Prajurit Bayaran I

Mereka semua yang ada di tempat ini adalah monster. Monster bukan sembarang monster, masing-masing dari mereka memiliki banyak ambisi dan salah satu ambisi itu adalah mengembalikan wujud manusia seperti semula.

Tatapan membara namun tajam, tertanam ambisi dan cita-cita yang sama besarnya. Keinginan yang tak tergoyahkan oleh banyak halangan, takkan Yong tidak merasakannya.

"Ikutlah bersama kami, Yong!"

Pria itu mengulurkan tangan dengan semangat. Yong sejenak diam, sedang berpikir keputusan apa yang paling tepat untuknya sekarang.

"Apa aku bisa kembali seperti semula dengan semua ilmu pedangku?" tanya Yong.

Pria itu mengangukkan kepala dan menjawab, "Ya."

"Baiklah."

Jawaban itu ia ucapkan dengan tegas. Yong menerimanya dengan lapang dada. Ia tidak begitu memprotes banyak hal sebab keinginannya pun sama seperti mereka semua.

Klang!

Pria itu dengan mudahnya memotong rantai menggunakan cakar besar, Yong dilepaskan setelah ia kembali normal. Sesaat ia menghela napas panjang lalu menghirup udara segar begitu keluar dari gua tersembunyi.

"Melepaskan anak iblis ini dengan mudah? Kita bahkan belum tahu cara menangkalnya," tukas lelaki pendek yang seakan menolak bergabungnya Yong pada kelompok mereka.

"Sudahlah. Dia itu anak yang terkenal, kalau soal dia tidak bisa mengendalikan diri maka aku yang akan mengurusnya."

"Bagaimana kalian tahu tentangku?" tanya Yong penasaran sembari menggerakkan setiap sendi pada lengan dan kakinya.

"Tentu saja tahu karena orang yang memegang dua buah pedang saat bertarung itu cukup langka," jawab pria berbadan besar.

"Yong si Pendekar Pedang Ganda. Terkenal di barat dan timur, aku benar bukan?" imbuhnya tersenyum.

"Ya," singkat Yong mengalihkan pandangan.

Dunia luar yang sudah biasa ia jelajahi ternyata masih memiliki banyak misteri. Dari setiap orang dan setiap tempat yang ada, hanya orang-orang dewasa inilah yang membuat Yong sedikit tertarik.

Ia diam membisu setelah berdiri lama di mulut gua. Menatap garis tangan yang tidak begitu terlihat, seakan memudar. Lalu menghela napas sekali lagi seraya mengepalkan tangan.

Perlahan Yong mengangkat wajahnya, melihat tiga orang di depan mata, asing tak jelas namun terasa nyaman sesaat entah mengapa.

Mulai dari arah kiri, pria berbadan besar yang memiliki sisik hijau ia adalah mantan pendekar pedang, dirinya dikutuk memiliki darah naga yang berkekuatan besar dan hebat. Pria itu bernama Long.

Lalu lelaki pendek berambut hitam sama sepertinya, entah apa yang merasuki dirinya, ia tidak berbuat memberitahukan hal itu tapi sekilas terlihat sisik di bagian leher serta dua mata kecil di bawah masing-masing matanya.

Setelah itu ada seorang wanita berambut merah bernama Rin, memiliki ekor sembilan yang berarti siluman rubah dari timur jauh dari sini. Kadang-kadang ekornya muncul dan juga tidak, itu semua tergantung dari perubahan suasana hatinya.

"Sungguh tidak masuk akal. Monster atau legenda yang sering aku dengar dari banyak orang sekarang ada di depan mataku," ucap Yong berwajah datar.

"Bicara apa kamu? Kamu sendiri Móguǐ, ras yang terkuat di lembah neraka," ucap Zhuge lantas tertawa.

"Kijin, Kijin," seru Rin menyebutnya berulang.

"Ras iblis itu memang kuat tapi resikonya besar. Apa kau yakin tidak masalah mengeluarkannya dari kurungan?" tanya lelaki pendek dengan nada tegas namun menyindir.

"Sudah tidak masalah. Kita semua ini sama.

Aku juga sudah bilang kalau aku yang mengurusnya," kata Zhuge.

Saat mereka diam, mereka terlihat sangat menawan. Seolah melihat pendekar berkumpul sama seperti ketika Yong bersama dengan rekan-rekannya.

"Yong, ayo ikut dengan kami!"

Zhuge memberikan dua pedang dan jubah untuknya. Ia diminta untuk menyembunyikan wajah dengan jubah hitam itu karena beberapa alasan.

