Bab 19 Khawatir

Acara pengajian sudah selesai, satu persatu orang-orang berangsur pulang.

Malik dan Raja menemani rombongan ustadz untuk jamuan makan. Di sana juga ada keluarga Mawar. Karena setiap acara memang keluarga Mawar selalu menyempatkan waktu untuk hadir.

Sudah selesai jamuan rombongan ustadz pulang. Begitu pun dengan keluarga Mawar.

Malik dan Raja membereskan semuanya di bantu oleh para pengasuh dan anak-anak. Tentu Mawar juga ada karena tak mungkin tak membantu walau keluarganya sudah pulang.

Malik belum sadar akan ketidak adanya Aurel. Karena Malik masih sibuk membereskan semuanya.

Sudah selesai mereka semua istirahat dan Malik mengintruksikan sisanya pada para perawat.

"Alhamdulillah acara kita berjalan dengan lancar!"

Ucap Malik tersenyum puas karena acaranya sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Ya, Alhamdulillah. Semua berkat mba Mawar juga."

Celetuk Raja tersenyum manis menatap Mawar penuh puja. Mawar hanya tersenyum kaku sambil menundukkan pandangannya.

"Ya, mba Mawar memang yang terbaik."

Cetus Bima ikut menimpali membuat Mawar semakin salah tingkah.

"Alhamdulillah semua berkat kerja sama kita!"

"Ya, betul. Terimakasih anak-anak kalian hari ini sudah bekerja keras."

"Maaf mas Malik, mas Raja, anak-anak saya pamit pulang."

"Ya, silahkan mba, Terimakasih untuk hari ini!"

Ucap tulus Malik membuat Mawar mengangguk kaku.

"Ini sudah sore, biar saya yang antar?"

Tawar Raja bangkit dengan penuh semangat mengantar sang pujaan hati.

"Ya, mba di antar sama kak Raja saja!"

Celetuk Marsel mengedipkan sebelah matanya pada Raja.

"It--"

"Tidak apa mba, tenang kami ikut kok agar terjauh dari fitnah."

Seloroh Ara nyengir kuda membuat Mawar tak bisa berkata apa-apa lagi. Sungguh yang Mawar harapkan Malik mengantarnya. Astaghfirullah, batin Mawar.

"Apa tak merepotkan mas Raja?"

"Alhamdulillah tidak, mari nanti takut ke magrib-an!"

Mawar pasrah saja dan ia pun tak bisa menolak toh ada Ara dan juga Marsel yang ikut.

Mawar pamit pada anak-anak lain karena ia harus pulang.

Malik sibuk saja dengan ponselnya entah apa yang ia kerjakan.

Bahkan Malik tak melirik sedikitpun dimana kepulangan Mawar.

"Kak Malik?"

Panggil Sinta dengan wajah paniknya. Membuat Malik merasa heran.

"Ada apa Sinta kenapa berteriak begitu?"

"Maaf kak, Sinta hanya khawatir keadaan kak Aurel?"

Deg ...

Malik terkejut bahkan sampai berdiri dari duduknya mendengar nama Aurel di sebut.

"Ceritakan, ada apa? Emang kenapa dengan kak Aurel?"

"Dari pengajian tadi Kak Aurel menangis pas keluar dari kamar mandi. Sinta pikir kak Aurel sedang sakit perut. Ini Sinta mau bawain makan dan obat tapi sendari tadi tak ada sahutan dari kak Aurel bahkan pintu kamarnya di kunci!"

Jelas Sinta sangat takut terjadi sesuatu pada Aurel.

Bahkan Aurora menangis di depan pintu karena ingin bertemu Aurel tapi pintunya tak di buka.

Malik langsung berlari tanpa menjawab apa-apa. Malik khawatir sampai terjadi sesuatu pada Aurel apalagi memang tadi Malik melihat Aurel tidak tenang.

Dan benar saja pintu kamar Aurel di kunci dari dalam.

Tok .. Tok ...

"Assalamualaikum Aurel, kamu baik-baik saja?"

Ucap Malik sedikit keras namun masih belum ada sahutan dari dalam membuat Malik cemas apalagi Sinta mengatakan Aurel sakit perut.

