Bab 10 Tidak adil

Sudah makan malam Aurel memilih menikmati udara malam sambil menatap ke atas sana melihat taburan bintang.

Malam yang sangat indah sungguh Aurel sangat menyukainya.

"Sayang tak ada bulan!"

Gumam Aurel merasa ada yang kurang namun Aurel jadi teringat akan mangsa terakhirnya.

Entah apa yang Aurel pikiran sungguh hanya dia seorang yang tahu.

"Kenapa diam di luar?"

"Hey, lo mau apa, lepas!"

Teriak Aurel tak terima ketika Malik mendorong kursi rodanya masuk ke dalam.

"Di luar dingin tak baik untuk kesehatan mu,"

"Sialan lo, ganggu saja!"

Malik menghela nafas berat kenapa Aurel sulit sekali di ajak kerja sama agar tak menggunakan kata Lo and Gue.

"Aurel, saya tak tahu bagaimana kehidupan kamu dulu. Tapi bisakah kamu tak menggunakan kata Lo and Gue. Di sini banyak anak-anak, please?"

Mohon Malik tak suka, Malik takut anak-anak malah menurutinya.

"Gue gak bisa!"

"Saya yakin kamu bisa!"

Aurel memalingkan wajahnya merasa tak nyaman dengan tatapan Malik.

"Aku tak akan memaksa tapi setidaknya belajarlah."

"Akan gue usahakan."

"Terimakasih, saya tahu kamu orang baik!"

Ucap Malik tersenyum lega namun ucapan itu malah mendapat tatapan tajam dari Aurel. Entah kenapa Aurel tak senang akan dirinya di katakan baik. Mengingat kelakukan Aurel yang jauh dari kata baik.

"Ini baju-baju untuk kamu, semoga kamu suka."

"Awas lo, jika beli baju aneh-aneh!"

"Tidak, saya yakin kamu suka."

"Gue ingin lihat,"

"Tidak, kamu lihat di dalam kamar saja. Ini sudah malam, kamu harus istirahat!"

"Tidak, gue ingin melihatnya."

Ketus Aurel mulai membuka Tate bag nya mengeluarkan baju-baju yang di beli Malik.

"Oh no, Malik!!!"

Teriak Aurel melotot tajam melihat baju-baju yang Malik beli. Sedang Malik sudah berlari ke atas sana.

"Ada apa kakak?"

Tanya anak-anak keluar kamarnya karena terkejut mendengar teriakan Aurel.

"Tidak ada, anak-anak kembali masuk ke dalam kamar!"

Perintah Malik membuat anak-anak kembali masuk dengan wajah bantalnya.

Aurel benar-benar kesal dengan apa yang Malik lakukan. Andai saja kakinya sudah sembuh Aurel pasti akan menendang bokong Malik.

Aurel bergidik ngeri melihat baju yang Malik belikan. Sungguh ini bukan selera Aurel bahkan di katakan jauh.

Bagaimana penampilannya memakai baju-baju aneh itu seperti nya kecantikan Aurel hilang seketika.

Aurel adalah gadis bebas yang selalu berpakaian seksi kemanapun ia pergi dan kini Malik membelikannya baju aneh yang menelan tubuhnya.

"Sial!"

Geram Aurel ketika akan melempar baju tersebut namun Aurel tahan karena ia tak mungkin membuangnya, mau memakai apa nanti.

Terpaksa Aurel membawa baju-baju aneh tersebut masuk kedalam kamar.

Aurel terdiam sejenak melihat Aurora yang tertidur pulas di atas ranjangnya.

Aurel menghela nafas kenapa ia harus tidur lagi bersama anak kecil. Mereka pikir gue emak nya, pikir Aurel geram.

Namun lagi-lagi melihat wajah polos Aurora membuat Aurel tak tega. Entah bagaimana Aurel mempunyai perasaan seperti itu.

Aurel menyimpan baju-baju yang di beli Malik di atas nakas. Aurel berusaha naik keatas ranjang dengan susah payah.

Setiap tergerak kakinya akan terasa ngilu. Namun Aurel berusaha menahannya.

