THE NIGHT MOON

THE NIGHT MOON

Bab 1 Tabrakan

Brak ...

Suara tabrakan begitu kencang membuat seseorang terkejut dengan apa yang terjadi.

Hujan deras di sertai Guntur dan kilat yang terus bersahutan membuat malam ini begitu mencengkam.

Tubuh seorang wanita melayang jauh dari tempat kejadian menandakan jika tabrakan itu bukan tabrakan biasa.

Malik Ibrahim Al-karim mengerjap kan kedua matanya masih shok dengan apa yang barusan ia alami.

Saking shok nya tangannya sampai bergetar melihat tubuh seseorang yang berbaring dengan lumuran darah mengalir terbawa arus hujan.

Malik keluar mobil menghampiri siapa yang ia tabrak.

"Oh tuhan!"

Pekik Malik antara terkejut dan lega jika orang yang ia tabrak masih bernafas.

"Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit?"

Pinta Malik menggendong seorang wanita yang tak sadarkan diri.

Sesudah masuk kedalam mobil Malik langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Sialnya Malik harus membawa mobil hati-hati karena masih takut menabrak lagi apalagi hujan sangat deras.

"Dok, dokter tolong,,"

Teriak Malik menggendong perempuan yang ia tabrak tak peduli bajunya yang basah dengan darah yang terus mengalir mengotori lantai rumah sakit.

Semua orang terkejut melihat kedatangan Malik yang lebih terkejutnya lagi orang yang berada di gendongan Malik.

Dokter langsung meminta Malik masuk ke UGD dan membaringkan perempuan itu di atas bangkar.

Malik keluar ruangan karena dokter harus segera menangani pasien.

Tangan Malik masih bergetar ketakutan jangan sampai perempuan itu mati. Malik tak mau menjadi pembunuh, sungguh Malik sangat takut.

"Maaf tuan, ini barang-barang pasien dan tolong isi surat administrasi di sini,"

Ucap suster membuat Malik langsung mengambil ponsel dan dompet perempuan yang ia tabrak.

Malik mengisi surat administrasi itu dengan tangan gemetar bahkan Malik menuliskan asal nama di sana karena tak tahu siapa yang ia tabrak.

"Ini sus, tolong selamatkan dia?"

Mohon Malik dengan mata berkaca-kaca membuat suster iba menyangka jika pasien istri atau kekasih Malik.

"Tuan banyak berdoa saja semoga pasien selamat dari masa kritisnya,"

"Terimakasih sus."

Sudah mendapatkan data dari Malik sang suster kembali pergi.

Malik duduk di kursi tunggu sesekali melihat ruang UGD yang sendari tadi belum terbuka. Sungguh Malik sangat ketakutan sekali. Entah apa yang membuat Malik sampai ketakutan seperti itu.

Malik melihat ponsel dan dompet di tangannya ingin melihat tapi urung ketika mendengar pintu terbuka.

"Dokter,"

"Alhamdulillah pasien sudah melewati masa kritis. Namun cidera di bagian kepala sangat serius kita doakan saja semoga tidak ada hal yang serius."

"Alhamdulillah."

Ucap Malik mengelus dadanya sangat senang padahal tadi Malik sudah sangat ketakutan.

"Namun, seperti nya satu kakinya mengalami patah tulang--"

"Apa! Ap-apa dia aka--"

"Tenang tuan!"

Ucap dokter lembut menepuk bahu Malik membuat Malik terdiam sadar jika ia salah malah menyela ucapan dokter yang belum selesai menjelaskan.

"Maaf dok?"

"Tidak apa saya mengerti, tuan jangan khawatir walau patah tulang namun tidak sampa patah serius insyaallah tulangnya akan kembali normal dan bisa jalan lagi kalau pasien melakukan terapi."

"Alhamdulillah, apa saya boleh melihatnya?"

"Boleh, tapi tunggu kami akan memindahkannya dulu."

Malik mengangguk mengerti membiarkan dokter masuk kembali. Tak lama dokter dan beberapa sister keluar sambil mendorong bangkar pasien.

