Setelah kejadian di dalam hutan 2 hari yang lalu, gadis itu terbangun dari pingsannya.
Pertama yang dia lihat adalah atap atap rumah yang mewah, tapi ketika dia menghirup udara disekitarnya. Dia mencium aroma obat yang sangat menusuk hidungnya.
"Eh, mengapa aku ada di tempat ini?."
Setelah bertanya kepada dirinya sendiri, seseorang menghampirinya dan duduk di kursi samping tempat tidurnya.
"Nona muda, jadi anda sudah bangun? Bagaimana perasaan anda sekarang?"
"Ah, tidak. Kepalaku sepertinya terkena migrain."
"Apa? Migrain? Apa yang anda maksud dengan migrain?."
"Hm, apakah aku harus menjelaskannya. Bukannya semua orang tau migrain."
"Maaf kan aku, nona muda."
Gadis itu melihat kearah orang yang sedang berbicara denganya dan setelah itu, dia merasakan ada sesuatu yang aneh dengan orang itu.
"Mengapa dia yang memakai pakaian dokter, tapi tidak mengetahui apa itu migrain? Bodoh juga ada batasnya."
"Ehmm, Kalau begitu, aku ingin meminta air putih terlebih dahulu. Bisakah anda mengambilkannya untukku?"
"Baik, Nona muda. Mohon tunggu sebentar."
Dokter itu pergi untuk menuangkan air putih di meja perawatan.
"Dan cara penyebutan Nona Muda ini sedikit membuat ku malu sendiri. Aku ini lelaki loh, dan mengapa aku sekarang memiliki tubuh perempuan? Belum lagi..."
Dia lalu melihat sekeliling, ada banyak sekali cacing atau tentakel yang mengeliat kesegala arah.
"mengapa aku harus memiliki hal ini? Dan juga, mengapa wanita itu tidak melihatnya?."
Gadis itu lalu melihat wanita dewasa dengan menggunakan jas putih biasa dengan penampilan seperti dokter. Wanita itu membawakan air minum untuknya.
"Ini, Nona Muda."
"A-ya, te-terima kasih."
Gadis itu menerima air yang diberikan kepadanya, tapi entah mengapa dia merasa ada yang tidak beres dengan air putih yang di berikan oleh wanita itu.
"Apa sih perasaanku ini? Bukankah aku sedang haus? Kenapa aku malah tidak ingin meminum air putih ini?"
Salah satu tentakel di punggungnya segera menyentuh air tersebut. Setelahnya, gadis itu mulai mendapatkan detail dari apa yang tercampur di dalam air putih itu.
"Neuromuskular!. Apa apa an ini? Mengapa ada obat pelumpuh tercampur di air putih ini?"
Gadis itu segera meraih kerah wanita berjas putih itu dengan ekspresi marah.
"Oy, apa yang kau maksud dengan ini, hah!!! Mau ku bunuh kau?"
Segera salah satu tentakel yang mengeliat bebas bereaksi karena emosi gadis tersebut. Tentakel itu kurang dari 5 cm hendak menusuk mata kanan milik wanita itu.
"Hee, kau mengetahuinya ya. Kalau begitu maafkan aku, Nona muda. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi."
"hah... Apa yang dia katakan dengan senyum seperti itu. Apakah otaknya sudah sedikit korslet."
Gadis itu lalu melihat tentakel yang berada tepat di depan mata wanita dewasa itu. Sedikit terbesit di benaknya untuk memberikan hukuman kepada wanita di depannya.
Secara tiba tiba, dia menarik tubuh wanita dewasa itu dengan paksa.
"Aaarrgg... Aaarrgggg ... Apa yang terjadi... Mataku... Mataku..."
Mata kanan wanita itu tertusuk oleh tentakel, darah mulai mengalir dari matanya dan mungkin itu akan menjadi kebutaan permanen untuk nya.
Setelah puas dia lalu melepaskan kerah wanita itu dan kembali ke pemikirannya.
