"Berisik!!"
Geram Aurel sangat murka tidurnya terganggu. Sungguh Aurel baru bisa tidur jam tiga pagi dan kini Aurel sangat kesal mendengar ke-berisik-kan di luar.
Aurel menutup telinganya mendengar nyanyian aneh lagi.
Entah nyanyian apa membuat telinga Aurel sakit.
"Kakak cantik kenapa?"
Tanya Aurora sambil mengucek kedua matanya sambil menguap.
"Tidak!"
"Oh, sudah adzan subuh. Kakak Aurora mau sholat subuh dulu!"
Gadis kecil itu perlahan turun dari ranjang berlari keluar karena sudah biasa bangun pagi dan sholat subuh berjamaah.
"Sialan, nyanyian apa sih membuat telinga gue sakit!"
Geram Aurel berusaha mendudukkan pantatnya menatap horor Aurora yang baru saja keluar kamarnya.
Belum lagi suara anak-anak yang nampak berlarian membuat Aurel semakin kesal. Kenapa hidupnya harus begini, sial.
Aurel berusaha meraih kursi rodanya, ia ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan susah payah Aurel bisa duduk di atas kursi roda walau harus menahan sakit yang luar biasa pada kaki kirinya.
Aurel menekan tombol membuat kursi roda itu maju sendiri.
"Ayo anak-anak jangan berisik, rapihkan barisan kalian."
Anak-anak langsung merapihkan barisannya dan Bima mulai Iqamah.
Aurel terus mengarahkan kursi rodanya di mana di sebelah rumah ada sebuah mushola di mana mushola tersebut terbuat dari sebagian dindingnya kaca hingga membuat Aurel bisa dengan jelas melihat apa yang sedang mereka lakukan.
"Gerakan apa yang mereka lakukan, apa itu olahraga baru, gerakannya sangat aneh!"
Gumam Aurel benar-benar merasa heran dengan apa yang anak-anak lakukan. Sungguh melihatnya saja membuat kepala Aurel pusing.
Belum lagi mendengar lagu-lagu aneh yang Malik lantunkan. Sungguh rasanya kelapa Aurel ingin pecah.
Aurel kembali ke kamarnya karena merasa pusing melihat apa yang orang-orang lakukan.
Lebih baik Aurel memilih tidur kembali karena masih ngantuk.
"Sial, kaki gue!"
Geram Aurel sungguh benar-benar kesal kenapa kakinya sangat sakit sekali.
Aurel harus segera sembuh ia tak mau berada di lingkungan yang aneh.
Sudah selesai sholat dan doa bersama semua anak-anak langsung membereskan kembali sajadah mereka.
Karena hari ini hari libur biasanya anak-anak akan gotong royong membersihkan rumah.
"Aurora sini?"
"Iya kak Malik,"
Aurora duduk di hadapan Malik dengan imut masih menggunakan mukena.
"Sinta tolong kakak pantau anak-anak ya bersih-bersih kakak mau bicara sama Aurora dulu?"
"Baik kak."
Malik menatap Aurora lembut sambil mengelus kepala Aurora.
"Bagaimana tidur Aurora, tidak menyusahkan kak Aurel kan?"
"Nyenyak kak, tidak!"
"Bagus, nanti tidur sama kak Sinta y--"
"Gak mau, Aurora mau terus sama kakak cantik. Tubuh kak Aurel sangat wangi Aurora suka. Apalagi Aurora bisa peluk kakak cantik, sangat hangat dan nyaman. Kak Malik apa begitu rasanya pelukan seorang ibu?"
Deg ....
Malik terdiam menatap Aurora sendu sungguh Malik merasa kasihan melihat mata memerah Aurora.
Aurora memang yang paling kecil di antara yang lain. Wajar Aurora belum mengerti apa-apa dan membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Sedangkan anak-anak yang lain sudah memasuki SMP dan satu-satunya Sinta yang sudah SMA dan kini Aurora yang paling kecil.
"Sayang kaki kak Aurel kan masih sakit bagaimana kalau kak Aurel kesakitan ke tendang oleh Aurora?"
"Aurora janji gak akan menyakiti kak Aurel, boleh ya kak Malik?"
Malik menghela nafas berat bagaimana cara membujuknya sungguh Malik tak tega. Tapi Malik juga tak enak pada Aurel apalagi Aurel sangat jelas menunjukan tak suka pada anak kecil.
Apalagi sikapnya yang ketus dan masa bodo bahkan omongannya tak bisa di saring. Membuat Malik takut Aurel mengajarkan hal yang tidak-tidak.
"Nanti kakak bicara dulu sama kak Aurel ya. Sekarang Aurora bantu yang lain!"