Besok jadwal ia terapi semoga saja kaki nya bisa cepat sembuh.

Aurel membaringkan dirinya di samping Aurora entah kenapa bocah ini mau tidur dengannya.

Bahkan Aurora tak menunjukan rasa takutnya sama sekali. Padahal Aurel selalu ketus dan tak peduli.

Aurel memejamkan kedua matanya berharap hari esok tak membuat pikirannya pusing.

.

.

Allahuakbar .. Allahuakbar ...

Suara adzan subuh berkumandang membuat anak-anak sudah bersiap pergi ke mushola untuk sholat subuh berjamaah.

Seperti biasa Malik yang menjadi imam nya.

"Suara ini lagi!"

Geram Aurel sungguh pusing lagi-lagi tidur ya terganggu.

Aurel benar-benar kesal mendengar suara adzan yang terdengar di mana-mana kenapa berisik sekali dan entah berapa kali terdengar dalam satu hari dan di ulang-ulang lagi.

Aurel menutup telinganya kesal namun suara itu seolah terus terngiang membuat Aurel tanpa sadar mendudukkan dirinya sendiri sambil mengusap wajahnya kasar.

Untung saja Aurora sudah tak ada hingga tak perlu mendengarkan umpatan kasar Aurel jika tidak Aurora pasti akan ketakutan.

"Oh sitt, kaki gue!!"

Teriak Aurel menggeram sakit lupa jika kaki kirinya sakit. Rasanya Aurel ingin menangis kenapa hidupnya begini amat.

Aurel menyibak selimut menatap kaki kirinya. Entah kapan kakinya bisa berjalan lagi sungguh Aurel sangat pusing tinggal di sini.

Karena tidak bisa tidur Aurel berusaha meraih kursi roda. Ia merasa gerah dan butuh mandi untuk menjernihkan pikirannya.

Sudah susah payah mandi walau harus meringis menahan sakit tapi Aurel tak peduli yang penting badannya segar.

"Apa gue harus memakai baju aneh ini, sialan lo Malik!"

Umpat Aurel terpaksa harus memakai baju gamis yang Malik berikan.

Rasanya Aurel ingin menangis melihat penampilannya yang sungguh mengerikan.

Aurel duduk tenang di atas kursi roda lalu berniat keluar.

"Tumben bangun pagi-pagi dan sudah rapi?"

Cetus Malik yang sedang menuruni anak tangga. Aurel memutar bola matanya malas melihat Malik. Sungguh rasanya Aurel ingin menghancurkan wajah datar itu.

Malik melewati Aurel begitu saja membuat Aurel benar-benar semakin kesal. Mana baju yang ia pakai terasa tak nyaman di pakai dan ini sangat gerah bahkan seolah menelan Aurel hidup-hidup.

"Sudah sarapannya, anak-anak?"

"Sudah kak Malik."

"Baik, belajar yang rajin ingat jangan berurusan dengan hal yang tidak perlu?"

"Baik kak."

Satu persatu anak-anak Salim pada Malik sebelum berangkat sekolah.

Aurel hanya memerhatikan saja melihat anak-anak Salim pada Malik di mana Malik sambil memberikan uang jajan pada anak-anak.

Namun, uang jajan yang di berikan Malik pada Sinta sangat berbeda dengan anak-anak lain. Membuat Aurel bingung kenapa tak sama, apa Malik pilih kasih, pikir Aurel tak suka.

Melihat apa yang Malik lakukan membuat Aurel mengingat perlakukan sang ayah yang tak pernah adil dalam memperlakukannya.

"Semua laki-laki sama!"

Geram Aurel memutar kursi rodanya namun tertahan ketika anak-anak juga menghampirinya. Mereka semua juga mencium punggung tangan Aurel dengan takzim.

Rumah menjadi sepi ketika anak-anak sudah berangkat sekolah. Begitupun dengan Aurora yang khusus di antar oleh pengasuh karena Aurora masih sekolah TK.

"Kenapa masih diam di situ, sini kita sarapan dulu sebelum berangkat?"