"Jadi dia tidak bisa melihat cacing, tidak. Tentakel yang menempel di punggungku ya. Tentakel ini juga tidak bisa menyentuh seseorang ketika aku tidak memikirkan sesuatu tentang orang itu, namun tentakel ini akan merespon jika aku dalam situasi berbahaya... Hm, mungkin aku bisa menyimpulkannya seperti itu."
Setelah mengerti akan cara kerja dari tentakel itu, dia mulai beranjak berdiri dengan kedua kakinya dan menjauh darinya hingga beberapa meter lalu dia melihat wanita dewasa itu lagi.
"Hm, apakah aku terlalu sadis? Tidak, ini hukuman agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dimasa depan. Umu..."
Menganggukan kepalanya, gadis itu merasa kalau dirinya telah melakukan hal yang benar.
"Kau... Kau... Kau...!!! Berani kau melakukan semua ini kepada mata indah ku... Sialan!!!"
Wanita itu berteriak kepadanya dan menuduhnya telah melakukan sesuatu untuk menusuk matanya.
"Hmmm, kau sendiri. Apa yang kau mencampurkan di dalam minumanku? Apa lagi dengan santainya meminta maaf. Apakah otakmu sudah berada di dengkul, hah?!"
"Sialan untuk orang cacat sepertimu, kubunuh kau."
Braaak....
Pintu Ruangan tersebut di buka dengan paksa. Ternyata perdebatan mereka terdengar hingga keluar rumah.
"Apa yang terjadi disini...?!."
Seorang pria tinggi dan tampan. berusia sekitar empat puluh tahun, muncul dan bertanya apa yang terjadi di dalam ruangan ini. Pria ini memiliki postur tubuh yang terlihat gagah tanpa otot berlebih, Rambut berwarna coklat muda pendek yang disisir rapih, dengan mata putih pupil merah yang tajam.
Entah mengapa, gadis itu merasa pria yang datang adalah orang yang sangat dia hormati. Walaupun dia tidak mengenal siapa orang itu.
"Ini... Tuan, nona muda Luna telah melukai dan menusuk mata saya..."
Wanita dewasa itu mengambil kesempatan, dengan menuduh gadis itu melukainya. Memang benar juga dari ucapannya kalau gadis itu menusuk mata wanita itu, tapi menurut si gadis, dia masih bisa mengelak karna wanita dewasa itu tidak memiliki bukti.
"Tidak, Tuan...! Ini semua salahnya! Karna dia telah mencampurkan racun ke dalam minuman saya. Dan juga tidak ada bukti, kalau saya melukai matanya."
Gadis bernama Luna menunjuk kearah gelas minuman yang telah tercampur oleh racun pelumpuh. Namun Luna tidak mendapat jawaban apa apa dari pria dewasa itu.
Ketika Luna melihat wajah pria dewasa itu sekali lagi. Si pria itu terlihat memasang wajah sedih dengan mata yang menatap kepadanya.
"Eh, apakah pria tua ini cengeng. Aku tidak mengerti apa apa di situasi seperti ini."
Luna yang merasa heran dengan apa yang terjadi dan mulai merasa ada yang aneh, lalu dia kembali mengingat tentang perkataan yang di lontarkan oleh wanita dewasa itu.
"Tuan kah... Kalau dia tuan dan aku adalah nona muda. Apakah itu artinya aku anak dari pria ini?"
Luna yang bingung harus berbuat apa mulai terdiam dan mematung ditempat, namun tiba tiba wanita dewasa itu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya kepada Luna.
"Matilah..."
Fiiiu...
Wuush...
Triing...
Peluru yang bersinar sebesar batu kerikil meluncur tepat kearah wajah Luna, salah satu tentakelnya dengan sigap bereaksi dan hendak menghalangi peluru itu, namun sebelum peluru itu mengenai wajah Luna. Pria yang di sebut tuan itu menangkis peluru tersebut.
"uwaaa, baru kali ini aku melihat seseorang bisa menahan laju peluru dengan pedang selain di film atau anime."
Wanita yang menembakan peluru itu terkejut, karna tuannya bisa menahan peluru flinlock tersebut hanya dengan pedang.
"Kau berani sekali ingin melukai Luna di depanku ya."
