Yang Terkuat

Sekelompok orang berjubah hitam berkumpul mengitari satu buah lilin di dalam gua besar. Beberapa dari mereka adalah pria namun sebagiannya adalah wanita.

Salah satu dari mereka yang merupakan pemimpin kelompok itu berkata, "Kita akan kedatangan rekan baru."

"Wah, itu menakjubkan. Siapakah orangnya? Di mana dia?" tanya seorang wanita yang memiliki rambut merah darah.

"Jangan terburu-buru. Aku hanya bisa merasakannya dalam waktu sesaat. Aku juga tidak tahu apakah firasat ini benar atau tidak," kata pria itu selagi mendongakkan kepala.

"Ternyata kau masih mengandalkan firasat, eh ...ataukah intuisi?" pikir seorang pria menyeringai dengan lebar mulut yang tidak wajar.

"Sudahlah, tenang. Kita semua ada di sini karena satu kesamaan kita bukan? Buat apa terus meragukan firasat yang dimilikinya? Lagi pula selama ini firasat itu tidak pernah salah," tutur lainnya.

Wanita berambut merah kembali berbicara, "Apakah kali ini dari ras yang berbeda?" Ia bertanya.

Pria itu menggelengkan kepala lalu menjawab, "Tidak tahu." Hanya sesaat ekspresinya terlihat sedang kebingungan.

"Kalau begini, kita bisa kehabisan waktu. Aku tidak mau mengulur waktu lebih lama lagi. Era pendekar dari setiap wilayah mungkin sebentar lagi akan punah—"

"Hei, jangan sembarangan mengatakan itu!" pekik pria lainnya yang bertubuh pendek.

Ucapan wanita itu tiba-tiba saja dipotong, namun bukannya marah, wanita itu justru tertawa.

Lantas berkata, "Aku tidak bercanda. Kalau kita kehilangan akal saat era pendekar punah, kau pikir manusia mana yang bisa bertahan hidup?"

DAKKK!

Sosok ketua yang memimpin mereka menghentikan obrolan hanya dengan memukul dinding gua sampai bergetar. Orang itu terlihat marah, sekilas wajahnya nampak berbeda dari wajah manusia pada umumnya. Seperti momok.

"Diam!" seru pria itu, memperingatkan mereka untuk tidak bertengkar.

"Yang dikatakan dia ada benarnya. Semua yang kalian khawatirkan juga ada di pikiranku tapi ingatlah, posisi kita juga berasa dalam ambang kehancuran itu sendiri," peringatnya dengan suara berat.

Hawa menusuk, membuat mereka yang ada di sana merasa tertekan. Masing-masing dari mereka yang sengaja memakai tudung berjubah, nyatanya adalah sekelompok pendekar namun bagian dari tubuh mereka sendiri justru seakan menyangkal keberadaan mereka sebagai manusia melainkan seekor monster.

"Tidak ada waktu lagi! Cepat berpencar dan cari orang yang terkutuk itu!" teriaknya memberi perintah.

"Baik!" Serentak mereka berucap lantas pergi dalam sekejap.

***

Tanduk merah perlahan tumbuh memanjang ke atas, kuku pada setiap jari tangan dan kakinya pun juga memanjang hitam mengerikan. Yong tersentak kaget melihat perubahan drastis pada penampilannya saat ini, terutama pada barisan giginya yang tiba-tiba saja berubah menjadi taring tajam.

"Yang benar saja, ada apa denganku?"

Yong tidak mengerti, ia bertanya pada dirinya sendiri yang aneh dan membuat hati diri sendiri merasa sangat cemas. Ia merasa tertekan akan penampilannya yang mengerikan.

"Tu-tuan, bisakah saya bicara sebentar?"

Seorang gadis yang sempat ia tolong, datang karena ingin berbicara dengan Yong. Namun tidak dalam kondisinya saat ini.

"MENJAUHLAH DARIKU!" Tanpa sadar ia berteriak menyuruhnya pergi.

Suara yang besar dan terkesan kasar, membuat gadis itu tersentak kaget lantas ketakutan. Perlahan ia melangkah mundur. Bingung, cemas tapi di satu sisi ia ingin menyampaikan sesuatu pada anak lelaki itu.

"Tetapi, Tu—"

"Tidak! Menjauhlah! Aku bilang menjauh! Jangan dekati aku!" Yong berteriak kemudian pergi dengan pakaian serba tebalnya, khawatir jika menarik perhatian orang, Yong pun menutupi wajahnya.

