Prajurit Bayaran II

'Membunuh? Firasatku buruk,' batin Yong merasa aneh.

"Kau pasti kaget sekali karena mendengar pekerjaannya. Dengar, mulai sekarang kau adalah prajurit bayaran dan pekerjaan yang barusan akan aku berikan padamu, Yong."

Zhuge kembali tersenyum sambil menyerahkan lukisan tersebut, ia menunggu jawaban dari Yong yang sedang kebingungan saat ini.

"Kau memintaku untuk membunuh orang yang bahkan aku tidak tahu siapa dia?"

"Jika ingin mencari cara untuk mendapatkan kembali tubuh manusia dan ilmumu yang menghilang, maka kau harus melakukannya," tutur Zhuge memegang kedua pundak Yong. Saat itu segala ucapannya terdengar seperti paksaan.

Tidak ada yang salah bila bekerja sebagai Prajurit bayaran di masa setelah perang. Sebab menjadi Prajurit bayaran bukan berarti akan melakukan pembunuhan dari kubu musuh atau sejenisnya, ada beragam pekerjaan yang bisa dibilang relawan.

Tetapi, Yong tidak menyangka bahwa pekerjaan yang diberikan untuknya saat pertama kali bergabung, justru membunuh seseorang. Sontak saja ia terkejut, dan berharap tidak akan melakukan itu serta ia merasa menyesal karena bergabung tanpa tahu apa yang mereka lakukan secara berkelompok.

"Aku terlalu naif, bergabung begitu saja dengan kalian. Kita mungkin punya tujuan sama untuk mengembalikan semua yang kita punya dari awal, tapi haruskah membunuh seseorang di era yang damai seperti ini?"

Yong mendelikkan mata dengan tajam lalu menepis tangan Zhuge.

"Jangan berkata seperti itu. Apakah kau berpikir era sekarang ini cukup damai? Bukankah perbedaan kasta masih cukup jelas terlihat hingga saat ini?" sahut Zhuge pandai berbicara.

"Perbedaan kasta ...tentu aku tahu. Tapi bukan berarti—"

"Makanya aku bertanya padamu, apakah kau berpikir era sekarang ini damai? Sebab tak semua yang kaya atau miskin bisa dikatakan baik ataupun jahat."

Yong terdiam dengan tangan mengepal. Ia tak mengalihkan pandangan dari Zhuge yang terus menatapnya dengan semangat dan penuh makna terselubung. Yong sama sekali tidak bisa menyangkal omongannya.

"Kenapa kau diam?" tanya Zhuge. "Kau merasa perkataanku ini ada benarnya," imbuh Zhuge lantas menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Ayo pergi. Kita temui teman-temanku dulu untuk berdiskusi," ucapnya kemudian mengajak Yong pergi ke wilayah tandus dekat kota Emas.

Wilayah tandus tersebut masih berada dalam lingkup area Kota Emas. Di sana cukup sepi dan cocok untuk mereka yang ingin berdiskusi tentang pekerjaan. Zhuge tetap mengajak Yong meski tahu ada penolakan sebab Yong sendiri pun tidak bisa diam saja di tempat setelah terlanjur memasuki kelompok Prajurit bayaran.

"Aku ingin Yong yang bekerja denganku."

"Kau tidak waras. Menyuruh anak kecil melakukan itu?"

"Hei, dia bagian dari kita dan dia sudah sedikit bertumbuh dewasa. Remaja labil istilahnya."

"Ketua, mohon dipertimbangkan. Kita tidak bisa mengecewakan klien."

"Aku paham."

Lukisan yang sedang ia bawa adalah sebagai petunjuk siapa target mereka. Seorang pria dengan rambut tipis dan tidak memiliki alis, begitulah ciri-cirinya. Hue Li. Seorang lelaki berusia 38 tahun, pebisnis besar yang bersaing dengan klien.

Tempat tinggalnya pun berada di kota yang sama. Selain persaingan bisnis yang ketat, entah apa alasan klien meminta mereka membunuhnya. Hanya saja Yong, meski menolak ia tetap ikut sebab ingin tahu apa yang sebenarnya Zhuge ingin tunjukkan.

"Lihat itu."

Sampailah mereka di rumah tinggal Hue Li. Yong bersama Zhuge duduk di dahan pohon yang tinggi dan memantau dalam rumah dari sana. Sangat terlihat jelas terlebih pohon yang mereka panjat berada di belakang kamar pria itu.

"Zhuge, apa kau yakin akan melakukannya?"