"Ti-tidak, tuan. saya tidak berniat seperti itu."
"Suamiku, wanita ini biar aku yang mengurusnya."
Tiba tiba saja wanita cantik dengan rambut putih masuk kedalam ruangan dengan sebuah pedang yang terlihat transparan.
"Nyo-nyonya, saya minta maaf."
"Tidak ada kata maaf untukmu. Setelah Kau mengerti itu, maka terimalah ini."
Slaasshh....
Pedang transparan yang terlihat seperti air itu, melesat dan memotong tubuh wanita dokter tersebut.
Sementara Luna yang masih di lindungi oleh tentakelnya melihat kejadian itu dengan postur tubuh yang tidak bergerak sedikitpun.
"ini pembunuhan kan, apakah di tempat ini di izinkan untuk membunuh seseorang dengan mudahnya? Tapi waktu itu juga aku membunuh beberapa Knight sih, tidak hukan aku tapi tentakel ini."
Luna teringat tentang dia yang masih berada di hutan, ketika dia masih bingung tentang tubuhnya dan tentakelnya.
"Luna, apakah kamu baik baik saja sayang."
Wanita yang baru saja datang itu segera memeluk Luna, entah mengapa wanita itu bisa menembus tentakelnya.
"Seperti yang ku harapkan, jika orang tersebut memiliki niat jahat, maka tentakel ini akan bereaksi dan menjadi tembok yang bisa menghalangi seluruh serangan musuh. Tapi jika orang itu tidak memiliki niat jahat, maka tentakel ini akan bertindak pasif."
Luna berpikir demikian sembari di peluk oleh wanita cantik itu dengan erat. Awalnya Luna merasa sedikit nyaman di pelukan wanita itu. Namun setelah beberapa lama, pelukan itu semakin kuat. Membuat Luna tidak bisa bernafas dan menepuk kecil punggung wanita itu.
"Aaduhhh aduhh aduhh... Sakit sakit..."
Setelah wanita itu mendengar Luna merintih kesakitan, dia mulai melepaskan pelukannya.
"Maaf Luna, apakah kamu baik baik saja? Apakah ada yang terluka?"
Wanita itu mengecek seluruh tubuh Luna dan mengangkat sedikit rok pakaian pasiennya, Luna yang awalnya memang laki laki tidak lah malu dengan hal itu. Namun wanita berambut putih cantik itu terkejut karena Luna tidak bereaksi seperti biasanya.
Luna di mata wanita itu, adalah seorang wanita yang sangat pemalu dan lembut. Namun ketika dia melihat Luna yang sekarang terlihat agak berubah. Dia mulai sedikit waspada kepada Luna.
"Apakah kamu Luna?."
"Luna? Siapa? Dan juga kalian berdua siapa?."
Luna sendiri tidak tahu, kalau dirinya bernama Luna. Tetapi untuk saat ini, dengan memanfaatkan segala macam kondisi.
Luna mencoba untuk bermain bodoh dan ingin sedikit mengorek informasi dari mereka berdua.
"Jangan jangan?."
"Kenapa sayang? Apa yang terjadi dengan Luna?"
Pria dan wanita itu berbicara satu sama lain dengan rasa penasaran yang mulai tubuh di pikiran mereka.
"Apakah kamu mengenal nama Luna El Laxion?."
Luna memiringkan wajahnya, karna memang tidak mengetahui apa apa tentang nama itu.
"Ternyata benar, sayang. Anak kita telah mengalami lupa ingatan."
"Lupa ingatan?"
"Benar. aku tidak mengetahui apa penyebabnya, tetapi ada kemungkinan kepalanya terbentur sesuatu yang keras ketika insiden perampokan kemarin."
"Tidak mungkin, Luna sayang. Apakah kamu mengenali ibumu ini nak?."
"Eh... Maaf tapi aku bahkan tidak tahu mengapa aku ada disini. Aku juga tidak tahu diriku siapa?"
"Baiklah, untuk sekarang. Kamu harus istirahat terlebih dahulu. Sini ayah antar ke kamar kamu."
