THE NIGHT MOON
Brak ...
Suara tabrakan begitu kencang membuat seseorang terkejut dengan apa yang terjadi.
Hujan deras di sertai Guntur dan kilat yang terus bersahutan membuat malam ini begitu mencengkam.
Tubuh seorang wanita melayang jauh dari tempat kejadian menandakan jika tabrakan itu bukan tabrakan biasa.
Malik Ibrahim Al-karim mengerjap kan kedua matanya masih shok dengan apa yang barusan ia alami.
Saking shok nya tangannya sampai bergetar melihat tubuh seseorang yang berbaring dengan lumuran darah mengalir terbawa arus hujan.
Malik keluar mobil menghampiri siapa yang ia tabrak.
"Oh tuhan!"
Pekik Malik antara terkejut dan lega jika orang yang ia tabrak masih bernafas.
"Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit?"
Pinta Malik menggendong seorang wanita yang tak sadarkan diri.
Sesudah masuk kedalam mobil Malik langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Sialnya Malik harus membawa mobil hati-hati karena masih takut menabrak lagi apalagi hujan sangat deras.
"Dok, dokter tolong,,"
Teriak Malik menggendong perempuan yang ia tabrak tak peduli bajunya yang basah dengan darah yang terus mengalir mengotori lantai rumah sakit.
Semua orang terkejut melihat kedatangan Malik yang lebih terkejutnya lagi orang yang berada di gendongan Malik.
Dokter langsung meminta Malik masuk ke UGD dan membaringkan perempuan itu di atas bangkar.
Malik keluar ruangan karena dokter harus segera menangani pasien.
Tangan Malik masih bergetar ketakutan jangan sampai perempuan itu mati. Malik tak mau menjadi pembunuh, sungguh Malik sangat takut.
"Maaf tuan, ini barang-barang pasien dan tolong isi surat administrasi di sini,"
Ucap suster membuat Malik langsung mengambil ponsel dan dompet perempuan yang ia tabrak.
Malik mengisi surat administrasi itu dengan tangan gemetar bahkan Malik menuliskan asal nama di sana karena tak tahu siapa yang ia tabrak.
"Ini sus, tolong selamatkan dia?"
Mohon Malik dengan mata berkaca-kaca membuat suster iba menyangka jika pasien istri atau kekasih Malik.
"Tuan banyak berdoa saja semoga pasien selamat dari masa kritisnya,"
"Terimakasih sus."
Sudah mendapatkan data dari Malik sang suster kembali pergi.
Malik duduk di kursi tunggu sesekali melihat ruang UGD yang sendari tadi belum terbuka. Sungguh Malik sangat ketakutan sekali. Entah apa yang membuat Malik sampai ketakutan seperti itu.
Malik melihat ponsel dan dompet di tangannya ingin melihat tapi urung ketika mendengar pintu terbuka.
"Dokter,"
"Alhamdulillah pasien sudah melewati masa kritis. Namun cidera di bagian kepala sangat serius kita doakan saja semoga tidak ada hal yang serius."
"Alhamdulillah."
Ucap Malik mengelus dadanya sangat senang padahal tadi Malik sudah sangat ketakutan.
"Namun, seperti nya satu kakinya mengalami patah tulang--"
"Apa! Ap-apa dia aka--"
"Tenang tuan!"
Ucap dokter lembut menepuk bahu Malik membuat Malik terdiam sadar jika ia salah malah menyela ucapan dokter yang belum selesai menjelaskan.
"Maaf dok?"
"Tidak apa saya mengerti, tuan jangan khawatir walau patah tulang namun tidak sampa patah serius insyaallah tulangnya akan kembali normal dan bisa jalan lagi kalau pasien melakukan terapi."
"Alhamdulillah, apa saya boleh melihatnya?"
"Boleh, tapi tunggu kami akan memindahkannya dulu."
Malik mengangguk mengerti membiarkan dokter masuk kembali. Tak lama dokter dan beberapa sister keluar sambil mendorong bangkar pasien.
Malik mengikuti dari belakang menuju ruang VIP karena memang Malik meminta pasien di rawat dengan benar-benar.
.
Malik menatap seorang gadis cantik walau nampak pucat wajahnya tapi tak melunturkan kecantikannya.
Malik duduk di atas kursi melihat kepala, kaki dan lengannya yang di perban. Kepala dan kaki yang cukup serius Malik berharap kepala Pasien baik-baik saja.
Yang Malik takutkan jika pasien hilang ingatan dan Malik tak tahu harus bagaimana menanganinya. Semoga saja pasien tak mengalami hal buruk.