"Aurel!"

Masih belum ada sahutan membuat Malik semakin gusar.

"Kak, apa kak Aurel baik-baik saja?"

Tanya Aurora dengan Isak tangisnya sungguh Aurora sangat menyayangi Aurel apalagi Aurel selalu memeluknya kalau tidur.

"Aurora tenang ya sayang, kak Aurel baik-baik saja kok!"

"Kak, apa kita dobrak saja!"

Usul Sinta karena takut terjadi sesuatu pa Aurel apalagi mata Aurel bengkak tadi.

"Baiklah, kalian mundur!"

Malik ancang-ancang akan mendobrak pintu kamar Aurel.

Cklek ...

Namun pintu dari dalam terbuka membuat Malik langsung menahan tubuhnya dan berjongkok.

"Kamu baik-baik saja? Kenapa tak menjawab panggilan ku. Kata Sinta kamu sakit perut?"

Aurel menatap Malik dengan keterkejutannya karena akan mendobrak pintu kamarnya. Bahkan Aurel menatap Malik intens yang terlihat cemas akan keadaan nya.

Padahal Aurel sendari tadi kesal karena tidurnya terganggu terpaksa Aurel ke kamar mandi dulu guna mencuci muka agar bengkak di matanya tidak terlalu terlihat.

"Hey, kenapa diam? Apa kamu benar-benar sakit?"

Cemas Malik karena Aurel malah diam apalagi terlihat jelas mata Aurel membengkak.

"Kalau sakit, kita ke rumah sakit ya?"

"No!"

"Kakak!"

Isak Aurora mendekat membuat Aurel menautkan kedua alisnya.

"Sayang, kamu kenapa menangis?"

Tanya Aurel benar-benar bingung dengan semua orang. Apalagi Aurora menangis.

"Kata kak Sinta kakak sakit perut. Aurora takut!"

Cicit Aurora sesenggukan membuat Aurel faham akan semuanya. Jadi ini yang membuat mereka bersikap aneh, batin Aurel.

Jujur saja hati Aurel menghangat mengetahui jika mereka sangat mengkhawatirkan nya apalagi Malik. Aurel tak menyangka jika Malik akan bersikap lebih.

"Perut kakak sudah baik-baik saja kok. Aurora jangan nangis lagi ya."

Aurora mengangguk gemas sambil mengusap air matanya.

"Kakak belum makan?"

ucap Sinta membuat Aurel menatap Sinta.

"Terimakasih dek, tapi kakak belum lapar."

"Kamu harus makan, bukankah kata Sinta perut kamu sakit?"

"It--"

"Ayo makan!"

Tegas Malik mendorong kursi roda Aurora menuju meja makan. Aurel ingin menolak namun melihat wajah cemas Malik membuat Aurel urung. Apalagi Sinta dan Aurora mencemaskannya juga.

"Makanlah?"

"Ayo kak makan, kalau kakak sakit Aurora tak bisa tidur bareng kakak."

"Iya kak, jangan di biarkan nanti perutnya semakin sakit."

Mau tak mau Aurel makan walau tak mau. Tapi melihat wajah Malik, Sinta dan Aurora membuat Aurel tak tega.

Aurel juga tak bisa jujur sebenarnya ia tak sakit. Namun karena tak mau nantinya Malik bertanya lebih, lebih baik Aurel memilih makan saja.

Aurel menghentikan kunyahannya karena merasa tak enak di perhatikan.

"Kami tak lihat kok, ayo lanjut makan?"

Cetus Malik mengalihkan pandangannya begitu pun Sinta dan Aurora kompak. Aurel mengulum senyum geli melihat tingkah tiga orang berbeda usia dan jenis gender.

Aurel yang tadinya tak emut makan sekarang malah jadi lahap karena melihat perhatian Malik.

Mungkin perhatian ini tak akan lagi Aurel rasakan jika ia sudah pergi dari rumah Adam Hawa.

Apalagi kaki Aurel sudah bisa berdiri walau belum bisa berjalan setidaknya Aurel tak usah menggunakan kursi roda lagi hanya perlu tongkat.

"Alhamdulillah!"