Malik mengikuti dari belakang menuju ruang VIP karena memang Malik meminta pasien di rawat dengan benar-benar.

.

Malik menatap seorang gadis cantik walau nampak pucat wajahnya tapi tak melunturkan kecantikannya.

Malik duduk di atas kursi melihat kepala, kaki dan lengannya yang di perban. Kepala dan kaki yang cukup serius Malik berharap kepala Pasien baik-baik saja.

Yang Malik takutkan jika pasien hilang ingatan dan Malik tak tahu harus bagaimana menanganinya. Semoga saja pasien tak mengalami hal buruk.

Malik mengingat kejadian di mana ia harus menabrak pasien.

Malik ingat jelas jika ia bukan menabrak melainkan pasien yang entah sengaja atau tidak memacu motornya kencang ke arah mobilnya. Hingga Malik belum cukup menghindar karena terkejut belum lagi hujan deras yang membuat penglihatannya kurang.

Di lihat dari wajahnya seperti nya pasien masih muda.

Astaghfirullah!

Buru-buru Malik memalingkan wajahnya lalu beranjak menuju sofa di ujung sana.

Seperti nya Malik harus istirahat tak peduli dengan apa yang terjadi besok yang penting Malik sudah menunjukan tanggung jawabnya bahwa ia akan merawat pasien sampai sembuh.

Walau bagaimanapun ini kelalaian Malik karena tak hati-hati dalam mengemudi.

Malik memejamkan kedua matanya berharap hari esok ia menemukan solusi.

.

.

Genangan air masih tersisa di pinggir jalan akibat hujan lebat semalam.

Udara cukup dingin di pagi musim penghujan bahkan para berkendara motor selalu siap membawa jas hujan kemana-mana.

Bahkan para manusia memakai pakaian hangat menjalani aktivitas sehari-hari. Bukan cuma untuk mencegah kedinginan namun mereka juga harus menjaga kesehatan agar tidak sakit saat musim penghujan.

Tatapan kecemasan dan khawatir terlihat jelas di mata seorang wanita yang sedang menatap ke luar jendela kamarnya.

Bahkan matanya yang sembab menandakan jika wanita tersebut habis menangis.

"Dimana kamu sayang, kenapa tak pulang. Maafkan mama yang selalu abai."

Gumam nya merasa sakit dan cemas di mana putri semata wayangnya tak pulang kerumah.

Semua salahnya yang selalu abai pada putrinya hingga putrinya kerap kali jarang pulang kerumah. Namun ketidak pulangan kali ini membuat wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang menginjak kepala empat membuatnya cemas dan takut yang tiba-tiba menghantam dadanya.

"Pulanglah nak, mama janji akan memerhatikan kamu dan akan melakukan apa yang kamu minta."

Tok ... Tok ...

Ketukan pintu membuat wanita cantik itu menghentikan tangisnya.

"Masuk!"

"Maaf nyonya, di luar ada tuan Aga?"

"Baik Bi, suruh tunggu di ruang kerja."

"Baik nyonya!"

Bi Ayu keluar guna menyampaikan titah sang majikan.

"Maaf tuan Aga, nyonya menyuruh tuan tunggu di ruang kerja,"

Tuan Aga langsung beranjak dari duduknya menuju ruang kerja tak lama wanita tadi masuk.

"Apa kamu sudah menemukan keberadaan Aurel?"

"Maaf nyonya, saya belum menemukan nona Aurel. Tapi saya menemukan motor nona Aurel di jalan dalam keadaan rusak!"

"Apa!!"

"Nyonya Indri!"

Aga dengan sigap menahan majikannya agar tidak tumbang ke lantai.

Aga membantu majikannya duduk di sofa dengan nyaman.

"Nyonya tenang ya, saya sudah memerintahkan anak buah saya mencari nona Aurel di setiap rumah sakit."

Indri hanya bisa terisak entah kemana putrinya, Indri takut terjadi sesuatu apalagi hanya Aurel yang ia punya.

Semua salahnya karena selalu abai membuat Aurel menjadi liar. Andai saja waktu bisa di putar Indri akan merubah semuanya.