Malik mengingat kejadian di mana ia harus menabrak pasien.
Malik ingat jelas jika ia bukan menabrak melainkan pasien yang entah sengaja atau tidak memacu motornya kencang ke arah mobilnya. Hingga Malik belum cukup menghindar karena terkejut belum lagi hujan deras yang membuat penglihatannya kurang.
Di lihat dari wajahnya seperti nya pasien masih muda.
Astaghfirullah!
Buru-buru Malik memalingkan wajahnya lalu beranjak menuju sofa di ujung sana.
Seperti nya Malik harus istirahat tak peduli dengan apa yang terjadi besok yang penting Malik sudah menunjukan tanggung jawabnya bahwa ia akan merawat pasien sampai sembuh.
Walau bagaimanapun ini kelalaian Malik karena tak hati-hati dalam mengemudi.
Malik memejamkan kedua matanya berharap hari esok ia menemukan solusi.
.
.
Genangan air masih tersisa di pinggir jalan akibat hujan lebat semalam.
Udara cukup dingin di pagi musim penghujan bahkan para berkendara motor selalu siap membawa jas hujan kemana-mana.
Bahkan para manusia memakai pakaian hangat menjalani aktivitas sehari-hari. Bukan cuma untuk mencegah kedinginan namun mereka juga harus menjaga kesehatan agar tidak sakit saat musim penghujan.
Tatapan kecemasan dan khawatir terlihat jelas di mata seorang wanita yang sedang menatap ke luar jendela kamarnya.
Bahkan matanya yang sembab menandakan jika wanita tersebut habis menangis.
"Dimana kamu sayang, kenapa tak pulang. Maafkan mama yang selalu abai."
Gumam nya merasa sakit dan cemas di mana putri semata wayangnya tak pulang kerumah.
Semua salahnya yang selalu abai pada putrinya hingga putrinya kerap kali jarang pulang kerumah. Namun ketidak pulangan kali ini membuat wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang menginjak kepala empat membuatnya cemas dan takut yang tiba-tiba menghantam dadanya.
"Pulanglah nak, mama janji akan memerhatikan kamu dan akan melakukan apa yang kamu minta."
Tok ... Tok ...
Ketukan pintu membuat wanita cantik itu menghentikan tangisnya.
"Masuk!"
"Maaf nyonya, di luar ada tuan Aga?"
"Baik Bi, suruh tunggu di ruang kerja."
"Baik nyonya!"
Bi Ayu keluar guna menyampaikan titah sang majikan.
"Maaf tuan Aga, nyonya menyuruh tuan tunggu di ruang kerja,"
Tuan Aga langsung beranjak dari duduknya menuju ruang kerja tak lama wanita tadi masuk.
"Apa kamu sudah menemukan keberadaan Aurel?"
"Maaf nyonya, saya belum menemukan nona Aurel. Tapi saya menemukan motor nona Aurel di jalan dalam keadaan rusak!"
"Apa!!"
"Nyonya Indri!"
Aga dengan sigap menahan majikannya agar tidak tumbang ke lantai.
Aga membantu majikannya duduk di sofa dengan nyaman.
"Nyonya tenang ya, saya sudah memerintahkan anak buah saya mencari nona Aurel di setiap rumah sakit."
Indri hanya bisa terisak entah kemana putrinya, Indri takut terjadi sesuatu apalagi hanya Aurel yang ia punya.
Semua salahnya karena selalu abai membuat Aurel menjadi liar. Andai saja waktu bisa di putar Indri akan merubah semuanya.
Entah di mana Aurel sekarang berada sungguh Indri tak bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada putrinya.
"Aga apa kamu sudah bertanya pada teman-teman nya?"
"Mereka tak ada yang tahu nyonya, bahkan teman nona Aurel juga ikut membantu mencari,"
Indri semakin terisak membuat Aga bingung harus bagaimana.
Aga hanya membiarkan pelukannya menjadi penenang. Aga tahu bagaimana perjuangan Indri menjalani hidupnya. Wanita ini cukup menderita dalam rumah tangganya dan kini harus kehilangan putrinya.
"Istirahat lah, saya akan mencari nona Aurel lagi."
"Saya ikut?"
Mohon Indri ingin ikut mencari keberadaan putrinya.
"Tapi kondisi an--"
"Please Aga?"
"Baiklah, bersiaplah nyonya jangan lupa pakai baju hangat."
Indri mengangguk, segera kembali ke kamarnya. Indri harus bisa menemukan keberadaan putrinya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
Jangan lupa juga silaturahmi dengan Author
IG : Rahma Qolayuby
Tiktok: @rahma.qolayuby0110
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments