The Taste Of Love
BAB 1_Aplikasi Online Dating
“Oliv! Olivia! Ol! Bantu aku dong……”
Berat sekali rasanya membuka mata setelah semalaman begadang. Suara panik dengan bed yang bergoyang mengharuskan Olivia membuka matanya. Mei, teman sekamar Olivia ini tiba-tiba datang dari luar dan mengguncang lengan Olivia.
“Ufff……. Hm…? Kenapa, Mei? Hari ini aku gak ada jadwal training,” Olivia menguap lebar dengan satu mata masih mengatup. Dia menarik kembali selimut yang sudah ditarik oleh temannya itu.
“Yeah, I know--- Bangun bentar dong Oliv. Urgent nih… Lagi butuh bantuan. Buka matanya dong Oliv…… Please……” Mei masih berlanjut mengguncang lengan Olivia sampai Olivia membuka kedua matanya.
“Kenapa sih, Mei? Jam berapa sekarang?” menengok jam weker yang menunjukan pukul 10 pagi. Berlanjut mengucek mata sampai penglihatannya jelas. Layar ponsel yang dipegang oleh Mei itu rupanya ada video call yang menyala. Seorang laki-laki sedang memperhatikannya dengan senyuman lebar. “Itu siapa?” tanya Olivia menujukan pandangannya ke layar ponselnya Mei.
“Ini--- Dante,” Mei mengangkat ponselnya agar bisa lebih dilihat oleh Olivia. “Say Hi to Dante, Oliv!” Mei membujuk dengan senyuman yang dipaksakan, matanya membulat semakin memaksa Olivia agar keingingannya diikuti Olivia. Tapi masih saja Olivia dalam mode wajah mengumpulkan nyawa. “Em--- Dante, This is Olivia. Olivia is my friend. She will come to see you,” ucap Mei membuat Olivia mengrenyitkan kedua alisnya.
“Maksudnya?” tanya Olivia dengan nada pelan. Mei seakan menghiraukan pertanyaan Olivia. Mei sedang berfokus memperhatikan ekspresi Dante yang nampak tersenyum lebar.
“What do you think about my friend? Do you agree? If yes…… I will arrange, so you can meet up with her.” Semakin tidak jelas apa yg diucap Mei bagi Olivia.
“What meet up? Siapa yang mau ketemu?” Kesadaran Olivia sedikit demi sedikit mulai terkumpul. “Siapa laki-laki ini?” tanya Olivia berlanjut menarik nafas panjang.
“Yes! Agree. She is beautiful,” ucap laki-laki pada saluran video call itu.
“Super! Thank you, Dante! I will call you soon. I have to explain to my friend. See you……! Bye Byeeee!” ucap Mei melambaikan tangan dan berlanjut mematikan video call itu. Mei sangat senang dan menjadi lega. Akhirnya sesuatu yang dia rencanakan akan membuahkan hasil.
“Siapa itu tadi?” tanya Olivia lebih intens. Masih dengan tanggapan yang sama, Mei cekikian membayangkan sesuatu.
“Dia Dante. Gimana menurutmu? Keren kan? Good looking kan?” sambung Mei memburu pertanyaan.
“---Not bad---” Olivia mengingat wajah laki-laki di ponsel barusan.
PROK! “Super!”Mei bertepuk tangan semakin semangat dengan rencananya.
“Apa? Super apaan? Pasti ada yang kamu rencanakan. Aku bisa merasakan pasti hal-hal yang gak bagus nih, ya kan?” menebak sesuka hati karena Olivia merasa terganggu sejak dirinya dipaksa bangun. Tangannya mulai bersilang menunggu jawaban dari Mei.
“Kakak Olivia yang manis… aku kenal Dante dari aplikasi online dating. Hihihihiiiii……” Mei menekuk kaki agar bisa duduk lebih nyaman. “Jadi, aku sama penghuni kamar sebelah si kakak karyawan-karyawan disini kenal sama Dante lewat aplikasi itu. Tadinya untuk iseng-iseng biar hari libur kita enggak bengong guling – guling di kamar aja. Jadi kita coba main aplikasi itu!” Mei nenarik nafas panjang karena kelelahan dan terlalu bersemangat. “Tapi--- singkat cerita kita ngobrol dengan Dante dan dia mau dikenalkan ke salah satu penghuni kos disini. Penghuni kamar sebelah nyoba mengenalkan Dante ke beberapa temen mereka, tapi Dante gak suka. Terus… aku kan ingat kalau kamu lagi gak ada cowok. Jadi karena-----” Mei menelisik ekspresi wajah Olivia. Dia harus berhati – hati dalam menjelaskan ke Olivia.
“Yeah, karena apa?” Tanya Olivia masih disambut bibir Mei mengatup bungkam. “Lanjut,” pinta Olivia.
“Aku taruhan sama penghuni sebelah kalau aku bisa minta kamu ketemu sama Dante,” jawab Mei yang kemudian mengatupkan kedua tangannya. 🙏. Ekspresi judes Olivia kalau dirinya tidak setuju bisa dibaca Mei.