Entah di mana Aurel sekarang berada sungguh Indri tak bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada putrinya.

"Aga apa kamu sudah bertanya pada teman-teman nya?"

"Mereka tak ada yang tahu nyonya, bahkan teman nona Aurel juga ikut membantu mencari,"

Indri semakin terisak membuat Aga bingung harus bagaimana.

Aga hanya membiarkan pelukannya menjadi penenang. Aga tahu bagaimana perjuangan Indri menjalani hidupnya. Wanita ini cukup menderita dalam rumah tangganya dan kini harus kehilangan putrinya.

"Istirahat lah, saya akan mencari nona Aurel lagi."

"Saya ikut?"

Mohon Indri ingin ikut mencari keberadaan putrinya.

"Tapi kondisi an--"

"Please Aga?"

"Baiklah, bersiaplah nyonya jangan lupa pakai baju hangat."

Indri mengangguk, segera kembali ke kamarnya. Indri harus bisa menemukan keberadaan putrinya.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Jangan lupa juga silaturahmi dengan Author

IG : Rahma Qolayuby

Tiktok: @rahma.qolayuby0110

Episodes
1 Bab 1 Tabrakan
2 Bab 2 Aurel
3 Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4 Bab 4 Terus mencari
5 Bab 5 Rumah Adam Hawa
6 Bab 6 Doa pertama
7 Bab 7 Perasaan Aurel
8 Bab 8 Kekesalan Aurel
9 Bab 9 Rasa sakit
10 Bab 10 Tidak adil
11 Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12 Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13 Bab 13 Suara adzan
14 Bab 14 Sikap Aurel
15 Bab 15 Sholat
16 Bab 16 Tiba-tiba berubah
17 Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18 Bab 18 Omong kosong
19 Bab 19 Khawatir
20 Bab 20 Akan tetap percaya
21 Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22 Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23 Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24 Bab 24 Sebuah kejujuran
25 Bab 25 Pergi
26 Bab 26 Isi hati Aurel
27 Bab 27 Saling memaafkan
28 Bab 28 Pertengkaran
29 Bab 29 Aku pulang
30 Bab 30 Pakar permasalahan
31 Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32 Bab 32 Sahabat beda agama
33 Bab 33 Ayah!
34 Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35 Bab 35 Masa lalu Malik
36 Bab 36 Memohon ampun
37 Bab 37 Bertemu seseorang!
38 Bab 38 Orang baik
39 Bab 39 Teman baru
40 Bab 40 Menolong
41 Bab 41 Pemandangan indah
42 Bab 42 Cahaya iman
43 Bab 43 Semangat kerja
44 Bab 44 Indri Nugroho
45 Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46 Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47 Bab 47 Pindah tugas
48 Bab 48 Merajuk
49 Bab 49 Sepenggal kesakitan
50 Bab 50 Memaafkan
51 Bab 51 Selalu saja begitu!
52 Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53 Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54 Bab 54 SARAH
55 Bab 55 Astaghfirullah!
56 Bab 56 Aib yang viral
57 Bab 57 Hasutan
58 Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59 Bab 59 Bukan putri saya
60 Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61 Bab 61 Abang
62 Bab 62 Malik
63 Bab 63 Permintaan Malik
64 Bab 64 Alhamdulillah
65 Bab 65 Mulai ragu
66 Bab 66 Apa om mencintai mama?
67 Bab 67 Ketegangan
68 Bab 68 Saya setuju
69 Bab 69 Putra, putri
70 Bab 70 Perasaan Indri
71 Bab 71 Jantungan masal
72 Bab 72 Gadis berbaju pink?
73 Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74 Bab 74 Dia bukan putriku!
75 Bab 75 Bersyukur lah .....
76 Bab 76 Ya Allah ...
77 Bab 77 Sah
78 Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79 Bab 79 Musibah di balik Masalah
80 Bab 80 Nikahi Nisa!
81 Bab 81 Pasangan halal
82 Bab 82 Om--
83 Bab 83 Sama-sama sayang
84 Bab 84 Gadis istimewa
85 Bab 85 Umma
86 Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87 Bab 87 Terimakasih, Albi
88 Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89 Bab 89 Gara-gara kue
90 Bab 90 Setitik ujian
91 Bab 91 Pembohong
92 Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93 Bab 93 Albi ada di sini!
