"Apa kakak suka kamarnya?"
Tanya Sinta membuat Aurel melirik kearah Sinta.
Seorang gadis berseragam SMA wajahnya sangat imut, sedikit chubby dengan mata bulat dan hidung mancung pas.
"Kakak istirahat di sini, aku mau ganti baju dulu. Nanti aku ke sini nanti malam sekalian ajak kakak makan."
"Tunggu!"
Sinta menghentikan langkahnya menatap Aurel.
"Si-siapa nama kamu?"
"Sinta kak"
Sinta langsung pergi karena tak ada yang di bahas lagi.
Aurel menatap ke sekeliling kamar tidak sempit dan tidak luas juga.
Aurel pikir ia akan tidur bareng anak-anak seperti di panti-panti lain. Namun nyatanya Aurel salah besar. Ia di tempatkan di kamar yang terlihat bersih dan rapi. Seperti kamar miliknya sendiri walau kamar Aurel jauh tiga kali lipat lebih besar dari ini.
"Apa gue betah di sini?"
Gumam Aurel mengelus ranjang tidak lembut tidak keras juga.
"Ini lebih baik, setidaknya gue butuh ketenangan. Masa bodo dengan semuanya toh kaki gue masih sakit."
Monolog Aurel tak ingin ambil pusing dengan semuanya.
Nikmati dulu jangan pikirkan nanti karena nanti kita tak ada yang tahu.
Itulah selogan yang selalu Aurel terapkan dalam dirinya.
Aurel mencoba menggerakkan kakinya yang sakit namun ini terlalu sakit bahkan membuat Aurel meringis. Aurel ingin segera bisa berjalan lagi dan pergi dari sini. Seperti nya Aurel harus sabar menunggu kakinya sembuh.
"Kemana laki-laki menyebalkan itu, lama sekali pergi ya."
Kesal Aurel karena hanya Malik yang Aurel kenal di sini. Apa Aurel harus terus duduk di kursi roda padahal pantat Aurel sudah sangat kebas.
Tok .. Tok ...
"Masuk!"
Ketus Aurel kesal karena harus berada di dalam kamar. Sungguh hidupnya sangat sial sekali.
"Kakak ayo makan malam, maaf sedikit lama,"
"Eh, iya tak apa!"
Dusta Aurel padahal sendari tadi ngedumel tak jelas.
Sinta mendorong kursi roda Aurel menuju tempat makan di mana terdapat ruang yang begitu luas ada tiga meja panjang. Yang satu khusus anak laki-laki, satu lagi khusus anak perempuan dan yang terakhir selalu di gunakan oleh Malik dan Raja atau Mawar sesekali selalu ikut jika ada waktu.
Sinta mendorong kursi roda kearah meja di mana sudah ada Malik dan seorang laki-laki dewasa dan gadis cantik berkerudung biru.
Tiba-tiba ada rasa insecure melihat penampilan gadis cantik itu yang terlihat anggun walau bagi Aurel pakainya sangat aneh.
Sinta kembali ke tempat duduknya setelah selesai membantu Aurel.
"Selamat bergabung mba di rumah Adam Hawa, perkenalkan saya Mawar!"
Aurel kesal mendengar suara lembut yang memperkenalkan namanya Mawar. Aurel menatap uluran tangan Mawar tanpa berniat menjabatnya.
Malik yang melihat sikap cuek Aurel menghela nafas berat.
"Aurel, namanya Aurel, maaf jika sikapnya kurang sopan."
Ucap Malik tak enak hati pada Mawar.
"Tak apa mas, Mawar mengerti!"
"Aurel ini Raja salah satu donatur di sini dan Mawar tadi guru ngaji anak-anak."
"Hm,"
"Kau tak salah membawa wanita ini ke sini?"
Bisik Raja tak suka melihat Aurel yang judes namun yang membuat Raja tak suka adalah tak sengaja melihat tangan Aurel yang terdapat tato karena memang saat ini Aurel memakai baju berlengan pendek.
"Tidak!"
"Lihatlah, tangannya terdapat tato apa kata anak-anak nanti!"
"Raja!"
Tekan Malik tak suka jika sahabatnya melihat seseorang dari penampilannya saja. Toh, kita tak ada yang tahu siapa Aurel dan bagaimana kehidupan kerasnya hingga sampai mempunyai tato.
Raja kesal tapi ia tak bisa berbuat apa-apa Raja tersenyum tipis menatap Mawar.
"Baiklah anak-anak karena kak Aurel sudah bergabung di sini. Silahkan Marsel pimpin doa makannya?"
"Baik kak Malik!"
Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar.
Artinya: "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau berikan kepada kami, dan karuniakan lah rezeki yang lebih baik dari itu dan pelihara lah kami dari siksa api neraka." (HR Ibnu Sunni).
Amin ..
Semua orang mulai makan malamnya dengan tenang.
Sedang Aurel masih diam saja tak mengerti doa yang tadi di bacakan. Ini doa pertama yang Aurel dengar setelah tadi mendengar lagu aneh (adzan) bagi Aurel.
Maklum Aurel sangat gelap dalam agama bahkan di keluarganya tak ada yang mengajarkan hal-hal berbaur agama.
"Kenapa tak makan, apa kamu tak suka dengan makanannya?"
Tanya Malik sedikit berbisik membuat Aurel menggeleng. Jujur Aurel bukan tak suka dengan makanannya tapi Aurel hanya merasakan aneh saja.
"Lalu, apa yang membuat kamu tak makan?"
"Ak-aku akan makan!"
Jawab cepat Aurel langsung menarik bagian dirinya. Perlahan Aurel makan jujur karena perutnya sudah sangat lapar.
Malik tersenyum tipis melanjutkan makannya. Tingkah Malik tak lepas dari tatapan Mawar dan Raja yang memutar bola matanya malas melihat kelakukan Malik yang selalu baik pada siapapun.
"Anak-anak jika sudah selesai makan jangan lupa bereskan kembali. Masuk kedalam kamar dan istirahat jangan lupa baca doa sebelum tidurnya?"
"Siap kak Malik!"
Jawab serempak anak-anak langsung membereskan tempat makan masing-masing.
Aurora gadis imut si paling kecil di antara yang lain berjalan menghampiri Aurel dengan malu-malu.
"Kak cantik!"
Aurel sontak terkejut ketika lengannya di tarik hampir saja Aurel menepisnya.
"Ah ,, iya?"
Gugup Aurel menatap gadis di sampingnya yang terlihat menggemaskan namun Aurel tak suka anak-anak.
"Boleh Aurora tidur sama kakak?"
Sontak permintaan Aurora membuat Malik, Raja dan Mawar terkejut. Pasalnya Aurora anak paling sulit dekat dengan orang baru. Bahkan jika ada tamu pun Aurora selalu bersembunyi di balik punggung Sinta.
"Dek, tidur sama kak Sinta ya!"
Bujuk Sinta tiba-tiba datang merasa terkejut juga dengan apa yang Aurora lakukan.
"Gak mau, Aurora mau sama kakak cantik!"
Aurel tak tahu harus berbuat apa jujur dia tak suka anak-anak tapi melihat tatapan polos Aurora membuat Aurel iba.
"Kak Aurel kaki nya sakit nanti siapa yang akan ngantar Aurora jika mau ke kamar mandi!"
Bujuk Sinta merasa takut apa lagi tatapan Aurel sangat tajam.
"Benar Aurora, tidur sama kak Sinta ya!"
"Tidak mau!"
Bentak Aurora dengan mata berkaca-kaca di bujuk bagaimana pun Aurora tetap tak mempan membuat Malik kelabakan.
Tak biasanya Aurora bersikap seperti ini pada orang baru.
Melihat perdebatan di sampingnya membuat Aurel pusing. Apalagi Aurel merasa kasihan melihat gadis kecil itu hampir menangis.
"Biarkan dia tidur dengan ku!"
Deg ...
Malik menatap Aurel tak percaya, pasalnya Malik sedikit tahu sikap Aurel yang ketus dan masa bodo.
"Kenapa kau menatapku begitu, mau gue congkel mata loe!"
Sontak bukan lagi terkejut, Malik membulatkan kedua matanya menatap tajam Aurel yang berani menggunakan kata Lo and Gue yang Malik larang di sini.
Bukan hanya Malik tentu Raja, Mawar dan Sinta pun terkejut karena hanya ada mereka di sana sedang Aurora tak mengerti tapi Aurora berbinar ketika Aurel mau tidur dengannya.
"Siapa nama kamu sa-sayang?"
Gugup Aurel karena baru kali ini bicara lembut pada orang dan ini anak kecil yang Aurel benci.
Aurel masa bodo dengan tatapan yang lain.
"Aurora!"
"Baiklah Aurora ayo ikut kakak!"
Aurel menekan sebuah tombol membuat kursi roda itu jalan sendiri di mana Aurora mengekor di sampingnya.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Jumi Saddah
moga ini adlh awal hidayah mulai masuk ke hati aurel,,,semangat jgn nyerah aurel,,
2024-01-13
2