Ucap Aurel terbiasa mengikuti setelah makan anak-anak selalu mengucap hamdalah walau doa sesudah makannya Aurel belum hapal mungkin Aurel akan menghafalnya.

Sinta dengan sigap membersihkan bekas makan Aurel.

"Terimakasih dek?"

"Sama-sama kak."

"Aurora sayang, kakak mau bicara sama kak Malik. Aurora main dulu ya di luar sama Sus?"

"Baik kakak, jangan sakit lagi ya nanti Aurora nangis!"

"Iya."

Aurel tersenyum sungguh sangat bahagia di perhatikan oleh Aurora. Bocah itu sangat imut dan menggemaskan.

"Ada apa? Apa perutnya masih sakit?"

Aurel menggeleng cepat dengan jantung berdebar sungguh perhatian Malik membuat Aurel salah tingkah.

"Wajah kamu memerah, jangan bohong. Katakan jika masih sakit?"

Rasanya Aurel ingin tenggelam saja mendengar penuturan Malik. Apa memerah, sungguh sangat memalukan, batin Aurel benar-benar malu kenapa wajahnya merona.

"Tidak! Tapi terimakasih sudah mengkhawatirkan gue."

"Sama-sama. Kalau kamu sakit, aku juga yang repot."

"Jadi loe gak mau kerepotan?"

"Becanda!"

"Cih!"

Aurel berdecak sebal hampir saja ia baper. Tapi, Malik malah menyebalkan.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Tabrakan
2 Bab 2 Aurel
3 Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4 Bab 4 Terus mencari
5 Bab 5 Rumah Adam Hawa
6 Bab 6 Doa pertama
7 Bab 7 Perasaan Aurel
8 Bab 8 Kekesalan Aurel
9 Bab 9 Rasa sakit
10 Bab 10 Tidak adil
11 Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12 Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13 Bab 13 Suara adzan
14 Bab 14 Sikap Aurel
15 Bab 15 Sholat
16 Bab 16 Tiba-tiba berubah
17 Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18 Bab 18 Omong kosong
19 Bab 19 Khawatir
20 Bab 20 Akan tetap percaya
21 Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22 Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23 Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24 Bab 24 Sebuah kejujuran
25 Bab 25 Pergi
26 Bab 26 Isi hati Aurel
27 Bab 27 Saling memaafkan
28 Bab 28 Pertengkaran
29 Bab 29 Aku pulang
30 Bab 30 Pakar permasalahan
31 Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32 Bab 32 Sahabat beda agama
33 Bab 33 Ayah!
34 Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35 Bab 35 Masa lalu Malik
36 Bab 36 Memohon ampun
37 Bab 37 Bertemu seseorang!
38 Bab 38 Orang baik
39 Bab 39 Teman baru
40 Bab 40 Menolong
41 Bab 41 Pemandangan indah
42 Bab 42 Cahaya iman
43 Bab 43 Semangat kerja
44 Bab 44 Indri Nugroho
45 Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46 Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47 Bab 47 Pindah tugas
48 Bab 48 Merajuk
49 Bab 49 Sepenggal kesakitan
50 Bab 50 Memaafkan
51 Bab 51 Selalu saja begitu!
52 Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53 Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54 Bab 54 SARAH
55 Bab 55 Astaghfirullah!
56 Bab 56 Aib yang viral
57 Bab 57 Hasutan
58 Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59 Bab 59 Bukan putri saya
60 Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61 Bab 61 Abang
62 Bab 62 Malik
63 Bab 63 Permintaan Malik
64 Bab 64 Alhamdulillah
65 Bab 65 Mulai ragu
66 Bab 66 Apa om mencintai mama?
67 Bab 67 Ketegangan
68 Bab 68 Saya setuju
69 Bab 69 Putra, putri
70 Bab 70 Perasaan Indri
71 Bab 71 Jantungan masal
72 Bab 72 Gadis berbaju pink?
73 Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74 Bab 74 Dia bukan putriku!
75 Bab 75 Bersyukur lah .....
76 Bab 76 Ya Allah ...
77 Bab 77 Sah
78 Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79 Bab 79 Musibah di balik Masalah
80 Bab 80 Nikahi Nisa!
81 Bab 81 Pasangan halal
82 Bab 82 Om--
83 Bab 83 Sama-sama sayang
84 Bab 84 Gadis istimewa
85 Bab 85 Umma
86 Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87 Bab 87 Terimakasih, Albi
88 Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89 Bab 89 Gara-gara kue
90 Bab 90 Setitik ujian
91 Bab 91 Pembohong
92 Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93 Bab 93 Albi ada di sini!
94 Bab 94 Lelah
95 Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96 Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97 Bab 97 Sadar
98 Bab 98 Albi mau--
99 Bab 99 Bukan yang pertama
100 Bab 100 Mandi bareng
101 Bab 101 Nona muda
102 Bab 102 Identitas
103 Bab 103 Sama-sama belajar
104 Bab 104 Akan om coba
105 Bab 105 Best husband, I love you!
106 Bab 106 Barakallah fi umrik.
107 Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108 Bab 108 Berita heboh
109 Bab 109 Aku menginginkan mu,
110 Bab 110 Malam mencengkram
111 Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112 Bab 112 Terimakasih bunda
113 Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114 Bab 114 Beri Albi waktu
115 Bab 115 Penjelasan Malik
116 Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117 Bab 117 Merepotkan
118 Bab 118 Bau-bau pelakor
119 Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120 Bab 120 Memata-matai
121 Bab 121 Keputusan Aurel
122 Bab 122 Sekarat
123 Bab 123 Kisah Isabela
124 Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125 Bab 125 Biadab
126 Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127 Bab 127 Mengagumkan
128 Bab 128 Salim
129 Bab 129 Konferensi pers
130 Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131 Bab 131 Kepolosan Nisa
132 Bab 132 Tentang Nisa
133 Minal aidzin wal Faidzin
134 Bab 133 Minta maaf
135 Bab 134 Tubuh saya
136 Bab 135 Keputusan kakek
137 Bab 136 Maafkan saya
138 Bab 137 Resepsi pernikahan
139 Bab 138 Kakek!
140 Bab 139 Aku ibu nya
141 Bab 140 Melahirkan
142 Bab 141 Baby A
143 Bab 142 Kecupan plus-plus
144 Bab 143 Kemarahan Nisa
145 Bab 144 Rindu yang membelenggu
146 Bab 145 Abang terbaik
147 Bab 146 Kangen
148 Bab 147 Sang asisten
149 Bab 148 Aku tak rela
150 Bab 149 Adik untuk baby A
151 Bab 150 Tak sadarkan diri
152 Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153 Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154 Bab 153 Salah faham
155 Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156 Bab 155 Menginap
157 Bab 156 Kabar bahagia
158 Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159 Bab 158 Semoga Istiqomah
160 Bab 159 Lamaran
161 Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162 Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163 Bab 162 Kapan kamu menikah?
Episodes

Updated 163 Episodes

1
Bab 1 Tabrakan
2
Bab 2 Aurel
3
Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4
Bab 4 Terus mencari
5
Bab 5 Rumah Adam Hawa
6
Bab 6 Doa pertama
7
Bab 7 Perasaan Aurel
8
Bab 8 Kekesalan Aurel
9
Bab 9 Rasa sakit
10
Bab 10 Tidak adil
11
Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12
Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13
Bab 13 Suara adzan
14
Bab 14 Sikap Aurel
15
Bab 15 Sholat
16
Bab 16 Tiba-tiba berubah
17
Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18
Bab 18 Omong kosong
19
Bab 19 Khawatir
20
Bab 20 Akan tetap percaya
21
Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22
Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23
Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24
Bab 24 Sebuah kejujuran
25
Bab 25 Pergi
26
Bab 26 Isi hati Aurel
27
Bab 27 Saling memaafkan
28
Bab 28 Pertengkaran
29
Bab 29 Aku pulang
30
Bab 30 Pakar permasalahan
31
Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32
Bab 32 Sahabat beda agama
33
Bab 33 Ayah!
34
Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35
Bab 35 Masa lalu Malik
36
Bab 36 Memohon ampun
37
Bab 37 Bertemu seseorang!
38
Bab 38 Orang baik
39
Bab 39 Teman baru
40
Bab 40 Menolong
41
Bab 41 Pemandangan indah
42
Bab 42 Cahaya iman
43
Bab 43 Semangat kerja
44
Bab 44 Indri Nugroho
45
Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46
Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47
Bab 47 Pindah tugas
48
Bab 48 Merajuk
49
Bab 49 Sepenggal kesakitan
50
Bab 50 Memaafkan
51
Bab 51 Selalu saja begitu!
52
Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53
Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54
Bab 54 SARAH
55
Bab 55 Astaghfirullah!
56
Bab 56 Aib yang viral
57
Bab 57 Hasutan
58
Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59
Bab 59 Bukan putri saya
60
Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61
Bab 61 Abang
62
Bab 62 Malik
63
Bab 63 Permintaan Malik
64
Bab 64 Alhamdulillah
65
Bab 65 Mulai ragu
66
Bab 66 Apa om mencintai mama?
67
Bab 67 Ketegangan
68
Bab 68 Saya setuju
69
Bab 69 Putra, putri
70
Bab 70 Perasaan Indri
71
Bab 71 Jantungan masal
72
Bab 72 Gadis berbaju pink?
73
Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74
Bab 74 Dia bukan putriku!
75
Bab 75 Bersyukur lah .....
76
Bab 76 Ya Allah ...
77
Bab 77 Sah
78
Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79
Bab 79 Musibah di balik Masalah
80
Bab 80 Nikahi Nisa!
81
Bab 81 Pasangan halal
82
Bab 82 Om--
83
Bab 83 Sama-sama sayang
84
Bab 84 Gadis istimewa
85
Bab 85 Umma
86
Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87
Bab 87 Terimakasih, Albi
88
Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89
Bab 89 Gara-gara kue
90
Bab 90 Setitik ujian
91
Bab 91 Pembohong
92
Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93
Bab 93 Albi ada di sini!
94
Bab 94 Lelah
95
Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96
Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97
Bab 97 Sadar
98
Bab 98 Albi mau--
99
Bab 99 Bukan yang pertama
100
Bab 100 Mandi bareng
101
Bab 101 Nona muda
102
Bab 102 Identitas
103
Bab 103 Sama-sama belajar
104
Bab 104 Akan om coba
105
Bab 105 Best husband, I love you!
106
Bab 106 Barakallah fi umrik.
107
Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108
Bab 108 Berita heboh
109
Bab 109 Aku menginginkan mu,
110
Bab 110 Malam mencengkram
111
Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112
Bab 112 Terimakasih bunda
113
Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114
Bab 114 Beri Albi waktu
115
Bab 115 Penjelasan Malik
116
Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117
Bab 117 Merepotkan
118
Bab 118 Bau-bau pelakor
119
Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120
Bab 120 Memata-matai
121
Bab 121 Keputusan Aurel
122
Bab 122 Sekarat
123
Bab 123 Kisah Isabela
124
Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125
Bab 125 Biadab
126
Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127
Bab 127 Mengagumkan
128
Bab 128 Salim
129
Bab 129 Konferensi pers
130
Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131
Bab 131 Kepolosan Nisa
132
Bab 132 Tentang Nisa
133
Minal aidzin wal Faidzin
134
Bab 133 Minta maaf
135
Bab 134 Tubuh saya
136
Bab 135 Keputusan kakek
137
Bab 136 Maafkan saya
138
Bab 137 Resepsi pernikahan
139
Bab 138 Kakek!
140
Bab 139 Aku ibu nya
141
Bab 140 Melahirkan
142
Bab 141 Baby A
143
Bab 142 Kecupan plus-plus
144
Bab 143 Kemarahan Nisa
145
Bab 144 Rindu yang membelenggu
146
Bab 145 Abang terbaik
147
Bab 146 Kangen
148
Bab 147 Sang asisten
149
Bab 148 Aku tak rela
150
Bab 149 Adik untuk baby A
151
Bab 150 Tak sadarkan diri
152
Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153
Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154
Bab 153 Salah faham
155
Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156
Bab 155 Menginap
157
Bab 156 Kabar bahagia
158
Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159
Bab 158 Semoga Istiqomah
160
Bab 159 Lamaran
161
Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162
Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163
Bab 162 Kapan kamu menikah?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!