94 Bab 94 Lelah
95 Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96 Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97 Bab 97 Sadar
98 Bab 98 Albi mau--
99 Bab 99 Bukan yang pertama
100 Bab 100 Mandi bareng
101 Bab 101 Nona muda
102 Bab 102 Identitas
103 Bab 103 Sama-sama belajar
104 Bab 104 Akan om coba
105 Bab 105 Best husband, I love you!
106 Bab 106 Barakallah fi umrik.
107 Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108 Bab 108 Berita heboh
109 Bab 109 Aku menginginkan mu,
110 Bab 110 Malam mencengkram
111 Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112 Bab 112 Terimakasih bunda
113 Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114 Bab 114 Beri Albi waktu
115 Bab 115 Penjelasan Malik
116 Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117 Bab 117 Merepotkan
118 Bab 118 Bau-bau pelakor
119 Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120 Bab 120 Memata-matai
121 Bab 121 Keputusan Aurel
122 Bab 122 Sekarat
123 Bab 123 Kisah Isabela
124 Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125 Bab 125 Biadab
126 Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127 Bab 127 Mengagumkan
128 Bab 128 Salim
129 Bab 129 Konferensi pers
130 Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131 Bab 131 Kepolosan Nisa
132 Bab 132 Tentang Nisa
133 Minal aidzin wal Faidzin
134 Bab 133 Minta maaf
135 Bab 134 Tubuh saya
136 Bab 135 Keputusan kakek
137 Bab 136 Maafkan saya
138 Bab 137 Resepsi pernikahan
139 Bab 138 Kakek!
140 Bab 139 Aku ibu nya
141 Bab 140 Melahirkan
142 Bab 141 Baby A
143 Bab 142 Kecupan plus-plus
144 Bab 143 Kemarahan Nisa
145 Bab 144 Rindu yang membelenggu
146 Bab 145 Abang terbaik
147 Bab 146 Kangen
148 Bab 147 Sang asisten
149 Bab 148 Aku tak rela
150 Bab 149 Adik untuk baby A
151 Bab 150 Tak sadarkan diri
152 Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153 Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154 Bab 153 Salah faham
155 Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156 Bab 155 Menginap
157 Bab 156 Kabar bahagia
158 Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159 Bab 158 Semoga Istiqomah
160 Bab 159 Lamaran
161 Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162 Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163 Bab 162 Kapan kamu menikah?
164 Bab 163 Dia menendang?
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Bab 1 Tabrakan
2
Bab 2 Aurel
3
Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4
Bab 4 Terus mencari
5
Bab 5 Rumah Adam Hawa
6
Bab 6 Doa pertama
7
Bab 7 Perasaan Aurel
8
Bab 8 Kekesalan Aurel
9
Bab 9 Rasa sakit
10
Bab 10 Tidak adil
11
Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12
Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13
Bab 13 Suara adzan
14
Bab 14 Sikap Aurel
15
Bab 15 Sholat
16
Bab 16 Tiba-tiba berubah
17
Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18
Bab 18 Omong kosong
19
Bab 19 Khawatir
20
Bab 20 Akan tetap percaya
21
Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22
Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23
Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24
Bab 24 Sebuah kejujuran
25
Bab 25 Pergi
26
Bab 26 Isi hati Aurel
27
Bab 27 Saling memaafkan
28
Bab 28 Pertengkaran
29
Bab 29 Aku pulang
30
Bab 30 Pakar permasalahan
31
Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32
Bab 32 Sahabat beda agama
33
Bab 33 Ayah!
34
Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35
Bab 35 Masa lalu Malik
36
Bab 36 Memohon ampun
37
Bab 37 Bertemu seseorang!
38
Bab 38 Orang baik
39
Bab 39 Teman baru
40
Bab 40 Menolong
41
Bab 41 Pemandangan indah
42
Bab 42 Cahaya iman
43
Bab 43 Semangat kerja
44
Bab 44 Indri Nugroho
45
Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46
Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47