"Baik kak Malik!"
Malik menghela nafas berat baru kali ini Aurora nyaman dengan orang baru bahkan dulu dengan Mawar pun Aurora tidak seperti ini. Butuh dua Minggu bagi Mawar mendapatkan hati Aurora.
Malik menyelesaikan wiridan nya lantas melipat sajadah. Malik tersenyum melihat anak-anak kompak bersih-bersih, sejenak Malik menghentikan langkahnya melihat pintu kamar Aurel.
"Aku lupa bertanya, apa Aurel sudah bangun atau tidak."
Gumam Malik langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar dia.
Malik mengganti sarung dan baju koko nya dengan baju santai. Lalu kembali turun guna membantu anak-anak bersih-bersih.
Sudah nyapu, ngepel kini tinggal halaman dan lapang yang belum di sapu. Malik mulai membersihkan satu persatu anak-anak membantu karena sudah selesai dengan pekerjaan masing-masing.
Rasa lelah dan letih semuanya mereka rasakan namun wajah mereka nampak bahagia.
Sudah selesai semuanya nampak istirahat di lapangan tempat anak-anak bermain. Sang pengasuh membawakan minuman untuk anak-anak dan juga Malik.
"Ayo anak-anak minum dulu,"
Ucap sang pengasuh memberikan minum membuat anak-anak langsung mengantri.
Sinta mengambilkan minum untuk Malik membuat Malik tersenyum. Sungguh Malik sangat bersyukur Tuhan mempertemukan dia dengan anak-anak. Di sini Malik merasakan kehidupan yang sesungguhnya.
"Kalau sudah selesai jangan lupa mandi, nanti kita sarapan bersama!"
"Siap kak Malik."
Anak-anak kembali kedalam rumah guna membersihkan dirinya sendiri.
"Apa Aurel belum bangun!"
Gumam Malik ini sudah jam setengah tujuh apa Aurel masih tidur. Sungguh Malik tak menyangka jika Aurel sangat tabu dalam masalah agama. Bahkan Malik sampai terkejut mendengar Aurel menyebut suara adzan seperti sebuah nyanyian.
Malik menghela nafas berat seperti nya harus sedikit-sedikit mengajari Aurel dan menyadarkan jika Tuhan itu tak jahat.
Entah kenapa Malik sangat penasaran sekali dengan kehidupan Aurel. Walau dulu Malik juga sangat jauh dari kata baik dalam mengenal agama namun setidaknya Malik tahu itu adzan dan sholat tapi berbeda dengan Aurel.
Sudah selesai membersihkan diri Malik segera turun di mana anak-anak sudah duduk di meja masing-masing. Malik tidak mendapati Aurel. Apa jam segini masih belum bangun, pikir Malik.
"Kak, seperti nya kak Aurel belum bangun,"
Ucap Sinta menghampiri Malik membuat Malik menghela nafas pelan. Tak mungkin bagi Malik masuk ke kamar Aurel.
"Kamu masuk saja langsung, tak apa?"
"Baik kak."
Sinta kembali ke kamar Aurel tak lama Malik mengikuti setelah menyuruh anak-anak sarapan terlebih dahulu.
Sinta memberanikan diri masuk karena masih tak ada sahutan dari dalam.
Di atas ranjang kosong lantas kemana Aurel pergi.
Cklek ...
Sinta menatap ke arah kamar mandi ternyata Aurel keluar dari sana.
"Maaf kak, Sinta masuk soalnya dari tadi kakak tak menyahut."
"Tak apa!"
Jawab datar Aurel mendekat sungguh Aurel sudah sangat pusing karena lagi-lagi tidurnya terganggu gara-gara anak-anak bersih-bersih.
Aurel menatap Sinta intens gadis ayu dengan jilbab yang menutupi kepalanya. Mana mau Aurel meminjam baju Sinta.
Sungguh Aurel sangat frustasi ia ingin mandi tapi tak ada baju ganti.
"Di mana kakak kalian?"
"Kak Malik?"
"Iya!"
"Ada di luar."
Aurel tanpa menjawab lagi ia keluar di ikuti Sinta yang tak mengerti.
Malik berbalik ketika mendengar suara pintu terbuka.
"Hey, kau!"
"Ada apa, kamu baru bangun ayo sarapan?"
"Tidak, gue pinjam baju loe?"
"Hah!"
Malik maupun Sinta menganga tak percaya dengan apa yang di ucapkan Aurel.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Jumi Saddah
semangat,emank tidk mudh mengubah sifat dn kebiasaan aurel,,,buat aurel terbiasa dlu,,atau lwat si de2 cantik deh,,
2024-01-15
2