"Cih, gue pikir lo lupa."

"Aku tak akan lupa karena kamu tanggung jawab ku!"

Deg ...

Entah kenapa hati Aurel berdesir setiap kali mendengar Malik mengucapkan kata tanggung jawab.

Andai kata itu terucap dari bibir sang ayah mungkin Aurel merasa bahagia. Malik orang lain namun kenapa Malik mau menolongnya padahal mereka hanya orang asing, pikir Aurel.

"Hey, cepat nanti kita terlambat!"

Aurel tak mengucap apa-apa lagi, ia menghampiri Malik lalu sarapan.

"Jangan lupa baca doa makan?"

"Gue tak tahu dan masa bodo."

"Jangan begitu, kita harus baca doa dulu sebelum makan supaya apa yang kita makan menjadi berkah dan juga bentuk rasa syukur kita pada Tuhan."

"Masa bodo!"

Malik menggelengkan kepala melihat tingkah Aurel yang langsung makan.

"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar.

(Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka)."

Doa Malik baru ia langsung makan dengan tenang.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Tabrakan
2 Bab 2 Aurel
3 Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4 Bab 4 Terus mencari
5 Bab 5 Rumah Adam Hawa
6 Bab 6 Doa pertama
7 Bab 7 Perasaan Aurel
8 Bab 8 Kekesalan Aurel
9 Bab 9 Rasa sakit
10 Bab 10 Tidak adil
11 Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12 Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13 Bab 13 Suara adzan
14 Bab 14 Sikap Aurel
15 Bab 15 Sholat
16 Bab 16 Tiba-tiba berubah
17 Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18 Bab 18 Omong kosong
19 Bab 19 Khawatir
20 Bab 20 Akan tetap percaya
21 Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22 Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23 Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24 Bab 24 Sebuah kejujuran
25 Bab 25 Pergi
26 Bab 26 Isi hati Aurel
27 Bab 27 Saling memaafkan
28 Bab 28 Pertengkaran
29 Bab 29 Aku pulang
30 Bab 30 Pakar permasalahan
31 Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32 Bab 32 Sahabat beda agama
33 Bab 33 Ayah!
34 Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35 Bab 35 Masa lalu Malik
36 Bab 36 Memohon ampun
37 Bab 37 Bertemu seseorang!
38 Bab 38 Orang baik
39 Bab 39 Teman baru
40 Bab 40 Menolong
41 Bab 41 Pemandangan indah
42 Bab 42 Cahaya iman
43 Bab 43 Semangat kerja
44 Bab 44 Indri Nugroho
45 Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46 Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47 Bab 47 Pindah tugas
48 Bab 48 Merajuk
49 Bab 49 Sepenggal kesakitan
50 Bab 50 Memaafkan
51 Bab 51 Selalu saja begitu!
52 Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53 Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54 Bab 54 SARAH
55 Bab 55 Astaghfirullah!
56 Bab 56 Aib yang viral
57 Bab 57 Hasutan
58 Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59 Bab 59 Bukan putri saya
60 Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61 Bab 61 Abang
62 Bab 62 Malik
63 Bab 63 Permintaan Malik
64 Bab 64 Alhamdulillah
65 Bab 65 Mulai ragu
66 Bab 66 Apa om mencintai mama?
67 Bab 67 Ketegangan
68 Bab 68 Saya setuju
69 Bab 69 Putra, putri
70 Bab 70 Perasaan Indri
71 Bab 71 Jantungan masal
72 Bab 72 Gadis berbaju pink?
73 Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74 Bab 74 Dia bukan putriku!
75 Bab 75 Bersyukur lah .....
76 Bab 76 Ya Allah ...
77 Bab 77 Sah
78 Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79 Bab 79 Musibah di balik Masalah
80 Bab 80 Nikahi Nisa!
81 Bab 81 Pasangan halal
82 Bab 82 Om--
83 Bab 83 Sama-sama sayang
84 Bab 84 Gadis istimewa
85 Bab 85 Umma
86 Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87 Bab 87 Terimakasih, Albi
88 Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89 Bab 89 Gara-gara kue
90 Bab 90 Setitik ujian
91 Bab 91 Pembohong
92 Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93 Bab 93 Albi ada di sini!