Bab 47 Pindah tugas
48
Bab 48 Merajuk
49
Bab 49 Sepenggal kesakitan
50
Bab 50 Memaafkan
51
Bab 51 Selalu saja begitu!
52
Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53
Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54
Bab 54 SARAH
55
Bab 55 Astaghfirullah!
56
Bab 56 Aib yang viral
57
Bab 57 Hasutan
58
Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59
Bab 59 Bukan putri saya
60
Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61
Bab 61 Abang
62
Bab 62 Malik
63
Bab 63 Permintaan Malik
64
Bab 64 Alhamdulillah
65
Bab 65 Mulai ragu
66
Bab 66 Apa om mencintai mama?
67
Bab 67 Ketegangan
68
Bab 68 Saya setuju
69
Bab 69 Putra, putri
70
Bab 70 Perasaan Indri
71
Bab 71 Jantungan masal
72
Bab 72 Gadis berbaju pink?
73
Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74
Bab 74 Dia bukan putriku!
75
Bab 75 Bersyukur lah .....
76
Bab 76 Ya Allah ...
77
Bab 77 Sah
78
Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79
Bab 79 Musibah di balik Masalah
80
Bab 80 Nikahi Nisa!
81
Bab 81 Pasangan halal
82
Bab 82 Om--
83
Bab 83 Sama-sama sayang
84
Bab 84 Gadis istimewa
85
Bab 85 Umma
86
Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87
Bab 87 Terimakasih, Albi
88
Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89
Bab 89 Gara-gara kue
90
Bab 90 Setitik ujian
91
Bab 91 Pembohong
92
Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93
Bab 93 Albi ada di sini!
94
Bab 94 Lelah
95
Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96
Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97
Bab 97 Sadar
98
Bab 98 Albi mau--
99
Bab 99 Bukan yang pertama
100
Bab 100 Mandi bareng
101
Bab 101 Nona muda
102
Bab 102 Identitas
103
Bab 103 Sama-sama belajar
104
Bab 104 Akan om coba
105
Bab 105 Best husband, I love you!
106
Bab 106 Barakallah fi umrik.
107
Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108
Bab 108 Berita heboh
109
Bab 109 Aku menginginkan mu,
110
Bab 110 Malam mencengkram
111
Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112
Bab 112 Terimakasih bunda
113
Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114
Bab 114 Beri Albi waktu
115
Bab 115 Penjelasan Malik
116
Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117
Bab 117 Merepotkan
118
Bab 118 Bau-bau pelakor
119
Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120
Bab 120 Memata-matai
121
Bab 121 Keputusan Aurel
122
Bab 122 Sekarat
123
Bab 123 Kisah Isabela
124
Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125
Bab 125 Biadab
126
Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127
Bab 127 Mengagumkan
128
Bab 128 Salim
129
Bab 129 Konferensi pers
130
Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131
Bab 131 Kepolosan Nisa
132
Bab 132 Tentang Nisa
133
Minal aidzin wal Faidzin
134
Bab 133 Minta maaf
135
Bab 134 Tubuh saya
136
Bab 135 Keputusan kakek
137
Bab 136 Maafkan saya
138
Bab 137 Resepsi pernikahan
139
Bab 138 Kakek!
140
Bab 139 Aku ibu nya
141
Bab 140 Melahirkan
142
Bab 141 Baby A
143
Bab 142 Kecupan plus-plus
144
Bab 143 Kemarahan Nisa
145
Bab 144 Rindu yang membelenggu
146
Bab 145 Abang terbaik
147
Bab 146 Kangen
148
Bab 147 Sang asisten
149
Bab 148 Aku tak rela
150
Bab 149 Adik untuk baby A
151
Bab 150 Tak sadarkan diri
152
Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153
Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154
Bab 153 Salah faham
155
Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156
Bab 155 Menginap
157
Bab 156 Kabar bahagia
158
Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159
Bab 158 Semoga Istiqomah
160
Bab 159 Lamaran
161
Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162
Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163
Bab 162 Kapan kamu menikah?
164
Bab 163 Dia menendang?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!