Pria itu hendak mengendong Luna, tapi Luna menghindari lengannya karna tidak ingin di gendong. Walaupun tubuhnya masih kecil dan berusia 12 tahun, tapi dia memiliki mental usia 18 tahun. Dia juga bisa merasakan malu jika di gendong oleh laki laki atau perempuan.
"Tidak, aku akan jalan sendiri..."
"Ehh..."
Pria yang mungkin adalah ayahnya merasa heran. Biasanya Luna adalah orang yang sangat manja jika bersama ayahnya dan selalu ingin di gendong. Tapi kini dia menolak.
Ayahnya mencoba untuk memancing ingatan Luna yang telah hilang, namun memang ingatan Luna juga tidak sepenuhnya hilang.
Dia ingat beberapa hal tentang siapa saja yang telah berbuat baik dan jahat kepadanya, terutama para pelayan dan beberapa Knight yang berada di bawah perintah kakaknya.
Ketika Luna sampai di koridor rumah miliknya, dia merasa sangat asing dengan tempat ini.
"Ini terlalu besar oy. Tempat ini mirip seperti museum yang di tahun dua ribuan. Walaupun ada beberapa barang yang sedikit aku kenal seperti telepon rumah dan barang barang antik lainnya, tapi tetap aja. Apakah tepat ini tidak ada barang Electronik?."
Para pelayan membukakan jalan dan membungkuk, ketika mereka bertiga lewat.
Ibu Luna ikut mengantar kan Luna kekamarnya, Luna sendiri tidak keberatan tentang hal itu.
Tiba tiba saja, seorang anak muda berusia 16 tahun muncul dihadapannya. Dia hampir mirip sekali dengan ayah Luna yang memiliki rambut Coklat bermata hijau.
"Selamat atas kesembuhan mu adik manis ku, ayah, ibu. Dari sini biar aku yang mengantarkan adik kecil manis ku kekamar."
"Tidak... Itu tidak perlu..."
Luna segera menolak ajakan pemuda yang mungkin adalah Kakak kandungnya secara langsung dan tegas.
"Eh... Apa katamu?."
"Aku bilang tidak perlu... Apakah kau mengerti...!"
Luna mulai menaikan suaranya, karna ketika dia masih bersekolah dengan tubuh laki laki. Dia memang sering melakukan intimidasi seperti ini. Kakaknya mulai menaikan alisnya, karena tidak menerima dirinya di tolak oleh adik kandungnya sendiri.
"Wild... Tunggu kami di ruang keluarga. Ayah ingin memberitahumu mengapa Luna menjadi seperti ini..."
"Baik, ayah."
"Kalau begitu, ayo Luna, kamu harus segera beristirahat ya."
Luna tanpa menjawab segera berjalan, mengikuti arah yang di tunjukan oleh ibunya.
Setelah sampai di pintu kamarnya, ayahnya membukakan pintu itu untuk Luna. Dalam sekejap Luna terkejut dengan pemandangan kamarnya, dia lalu masuk kedalam kamar itu,.
Terlihat ruangan yang sangat mewah dan lebar, dengan dinding tembok yang dilapisi oleh kertas berwarna putih bercorak emas, tempat tidur yang terlihat nyaman dan muat untuk 5 orang dan juga tambahan kamar mandi, meja untuk berdandan, meja belajar dan tempat untuk meminum teh.
"Ini sangat luas..."
Luna bergumam demikian sembari melihat sekeliling, dia yang dahulu tidak pernah melihat kamar yang semewah ini. Bahkan tempat tidurnya dulu adalah kasur yang di pakai untuk berolah raga di sekolahnya.
"Ini adalah kamarmu loh."
"apakah kamu ingat sesuatu tentang kamar ini?."
Ayah dan ibunya mulai memancing ingatan Luna, tapi Luna yang memang asing dengan kamar mewah ini, sedikit mengerutkan keningnya. Karna dia tidak ingat sama sekali ingat apapun, dia hanya mengingat orang orang yang baik dan jahat kepadanya.
"Tidak perlu memaksakan diri untuk memikirkan semuanya Luna, kamu bisa beristirahat terlebih dahulu."
