk Hue Li."

***

Langit senja telah turun menampakkan dirinya. Sebentar lagi kegelapan lah yang akan datang. Kala itu Yong merasa mengantuk berat, jika ia tidak bertahan maka kedua matanya akan tertutup rapat.

"Hei, jangan sampai kau tertidur." Zhuge memperingati.

"Ya."

"Jika kau tertidur maka mungkin iblis itu akan mengamuk dan mengendalikanmu lagi," tuturnya.

"Iya." Bagi Yong, sosok Zhuge sendiri adalah Iblis. Itulah mengapa jawabannya selalu singkat.

Hal yang sedang mereka lakukan saat ini adalah mengutak-atik setiap sudut lemari kayu dan kaki-kakinya. Rencana Zhuge cukup sederhana dengan membuat lemari ini terjatuh agar menindihi tubuh Hue Li nanti.

Mereka cukup beruntung karena dapat menyelinap masuk lagi setelah kejadian di pagi hari sebelumnya. Entah bagaimana dengan pelayan dan putra Hue Li, sementara Hue Li sendiri masih berada di dalam rumah tuk mencari catatan yang hilang.

"Bagus, sudah selesai."

Zhuge memberi arahan untuk segera keluar dari ruangan, Yong menganggukkan kepala dan kemudian pergi bersamanya. Mereka mengintai dalam kegelapan malam dengan dibayang-bayangi pepohonan.

Sembari menunggu hingga setengah jam lamanya, akhirnya Hue Li yang merupakan target mereka hari ini muncul, memasuki kamarnya. Ekspresi Hue Li tidak berubah sejak awal, meski dalam keadaan terluka sekalipun, ia tetap kukuh mencari catatan sambil marah-marah tak jelas.

Hingga suatu ketika ia mulai berniat mengobrak-abrik isi lemarinya, terjadilah suatu insiden yang disengaja.

"Menyebalkan! Catatan itu hilang entah ke mana. Kalau begini terus—!"

Dibukanya pintu lemari itu secara kasar, kaki lemari mulai goyah. Sudut bagian atas pada lemari pun tampak condong ke depan.

"Ada apa dengan lemarinya?" Hue Li bertanya-tanya sambil mendongakkan kepala.

BRUK!

Setelahnya lemari itu langsung terjatuh saat kehilangan keseimbangan. Hue Li yang tidak sempat menghindar berakhir tragis, bagian kepalanya terbentur pada sisi lemari, kemudian ia jatuh dan tertindih di tempat.

"Matinya secara perlahan. Dia kuat juga," ucap Zhuge.

"Apa yang kau rencanakan setelah ini?" tanya Yong.

"Lihat saja."

Langit senja telah tenggelam, tergantikan malam yang menjadi akhir dari pekerjaan mereka.

Suasana dalam rumah cukup sepi. Keuntungan terbesar mereka adalah ini. Pelayan wanita dan putra orang itu sedang pergi, sedangkan Hue Lie hanya sendirian di sini. Tidak ada siapa pun, inilah mengapa rencana mereka berjalan sangat lancar tanpa ada hambatan seperti pagi tadi.

Jasad dalam kondisi tengkurap. Kedua mata terbuka lebar dan darah terus mengalir keluar dengan derasnya. Melihat ini sudah menjadi kesehariannya sepanjang masa, namun entah mengapa kali ini terasa sedikit berbeda dari biasanya.

"Ada apa?" Zhuge yang merasa aneh padanya lantas bertanya. "Cepat letakkan catatan itu di atas meja kecil," imbuh Zhuge menyuruh Yong.

Segera Yong meletakkan beberapa lembaran kertas berupa catatan transaksi dan lain halnya yang merupakan bukti tindak kejahatan Hue Li selama ini, di atas sebuah meja kecil.

"Aku sudah melakukannya," ucap Yong menatap sinis ke arahnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!