Teknik Pertama Aliran Neraka

Tanduk, cakar, taring, telinga dan banyak hal lainnya yang bercirikan khas ras iblis dari mereka terwujud langsung di sana. Penampilan Yong berubah drastis dari sebelumnya. Dengan setengah tunduk di tanah, Yong menarik pedang yang perlahan mengeluarkan kobaran api.

WOOOSHH!

Sekali menarik, kobaran api yang begitu panas muncul baik di pedang maupun tubuhnya sendiri. Ia jelas terlihat seperti iblis sesungguhnya dibandingkan sebagai orang yang kerasukan saat ini.

Pupil matanya menajam, tatapan hawa membunuh begitu terasa dan hal itu diketahui oleh beberapa orang di sekitar Yong. Entah lelaki pendek itu, Zhuge ataupun seseorang yang sebelumnya mempunyai baru giok hitam.

Ada yang panik dan cemas, namun juga ada yang girang terutama orang asing itu yang melihatnya secara langsung. Terdiam dengan tubuh bergidik, seluruh bumi seakan bergetar karena gerakan Yong. Orang itu menyeringai, rasa bahagia itu tak tergambarkan semua walau dengan ekspresinya itu.

Seolah sedang terjadi gempa, sepanjang jalan lurus Yong berada mulai retak dan memunculkan kerak-kerak bumi yang memiliki lahar api di dalamnya.

"Teknik Pertama, Aliran Neraka, Lembah." Yong mengucapkan sebuah kalimat berupa teknik berpedang.

Hanya dengan mengijinkan iblis mengeluarkan kekuatan api saja, Yong dapat menggunakan teknik pertama yang baru saja ia ingat. Tetapi ia baru bisa menggunakan salah satu pedang saja, jika tidak lengan Yong akan hangus karena amukan iblis itu.

"Jangan ragu, bocah. Dia hanya monster 'kan?" ujar si iblis.

"Berisik!" seru Yong kesal.

Yong mengangkat pedang setinggi atas kepala dengan setengah duduk. Lutut kanan terangkat sejajar pinggang, sedangkan lutut kiri menapak di atas tanah. Kedua tangan yang sanggup menanggung beban itu kini siap mengayunkan pedang.

SYUUT!

Bara api memanjang bagai tali ketika diayunkan dan akhirnya menebas mahluk besar itu dalam sekali serang saja. Tubuh mahluk bersayap terbelah menjadi dua, kegelapan pun sirna dan mewujudkan kondisi langit sebenarnya.

Ternyata fajar telah tiba lebih cepat dari perkiraan, setengah matahari telah terbit dari timur. Banyak burung-burung mulai berterbangan dari lawan arah. Serta perwujudan iblis yang ada pada Yong pun menghilang.

"Beruntung, aku tidak dikendalikan langsung," ucap Yong bersyukur seraya menghela napasnya.

Bagian teknik berpedang yang digunakan tanpa menggerakkan kedua kaki, terlebih kekuatan iblis itu cukup besar hingga menbuat roh yang dilawannya terbelah menjadi dua.

"Padahal cuman dilapisi api neraka darinya, tapi kekuatan iblis itu jauh lebih besar dari yang aku perkirakan."

Walau sudah terbelah menjadi dua, tubuh dari monster itu perlahan menyusut dan sedikit demi sedikit dari bagian anggota tubuhnya berubah jadi anggota tubuh manusia. Yong tersentak diam dan kaget melihatnya.

Sejenak ia berdiri mematung diam sembari menatap seekor roh jahat bersayap yang telah berubah menjadi manusia. Seorang wanita yang dikenalinya.

"Xiang Lu?"

Iblis di dalam tubuh Yong pun terkekeh-kekeh. Ia begitu menikmati ekspresi Yong yang dilihatnya sampai tak bisa berhenti tertawa karena merasa itu sangat lucu.

"Xiang Lu!?" sebut Yong memanggil namanya.

Kesadaran Xiang Lu samar-samar, kedua matanya masih berkedip dan kini menatap Yong dengan tatapan sendu. Ia tidak bisa berbicara namun hanya bisa membatin.

'Maafkan aku, dan terima kasih.' Itulah yang ingin diucapkan oleh Xiang Lu sebelum akhirnya ia benar-benar mati.

"Xiang Lu! Hei, Xiang Lu!" teriak Yong.

Telapak tangan Yong terasa panas, tanpa sadar ia menjatuhkan pedangnya. Namun ia sama sekali tidak memikirkan hal itu. Hal yang lebih dipentingkannya adalah Xiang Lu. Seluruh bagian tubuh dari nona itu secara perlahan lenyap menjadi abu.