"Baik, kalau begitu. Selamat malam tuan dan nyonya-. Ehem, ayah dan ibu selamat malam."
"Y-ya, kalau begitu kami pamit ya."
Luna mengangguk dan tersenyum manis di hadapan mereka berdua.
Setelah mereka berdua pergi dan menutup pintu, Luna berbalik dan melihat sekitar...
"Huh, luasnya. Mungkin ini bisa menyamai setengah lapangan futsal, tidak. Mungkin 80% dari lapangan futsal."
Dia bergumam setelah mengukur kamarnya dengan penglihatannya, dia lalu beranjak untuk ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum memikirkan semua yang telah terjadi pada dirinya.
Dia kini masih mengenakan baju piyama yang berwarna biru muda dan sedikit pudar, dia membuka piyama itu secara perlahan dan berjalan menuju ke kaca full body.
Dia melihat bentuk tubuhnya di kaca itu dan memang benar, dia saat ini memang memiliki tubuh gadis kecil berusia 12 tahun pada umumnya. Namun yang membedakan tubuhnya dengan tubuh yang lainnya adalah.
Payudara yang sedikit agak besar, ini sangat tidak cocok untuk penampilannya. Tubuhnya sangat langsing dengan rambut putih dan pupil mata berwarna merah darah.
Mata dan rambutnya masih terlihat mirip dengannya di tubuh laki laki dia sebelumnya.
"Mungkin ini C-cup atau mungkin B-cup kah. Aku tidak terlalu mengerti dengan ukuran seperti ini, tapi jika aku yang dulu melihat tubuh gadis telanjang seperti ini. Mungkin aku akan sedikit mimisan dan pingsan setelahnya."
Dia bergumam setelah melihat besar dadanya yang tidak normal dan melihat ke bawahnya, lebih tepatnya ketengah selangkangannya. Ia lalu melebarkan sedikit pahanya.
"Astaga!!! Pedang Excalibur ku benar - benar menghilang tertelan bumi. Apa yang telah terjadi kepada tubuhku ini."
Setelah itu, dia segera mandi dan membersihkan tubuhnya.
...----------------...
Di ruang keluarga rumah yang Luna tempati. Terdapat 3 orang yang sedang duduk di sofa mewah, berwarna Merah cerah dengan corak Emas.
Pertama adalah dia yang mengaku dirinya adalah ayahnya Luna. Dia bernama Claus El Laxion.
Dia adalah kepala keluarga dari keluarga Count Laxion.
Kedua adalah wanita yang mengaku sebagai ibu dari Luna. Bernama Maria El Laxion. Istri sekaligus ibu dari kedua anak keluarga Laxion.
Terakhir adalah Wild El Laxion, anak pertama dan sekaligus penerus keluarga Laxion.
Mereka duduk dan ingin bertukar pikiran satu sama lain tentang keadaan Luna El Laxion yang masih dalam masa perawatan.
"Ayah, Ibu. Aku ingin tahu mengapa Luna telah berubah, bahkan nada lembut yang biasanya menjadi sedikit kasar sekarang."
Wild segera ingin bertanya tentang sifat Luna, si adik perempuannya yang sedikit berubah.
"Itu lah yang ingin ayah katakan. Dia sepertinya telah hilang ingatan, Wild."
"Hah!!! Hilang ingatan apakah itu benar ayah?."
"Ya... Dia bahkan tidak mengenal namanya sendiri, bahkan dia menolak untuk-, ehem. Dia bahkan tidak mengenali Ayah dan ibu."
"Sayang? Apakah Luna akan segera sembuh?."
Maria El Laxion sedikit khawatir dengan kondisi anaknya, Luna El Laxion yang saat ini di duga kehilangan ingatannya.
"Hm, dari yang aku tahu. Mungkin harus ada pemicu untuk dia mengingat kembali apa yang telah terjadi kepadanya."
"Lalu bagaimana dengan pendapat dokter yang telah ku sewa, ayah? Aku sengaja mendatangkan nya hanya untuk menangani Luna, Ayah?."