"Ini ...apa?"

"Seperti yang aku jelaskan, ini untuk menyembunyikan identitasmu. Kau juga sangat terkenal di kalangan para pendekar, kau tidak mau jika dikenali dalam keadaan tidak berilmu bukan?"

Yong berdecak kesal. Ia tidak bisa menyangkal sebab semua ucapan Zhuge kepadanya itu masuk akal. Masalahnya ada pada harga diri seorang pendekar yang kehilangan ilmu.

"Ha ...benar juga!" Yong tertawa dengan ekspresi girang. Tiba-tiba ia merasa bersemangat setelah disindir seperti itu.

"Kau anak yang bersemangat. Ayo kita pergi bekerja!"

"Hanya empat orang saja?"

"Tidak. Masih ada banyak lagi."

Bergabungnya Yong akan membuat perubahan besar dalam kelompok mereka. Di antara mereka yang memiliki identitas sebagai pendekar, penempa senjata atau lain-lainnya, satu persatu dari mereka mulai muncul dan ikut bergabung dari kelompok kecil sebelumnya.

Dari empat orang bertambah menjadi belasan, mereka semua berjalan santai menuju ke sebuah kota. Kota Emas, dari bagian distrik utara.

"Di sini terlalu banyak orang," gumam Yong cemas sembari mengenggam kedua pedang di dalam jubah.

"Tenang saja, Yong."

"Dasar bocah. Apa benar kau sudah berusia 18 tahun?" tukas lelaki pendek itu lagi. Tampaknya dia hobi menghina orang.

"Hei, sudah. Jangan bertengkar. Sudah saatnya berpisah sebentar, nanti kita bertemu di lokasi yang sudah ditentukan," ucap Zhuge.

"Baik!"

Dalam sekejap mata, sekelompok yang berkumpul di depan pintu menuju kota telah berpencar. Sementara Yong bersama dengan pemimpin, Zhuge. Mereka berdua tetap menggunakan jubah hitam dan kemudian bergegas menuju ke sebuah tempat yang ada di kota emas.

Kota Emas, adalah sebutan dari banyaknya penduduk kaya yang bertempat tinggal di sini. Pejabat tinggi militer, negara, pebisnis sukses, pemilik atau pengusaha suatu hal, itulah profesi kebanyakan orang di sini.

Tidak ada sekumpulan orang miskin yang terlunta-lunta di jalanan. Pakaian mereka bahkan terbilang sangat mewah. Banyak rumah bertingkat yang tetap mengikuti desain kuno ala timur namun tetap saja terlihat mewah hingga membuat mata Yong berbinar-binar.

Termasuk tempat yang ada di depan mata mereka saat ini. Bordir Pakaian Tradisional yang memiliki pola unik terukir di dinding dan pintu.

"Kita sampai," ucap Zhuge.

"Oh iya."

"Sepertinya kau baru pertama kali datang ke kota ini ya?" pikir Zhuge.

"Tidak. Aku sudah berulang kali ke sini tapi itu dulu," kata Yong.

Krincing!

Melangkah masuk, mereka disambut oleh satu pelayan berpakaian tradisional dan suara lonceng di atas pintu. Salah satu orang yang ada di sana mengontak dengan Zhuge lalu Zhuge segera sadar dan bergegas menghampiri orang itu sambil menarik tangan Yong.

"Ada apa?" tanya Yong.

"Kita akan menemui klien."

"Klien?"

"Seseorang yang akan memberi pekerjaan pada kita."

Mereka digiring masuk ke sebuah ruangan yang sangat luas. Pria yang memiliki postur tubuh standar dan berjanggut itu lantas meletakkan sebuah lukisan tinta wajah seseorang ke atas meja.

"Bunuh saingan bisnisku. Aku akan membayar sesuai keinginanmu," ucap pria itu tanpa berbasa-basi.

"Berapa pun itu?" sahut Zhuge.

"Ya. Terserah berapa koin emas yang kau minta, asalkan dia mati. Aku tidak peduli tapi aku minta padamu jangan sampai membuatku dicurigai karena kematiannya nanti," tuturnya bernada tegas.

Zhuge tersenyum, ia kemudian mengambil lukisan di kertas tersebut lantas pergi dari sana.

Terpopuler

Comments

Elzi Lamoz

Elzi Lamoz

Ck, kalau bukan karna kutukan roh jahat. Mungkin Yong juga bisa ngalahin ni orang kayanya...

2024-02-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!