94 Bab 94 Lelah
95 Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96 Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97 Bab 97 Sadar
98 Bab 98 Albi mau--
99 Bab 99 Bukan yang pertama
100 Bab 100 Mandi bareng
101 Bab 101 Nona muda
102 Bab 102 Identitas
103 Bab 103 Sama-sama belajar
104 Bab 104 Akan om coba
105 Bab 105 Best husband, I love you!
106 Bab 106 Barakallah fi umrik.
107 Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108 Bab 108 Berita heboh
109 Bab 109 Aku menginginkan mu,
110 Bab 110 Malam mencengkram
111 Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112 Bab 112 Terimakasih bunda
113 Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114 Bab 114 Beri Albi waktu
115 Bab 115 Penjelasan Malik
116 Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117 Bab 117 Merepotkan
118 Bab 118 Bau-bau pelakor
119 Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120 Bab 120 Memata-matai
121 Bab 121 Keputusan Aurel
122 Bab 122 Sekarat
123 Bab 123 Kisah Isabela
124 Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125 Bab 125 Biadab
126 Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127 Bab 127 Mengagumkan
128 Bab 128 Salim
129 Bab 129 Konferensi pers
130 Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131 Bab 131 Kepolosan Nisa
132 Bab 132 Tentang Nisa
133 Minal aidzin wal Faidzin
134 Bab 133 Minta maaf
135 Bab 134 Tubuh saya
136 Bab 135 Keputusan kakek
137 Bab 136 Maafkan saya
138 Bab 137 Resepsi pernikahan
139 Bab 138 Kakek!
140 Bab 139 Aku ibu nya
141 Bab 140 Melahirkan
142 Bab 141 Baby A
143 Bab 142 Kecupan plus-plus
144 Bab 143 Kemarahan Nisa
145 Bab 144 Rindu yang membelenggu
146 Bab 145 Abang terbaik
147 Bab 146 Kangen
148 Bab 147 Sang asisten
149 Bab 148 Aku tak rela
150 Bab 149 Adik untuk baby A
151 Bab 150 Tak sadarkan diri
152 Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153 Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154 Bab 153 Salah faham
155 Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156 Bab 155 Menginap
157 Bab 156 Kabar bahagia
158 Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159 Bab 158 Semoga Istiqomah
160 Bab 159 Lamaran
161 Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162 Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163 Bab 162 Kapan kamu menikah?
164 Bab 163 Dia menendang?
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Bab 1 Tabrakan
2
Bab 2 Aurel
3
Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4
Bab 4 Terus mencari
5
Bab 5 Rumah Adam Hawa
6
Bab 6 Doa pertama
7
Bab 7 Perasaan Aurel
8
Bab 8 Kekesalan Aurel
9
Bab 9 Rasa sakit
10
Bab 10 Tidak adil
11
Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12
Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13
Bab 13 Suara adzan
14
Bab 14 Sikap Aurel
15
Bab 15 Sholat
16
Bab 16 Tiba-tiba berubah
17
Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18
Bab 18 Omong kosong
19
Bab 19 Khawatir
20
Bab 20 Akan tetap percaya
21
Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22
Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23
Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24
Bab 24 Sebuah kejujuran
25
Bab 25 Pergi
26
Bab 26 Isi hati Aurel
27
Bab 27 Saling memaafkan
28
Bab 28 Pertengkaran
29
Bab 29 Aku pulang
30
Bab 30 Pakar permasalahan
31
Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32
Bab 32 Sahabat beda agama
33
Bab 33 Ayah!
34
Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35
Bab 35 Masa lalu Malik
36
Bab 36 Memohon ampun
37
Bab 37 Bertemu seseorang!
38
Bab 38 Orang baik
39
Bab 39 Teman baru
40
Bab 40 Menolong
41
Bab 41 Pemandangan indah
42
Bab 42 Cahaya iman
43
Bab 43 Semangat kerja
44
Bab 44 Indri Nugroho
45
Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46
Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47