“Gak usah minta maaf. Kamu gak bikin aku rugi. Aku gak akan datang nemuin si--- siapa namanya? Dan-Te? Yeah, aku gak mau ketemu sama dia. Lagi gak mood buat ketemu orang asing. Jadi kamu gak perlu minta maaf, Mei,” ucap Olivia tegas. Tangannya mencoba meraih selimut lagi untuk mencoba tidur. Tapi dihalau oleh Mei.
“🙏Ini bukan permohonan maaf, Oliv. Ini permohonan supaya kamu mau ketemu Dante🙏. Please……” Mei memasang muka memelas. “Taruhannya gak main-main angkanya…” Mata Olivia mendelik begitu mendengar kalimat Mei barusan. “Aku belom bayar kuliah semester akhir. Please… 40 juta, Ol. Kita bisa bagi dua.”
Lumayan juga. Begitulah pikir Olivia setelah mendengar angka 40 juta. Kalau dibagi 2 pun masih 20 juta.
“Emang beneran kamu belom bayar semester akhir? Papa mu kan punya franchise ayam geprek dimana – mana…” tanya Olivia menelisik.
“Em, Iya. Tapi sebagian uangnya aku pakai buat liburan ke Thailand kemarin. Sudah ku geprek setengah uang semesternya. Jadi…… BANTUIN AKU DONG O-LIIIIVVVV Pleaseeeee!” Memohon dengan paksaan. Jeritan yang melengking itu membuat bising kamar mereka. “Tolongin aku, Oliv. Aku butuh 20 juta itu,” pinta Mei tidak mau berhenti berjuang membujuk Olivia.
“Biar aku pikir dulu. OK?” Balas Olivia menggerakan bola matanya ke samping. Bagaimanapun dia harus memikirkan matang – matang.
“Apa yang mau dipikir lagi…? Dante orangnya baik. Aku sama penghuni kamar sebelah udah ngobrol panjang kali lebar sama dia. Dia super super baik. Kamu pasti gak nyesel. Siapa tahu kamu bakal berjodoh sama Dante! Dia seorang Chef! Jago masak. Paket komplit deh! Good looking kan kata mu… Jangan dipikir – pikir lagi… Pokoknya harus Iya!”
“Ini sebenarnya yang paling diuntungkan siapa sih? Demi 20 juta aku harus ketemuan sama orang asing yang belum aku kenal. Temanya ‘dating’ lagi! Enak di kamu dong gak ngapa – ngapain terima bersih 20 juta. Kenapa gak kamu aja yang ketemuan sama tuw cowok?” balas Olivia tidak mau kalah.
“Enggak gitu juga Oliv… Kan kamu tahu, aku udah ada cowok Thailand itu. Ayolah… Orangnya baik kok. Dia seorang Chef di salah satu Resort di Labuan Bajo,” jelas Mei lebih tenang membujuk Olivia. “Kata kamu training ke-dua mau pilih Resort atau Hotel di Labuan Bajo. Pas tuw dah! Kamu bisa tanya-tanya sama Dante. Siapa tahu Dante bisa bantu kamu untuk cari Resort yang bagus buat training. Ya kan…? Ide bagus kan…” Mei merayu dengan segala cara demi 20 juta.
Beberapa detik Olivia terdiam. Setelah selesai program training hotel di Bali, Olivia memang ingin bisa training di salah satu hotel di Labuan Bajo. Pulau Padar, Pink Beach, Manta Point dan masih banyak tempat – tempat wisata daerah Labuan Bajo yang ingin Olivia lihat.
“Terus kalau aku iyakan, dia mau ketemu dimana? Disini? Di Bali?” Olivia bertanya sedikit penasaran dengan tawaran Mei.
“Ke Bajo! Labuan Bajoh! Dante bilang dia akan tanggung mulai dari pesawat, hotel, makan dan semua---- semuanya! Gimana…? Super baik kan? Mau yah?!” bibir Mei tersenyum tipis semakin mengguncang pikiran Olivia.
“Yah… cukup menarik. Terus kapan ketemuannya? Berapa hari? Kamar aku sama dia pisahkan?” Olivia menelisik sorot mata Mei untuk memastikan hal-hal penting kalau dirinya setuju menemui Dante.
To Be Continued…
Like, Comment, Masukan ke Favorite dan Vote nya ya kakak - kakak... Ini sangat membantu author. Terimakasih 😘
Author POV: Enaknya kamarnya dipisah atau sekamar ajah ya……?
Visual Olivia
Visual Chef Dante Alexander
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Intan nur aini
akhirnyaaa Telat tau ihhh
gk baca di platfrom ini lgi tpi gk di uninstal demi cerita author ini 🌷🌷sebulan sekali buka NT buat nge cek udh ad crita bru atau blm😭
2024-07-08
0
Komalasari Hidayat Prasodjo
aku kok telat tau ya, udah banyak bab aja, akhirnya ada yg baru lg 🥰, makasih thor
2024-07-07
0
Janne_zaa
lanjut baca😄
2024-06-04
1