Yong mendekap tubuh Xiang Lu sambil terus memanggil namanya dengan harapan agar ia kembali pulih. Tapi tetap tidak bisa dilakukan, teknik pertama pedang miliknya pada dasarnya hanya melumpuhkan namun karena kekuatan iblis, teknik pertama ini menjadi sangat mematikan bahkan bagi roh jahat sekalipun.

"Sudahlah, lupakan dia. Masih ada banyak wanita di luar sana yang bisa kau kencani. Lagi pula tidak ada untungnya berkencan dengan wanita yang hidupnya tidak akan lama lagi, yang ada kau malah sengsara!" ujar Iblis itu.

Sebetulnya ucapan iblis itu tidaklah salah. Tapi Yong justru menyangkal karena tenggelam amarahnya.

"Berisik, dasar iblis! Bisanya hanya tertawa tanpa memperdulikan perasaan. Kau itu hanya iblis dan tidak berhak berkomentar!" pekik Yong.

Di satu sisi ia menangis namun juga sedang tertawa. Ekspresi di antara mereka berdua kembali saling bertumpang tindih satu sama lain.

Sementara itu, orang asing yang tengah bertengger di dahan pohon tersenyum puas selagi berkata, "Terima kasih Tuan Yong. Bayaranmu sudah kuterima." Lantas pergi di balik kabut hitam.

***

Tak lama rekan Yong menyusul. Setelah tahu kejadian dari awal hingga akhir, mereka kemudian memutuskan untuk segera kembali ke kediaman klien dengan berita terburuk.

Seharian penuh tanpa kabar dari putri tercinta, jelas saja kedua orang tua Xiang Lu berwajah pucat dan merasa cemas. Yong yang tidak bisa berkata dan berbuat apa-apa pun hanya berdiri diam. Lelaki pendek yang merupakan rekan satu timnya lantas menggantikan ia untuk membicarakan hal tersebut.

Anehnya setelah diberitahu mengenai kematian putri mereka. Tak satupun dari mereka berkomentar, marah atau bahkan ingin komplain karena kerja mereka yang tidak becus padahal hanya sekadar menjaga saja.

Ayah dari nona hanya mengucapakan, "Terima kasih." Lantas berbalik badan. Sementara Ibunya menundukkan kepala lalu menangis hingga jatuh ke lantai.

"Jangan katakan bahwa kalian berdua sebenarnya sudah tahu?" duga lelaki pendek itu.

Ayahnya menganggukkan kepala. Menjawab, "Ya, benar. Maaf aku tidak bilang apa-apa."

"Kalau begitu kenapa tidak memanggil pendekar saja?"

"Maaf. Kami tidak bisa. Kami takut bila mereka akan menahannya demi sesuatu. Itulah mengapa selain Gǔdài dòngwù, kami memanggil kalian yang merupakan prajurit bayaran untuk mengakhiri hidup putri kami."

"Kenapa harus jadi serepot ini?"

"Itu ....," Dengan ragu, Ayah Xiang Lu kembali menjawab pertanyaan, "Kami tahu Xiang Lu akan mati, Xiang Lu juga sadar itu. Berhubung kalian ahlinya dalam hal ini, apa salahnya kami percaya pada kalian."

"Tidak salah juga. Hm," tutur lelaki itu berdeham seperti menyombongkan diri.

***

"Membunuh seseorang yang tak bersalah, bukanlah keinginanku. Apa kau sebenarnya sudah sadar itu siapa?" Yong bertanya.

Setelah kejadian itu, di pagi hari tanpa merasa lelah ataupun mengantuk, Yong menyendiri di tempat sepi selagi mengenggam kedua pedangnya dan bersandar pada batang pohon.

"Hei, iblis! Aku sedang berbicara denganmu. Jawab aku!" seru Yong meninggikan nada suara.

Hening, tiada jawaban satu pun dari si iblis. Justru Yong kedatangan seseorang yang ingin bertemu.

"Hei, Yong. Sepertinya kau sedang patah hati ya?" duga Rin yang barusan datang.

Yong yang tidak merasa nyaman dengan penampilannya sendiri, ia lantas menutup kepala dengan tudung jubah miliknya.

"Ya ampun, kau malu? Kau malu 'kan? Kenapa malu?" tanya Rin beruntun.

"Taring dan telinga runcing ini belum hilang," jawab Yong.

"Oh, ya sudah. Kalau begitu aku akan mengatakan sesuatu padamu yang baru saja aku temukan."

"Apa itu?"

"ini tentang kelompok Gǔdài dòngwù. Mereka berhubungan dengan sebuah kultus besar," ungkap Rin.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!