Penampilan yang bukan manusia, siapa pun yang melihatnya juga pasti akan ketakutan. Selain ketakutan maka para penduduk akan melakukan sesuatu hal buruk nanti.

Derap langkah kaki berat, terasa berat dan mencengangkan. Mati-matian lelaki itu berlari tanpa alas kaki sembari menutupi wajah iblis itu. Dengan perasaan takut hingga membuatnya kelimpungan, perasaan Yong jadi kacau karena keadaannya sendiri.

"Hei, lihat! Siapa di sana?"

"Ah, itu ...tunggu, sebuah tanduk?"

Ketika salah satu penduduk menyebut kata, "tanduk," sontak semua penduduk bertelinga tajam di sekitarnya pun langsung mendengar dan melirik ke arah siapa yang dituju. Yong seketika terdiam kaget, sekelilingnya saja sudah dikepung oleh banyak orang bahkan termasuk para pendekar dari sekte setempat.

"Jangan lihat," lirih Yong yang masih berusaha menutupi tanduk panjangnya.

"Tanduk? Kuku-kukunya juga berwarna hitam dan panjang. Apakah mungkin itu adalah orang yang dikutuk dewa?" tukas salah satu penduduk miskin, yang mengatakan pikirannya di tempat umum.

"Tapi, kenapa orang yang dikutuk masih hidup? Dia seharusnya mati jadi tumbal demi kelangsungan hidup di sini 'kan?" Lainnya mengutarakan pikirannya yang berbeda.

Tak satupun dari mereka berpihak padanya. Yong terdiam pasrah seakan ia benar-benar sudah tidak punya jalan lain. Semua mata memandang ke arahnya, dan lihat cara mereka menatap, sungguh itu seperti berhadapan dengan Iblis sesungguhnya.

"Tatapan yang sama saat aku terkenal. Mereka memujiku tapi di belakang, mereka menghina. Hanya sedikit berbeda saja, kalau sekarang terang-terangan," gumam Yong.

Tidak ada gunanya menyembunyikan setelah ketahuan begitu saja. Ia pun melepas tangan dari wajah, sengaja membuat semua orang melihat penampilan mengerikannya.

"Ah, ternyata benar! Cepat singkirkan dia!"

Pandangan setiap orang memang berbeda-beda namun sekali menetapkan keburukan maka itu takkan lepas sampai berakhir

"Iblis!"

Para pendekar dari sekte setempat telah menarik pedang dari sarung mereka. Setelahnya, sudah pasti akan menyerang Yong tanpa keraguan. Dengan wajah iblis ini, identitas aslinya akan tersembunyi tapi ia akan sangat menyesal bila mati dengan cara konyol begini.

"Jika aku mati, begitu saja tak apa 'kan? Lagi pula aku tidak punya tujuan hidup selain bertahan hidup mati-matian hanya demi keberlangsungan hidupku sendiri," rutuk Yong lantas menyeringai.

Pakaian tebalnya yang bertumpuk pada tubuh, membuat Yong tampak sedikit kesulitan untuk berjalan dengan ukuran tubuhnya yang telah membesar sedikit namun ia tetap melangkahkan kaki tuk berdiri lebih dekat menuju ke bilah pedang para pendekar.

"Tebas aku sekarang juga," ucap Yong.

Mata para pendekar semakin tajam dan tidak lagi ragu untuk mengayunkan pedang.

CWAKK!

Sabetan bagai angin tidaklah menebas tubuhnya, Yong menghilang bertepatan setelah pria itu mengayunkan pedang. Sontak membuat semua orang terkejut dan panik.

"Ke mana perginya?"

"Atas!" teriak rekannya, memperingati bahwa sosok lain telah membawa Yong ke atas.

"Apa? Tidak mungkin!" pekik Sang pendekar mendongakkan kepala dengan rasa tidak percaya.

Mereka mengambang di udara selama beberapa saat yang ditentukan, setelah itu pria berjubah hitam turun perlahan ke bawah namun bukan hanya untuk sekedar turun melainkan ia telah mengambil ancang-ancang agar dapat melarikan diri dari sana.

"Kemunculan roh jahat telah terdeteksi! Beri kabar pada lainnya untuk memberitahukan hal ini, lalu segera cari dan musnahkan mereka semua!" seru sang pendekar memberi perintah pada yang lainnya.

Terpopuler

Comments

Elzi Lamoz

Elzi Lamoz

roh jahatnya op banget.

2024-02-10

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!