"Iya tapi tidak buru-buru. Lalu panggil aku Ketua saat bekerja," ucap Zhuge.

"Baiklah."

Sejak tadi Zhuge selalu memandang ke arah kamar melalui jendela. Kamar itu tidak sepenuhnya rapi dan bersih namun ada beberapa buku yang jatuh dari rak kecil. Sekilas Yong merasa Zhuge sedang melihat semua barang-barang yang ada di dalam kamar tersebut.

"Untuk apa kau melihat kamarnya? Di sana tidak ada Hue Li."

"Ya, kau benar. Hue Li tidak ada di kamar ...," Kalimatnya terjeda, ia melintangkan satu lengan ke depan Yong. Zhuge sadar ada yang datang dan masuk ke kamar itu.

Cklek!

Kunci pintu terbuka, nampaklah seorang pria berciri-cirikan sama yang sedang membawa beberapa gulungan sambil menarik paksa seorang pelayan di rumahnya. Hue Li sedang marah besar karena sesuatu, ia bahkan membanting pelayan wanita itu ke lantai dengan kasar.

"Argh, ampun tuan!"

"Tiada ampun untukmu yang sudah diam-diam melihat semua catatan itu!" pekiknya lantas pergi menuju ke rak kecil tuk mencari sesuatu barang.

Setelah menggeledah semua isi dalam rak kecil, Hue Li bertanya dengan suara tegas, "Di mana barang itu?"

"Tu-tuan ...saya berani bersumpah, bukan saya yang—"

BRAK!

Hue Li dengan berani melempar semua gulungan yang tadi dibawa ke arah si pelayan. Gulungan-gulungan itu cukup besar dan keras di bagian sisi luarnya sehingga begitu terkena kulit tangan dan wajah, pelayan itu tergores mendapat luka.

"Catatan itu menghilang begitu kau datang ke rumah ini. Dasar pelayan tidak berguna, semuanya akan terbongkar jika itu tidak segera ditemukan!"

"Ampuni saya, Tuan! Saya tidak ada maksud apa-apa. Kemarin saya juga tidak melihat apa-apa di meja kerja."

"Tidak melihat? Sepertinya kau buta."

Saat melihat pertengkaran itu, Zhuge tampak senang ia bahkan tersenyum puas seakan sedang menikmati. Yong diam dan tetap berada di sana sampai ketika Hue Li dan pelayannya kembali keluar.

"Untuk sebuah catatan. Dia mati-matian mencarinya bahkan sampai membawa pelayan yang dituduh agar pelayan itu tidak bisa kabur," gumam Zhuge.

"Hue Li mempunyai catatan tersembunyi. Apakah sepenting itu?"

"Coba kah pikir, kira-kira isi catatan apa yang tidak ingin orang lain mengetahuinya? Aku yakin kau sudah tahu itu," tukas Zhuge menatap.

"Sesuatu hal buruk?"

"Ya. Itu benar. Kita cari catatan itu terlebih dahulu."

"Kau tidak akan langsung membunuhnya?"

"Jika begitu maka nyawa kita akan terancam. Nanti tertulis di sebuah koran, "Ada sekelompok asing yang mengincar pebisnis," agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, kita perlu tahu apa saja rahasia atau kelemahan Hue Li agar kita bisa menentukan kematiannya seperti apa," ujar Zhuge penuh perhitungan.

Itu sungguh tak terduga, Yong awalnya berpikir mereka akan langsung membunuhnya begitu ditemukan tapi ternyata tidak. Kelompok Prajurit Bayaran ini tidak lain adalah sekelompok orang licik.

"Ayo, Yong. Kita akan menyelinap. Aku sudah tahu kertas itu di mana, jadi ayo cepat!" seru Zhuge.

Di tempat para rekan lainnya berkumpul.

"Kasihan sekali anak itu," ucap Rin si wanita rubah.

"Kenapa kau merasa kasihan padanya?" tanya si lelaki pendek.

"Habisnya anak itu akan bekerja bersama dengan ketua. Kalian semua juga pasti masih mengingatnya, bagaimana sikap ketua saat menghadapi prajurit baru," tuturnya.

Lelaki pendek itu menyeringai. Lantas berkata, "Kau benar."

Hari itu Yong belumlah tahu niat asli Zhuge si ketua dari kelompok ini. Zhuge yang ramah senyum nyatanya menyembunyikan banyak hal. Tetapi yang terparahnya adalah Zhuge memang sengaja memancing emosi Yong dengan membawanya ke tempat ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!