Wild segera menanyakan seseorang wanita dokter yang dia sewa untuk mengobati Luna, dia juga yang menyuruhnya untuk memberikan racun pelumpuh sementara ketika Luna terbangun sebelum hari esok di pagi hari.
"Dia telah ibu bunuh."
"Ehh...?."
"Dia mencoba untuk meracuni adikmu. Ibu tidak punya pilihan selain membunuhnya."
Wild gemetar karna syok, dia sendiri yang telah memanggil dokter itu untuk menjalankan rencananya. Namun dia tidak berpikir jika dokter itu akan ketahuan dan di bunuh oleh ibunya sendiri.
"Racun?."
"Setelah ayah memperhatikan kembali, racun yang telah dia berikan kepada Luna adalah racun untuk melumpuhkan saraf tubuh untuk sementara. Mungkin efeknya tidak terlalu lama, tapi dia juga menembakan flinlock kepada Luna."
Ayahnya meneruskan dengan investigasinya terhadap racun yang telah diberikan kepada Luna.
"Tapi ayah, bukankah ini sangat aneh? Mengapa dokter itu menembakan flinlock kearah Luna?."
"Itu karna sepertinya Luna telah melukai mata dari dokter itu, tapi ketika ayah lihat dengan apa Luna melukainya. Tidak ada barang bukti apapun tentang senjata apa yang digunakan olehnya."
"Melukai matanya?"
"Itu adalah hal yang wajar untuk dokter yang berusaha mencelakakan Luna."
Ibunya mendukung apa yang Luna lakukan, walaupun memang belum terbukti bahwa Luna telah melakukan kekerasan terhadap dokter wanita tersebut.
Wild merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh ayah dan ibunya, dia mulai mencurigai Luna dan mungkin dia akan sedikit mewaspadainya.
"Apakah ini semua di akibatkan Luna yang telah membangkitkan kekuatan ilahinya? Ayah, ibu?."
"Dia sudah melewati masa pembangkitan kekuatan ilahi, aku rasa itu tidak lah mungkin, tapi."
"Benar sayang. Kita harus mengeceknya terlebih dahulu."
Masa pembangkitan kekuatan ilahi seorang adalah diusia 5 hingga 10 tahun. Jika anak yang berusia lebih dari 10 tahun belum juga membangkitkan kekuatannya, itu berarti dia akan di sebut sebagai manusia buangan.
Bahkan penduduk biasa yang tidak memiliki darah bangsawan saja, tetap bisa membangkitkan kekuatan mereka. Sedangkan Luna El Laxion, seseorang yang memiliki nama dan darah bangsawan, tapi dia tidak bisa membangkitkan kekuatan karena tidak pernah berterus terang dengan kekuatannya.
Alhasil, dia terus saja di hina dan di anggap sebagai aib bagi keluarga Laxion. Para bangsawan hanya melihat seseorang dengan kekuatan saja, mereka tidak menerima keberadaan Luna yang telah mencoreng nama kebangsawanan.
Bahkan kerajaan juga sempat ingin menjatuhi hukuman pengasingan kepadanya setelah dia lulus sekolah.
Pihak kerajaan ingin Luna mengetahui bahwa keluarga bangsawan selalu identik dengan kekuatan mereka.
Jadi pihak kerajaan ingin Luna menyadari kalau seseorang yang tidak memiliki kekuatan akan di sebut tidak berguna.
Para bangsawan itu juga tidak ada yang mengizinkan anaknya untuk berteman dengan Luna.
Bahkan di pesta ulang tahun Luna yang ke 10 juga, tidak ada yang datang kepestanya, Luna hanya merayakannya selain kedua orang tuanya. Sungguh malang, walaupun wajahnya memang di bilang tingkat atas, tapi jika dia tidak memiliki kekuatan. Itu sama saja dengan sampah di mata orang semua orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
RATU REINKARNASI
skill aktif ketika dirumah menjadi skill pasif ya gini jadinya OP(≧∇≦)/
2024-04-25
0
RATU REINKARNASI
nah ini mantap, ayo bantai² ✺◟(≡^∇^≡)◞✺
2024-04-25
0
RATU REINKARNASI
lansung mode bantai ae langsung
2024-04-25
0