Bab 47 Pindah tugas
48
Bab 48 Merajuk
49
Bab 49 Sepenggal kesakitan
50
Bab 50 Memaafkan
51
Bab 51 Selalu saja begitu!
52
Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53
Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54
Bab 54 SARAH
55
Bab 55 Astaghfirullah!
56
Bab 56 Aib yang viral
57
Bab 57 Hasutan
58
Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59
Bab 59 Bukan putri saya
60
Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61
Bab 61 Abang
62
Bab 62 Malik
63
Bab 63 Permintaan Malik
64
Bab 64 Alhamdulillah
65
Bab 65 Mulai ragu
66
Bab 66 Apa om mencintai mama?
67
Bab 67 Ketegangan
68
Bab 68 Saya setuju
69
Bab 69 Putra, putri
70
Bab 70 Perasaan Indri
71
Bab 71 Jantungan masal
72
Bab 72 Gadis berbaju pink?
73
Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74
Bab 74 Dia bukan putriku!
75
Bab 75 Bersyukur lah .....
76
Bab 76 Ya Allah ...
77
Bab 77 Sah
78
Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79
Bab 79 Musibah di balik Masalah
80
Bab 80 Nikahi Nisa!
81
Bab 81 Pasangan halal
82
Bab 82 Om--
83
Bab 83 Sama-sama sayang
84
Bab 84 Gadis istimewa
85
Bab 85 Umma
86
Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87
Bab 87 Terimakasih, Albi
88
Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89
Bab 89 Gara-gara kue
90
Bab 90 Setitik ujian
91
Bab 91 Pembohong
92
Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93
Bab 93 Albi ada di sini!
94
Bab 94 Lelah
95
Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96
Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97
Bab 97 Sadar
98
Bab 98 Albi mau--
99
Bab 99 Bukan yang pertama
100
Bab 100 Mandi bareng
101
Bab 101 Nona muda
102
Bab 102 Identitas
103
Bab 103 Sama-sama belajar
104
Bab 104 Akan om coba
105
Bab 105 Best husband, I love you!
106
Bab 106 Barakallah fi umrik.
107
Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108
Bab 108 Berita heboh
109
Bab 109 Aku menginginkan mu,
110
Bab 110 Malam mencengkram
111
Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112
Bab 112 Terimakasih bunda
113
Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114
Bab 114 Beri Albi waktu
115
Bab 115 Penjelasan Malik
116
Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117
Bab 117 Merepotkan
118
Bab 118 Bau-bau pelakor
119
Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120
Bab 120 Memata-matai
121
Bab 121 Keputusan Aurel
122
Bab 122 Sekarat
123
Bab 123 Kisah Isabela
124
Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125
Bab 125 Biadab
126
Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127
Bab 127 Mengagumkan
128
Bab 128 Salim
129
Bab 129 Konferensi pers
130
Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131
Bab 131 Kepolosan Nisa
132
Bab 132 Tentang Nisa
133
Minal aidzin wal Faidzin
134
Bab 133 Minta maaf
135
Bab 134 Tubuh saya
136
Bab 135 Keputusan kakek
137
Bab 136 Maafkan saya
138
Bab 137 Resepsi pernikahan
139
Bab 138 Kakek!
140
Bab 139 Aku ibu nya
141
Bab 140 Melahirkan
142
Bab 141 Baby A
143
Bab 142 Kecupan plus-plus
144
Bab 143 Kemarahan Nisa
145
Bab 144 Rindu yang membelenggu
146
Bab 145 Abang terbaik
147
Bab 146 Kangen
148
Bab 147 Sang asisten
149
Bab 148 Aku tak rela
150
Bab 149 Adik untuk baby A
151
Bab 150 Tak sadarkan diri
152
Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153
Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154
Bab 153 Salah faham
155
Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156
Bab 155 Menginap
157
Bab 156 Kabar bahagia
158
Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159
Bab 158 Semoga Istiqomah
160
Bab 159 Lamaran
161
Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162
Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163
Bab 162 Kapan kamu menikah?
164
Bab 163 Dia menendang?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!