"Pelan-pelan itu sakit!"
"Ini sudah pelan Aurel!"
"Tapi gue sakit, pelan kan sedikit?"
"Begini?"
"Sitt, ini sakit pelan kan lagi?"
"Ok ..ok!"
Kesal Malik karena bingung harus se-pelan apa memijat kaki Aurel supaya merangsang urat saraf nya.
Bukan hanya Malik yang kesal Aurel juga kesal karena ini pertama kali Malik memijatnya.
"Oh Tuhan, kenapa sakit hiks ,,"
Deg ...
Malik terkesiap melihat Aurel menangis sampai membuat Malik refleks melepaskan pijatannya.
Aurel mengigit bibir bawahnya kakinya terasa nyut-nyutan dan ini sangat sakit. Bahkan rasanya Aurel ingin memotong kakinya sendiri agar tak merasa sakit.
Malik tertegun masih diam dengan keterkejutannya. Malik baru melihat sisi lain dari Aurel bukan hanya ketus dan judes tapi Aurel juga ternyata gadis cengeng.
Bahkan Aurel sampai sesenggukan membuat Malik benar-benar tak bisa berkata-kata.
"Maafkan aku, aku janji aka lebih pelan lagi?"
"Jangan menangis ya?"
Bujuk Malik bingung harus menenangkan dengan cara apa.
Aurel tak menghiraukan bujukan Malik karena ia harus menahan rasa sakit ini.
Ingin rasanya Malik tertawa namun kasihan juga. Sungguh Malik tak menyangka jika Aurel akan menunjukan sisi lemahnya.
"Udah gak sakit lagi?"
"Sakit bego!"
Kesal Aurel menatap tajam Malik sambil menghapus air matanya. Sungguh Aurel sangat malu namun ia tak bisa menahan rasa sakitnya.
"Aku heran, bukankah kau ingin bunuh diri tapi ini saja cengeng!"
"Hey, gue kira akan langsung mati tapi ini malah sengsara."
Ketus Aurel membuat Malik terkikik gemas sungguh benar-benar gemas. Bolehkah Malik mencubit pipi Aurel namun sayang Malik tak berani.
"Makannya jangan sok-sokan bunuh diri!"
"Lo gak tahu hidup gue jadi jangan sok tahu!"
"Lo tak tahu apa yang gue alami, hidup tak di anggap itu sangat menyakitkan."
Malik terdiam menatap Aurel intens bisa Malik lihat di mata itu. Banyak kesakitan dan kekecewaan membuat Malik semakin penasaran bagaimana kehidupan Aurel sampai nekad begini.
Bahkan masalah agama begitu minim membuat Malik benar-benar penasaran.
"Maafkan aku, lain kali aku akan hati-hati?"
"Hm!"
Aurel menatap tajam kearah kakinya kenapa bisa begini.
Mereka berdua sama-sama diam, Aurel memandang langit sana di mana terdapat bulan purnama.
Setiap melihat bulan membuat Aurel mengingat kebiasaannya dulu. Sungguh sebuah julukan indah namun tak semua orang bisa mendapatkan keindahan itu.
Bersenang-senanglah adalah cara terbaik bagi Aurel melupakan rasa kecewanya.
Bukannya mati Aurel malah terdampar di sini bersama Malik. Orang asing namun menawarkan tanggung jawab padanya. Sikapnya sangat baik dan lembut membuat Aurel menerima kehadiran Malik.
Bahkan Malik tak pernah memandang lebih dirinya dan tak pernah bertanya lebih pula, apa dia di bohongi atau tidak.
Malik menerimanya dengan tangan terbuka membawa ia ke tengah-tengah keluarga hangat walau Aurel merasa risih dengan keadaan aneh ini.
"Malik,"
"Iya?"
"Gue ingin bertanya!"
"Katakanlah?"
"Hari ini gue menghitung ada lima kali nyanyian aneh yang selalu terdengar dan itu membuat gue berisik. Itu nyanyian apa?"
Malik menatap Aurel rumit sungguh Malik benar-benar tak habis pikir dengan Aurel yang tak tahu apa-apa tapi seperti nya Malik akan sedikit merubah Aurel.
"Itu bukan nyanyian Aurel, tapi suara Adzan."
"Suara adzan, apa seperti judul lagu baru?"
"Bukan, tapi panggilan Tuhan agar hambanya menghadap dia!"
"Gue gak mengerti?"
Malik menghela nafas panjang kali ini sepertinya harus benar-benar hati-hati dalam menjelaskan.
"Aku mau tanya apa fungsinya alarm?"
"Ya, untuk membangunkan dan mengingatkan aktivitas kita agar tepat waktu!"
"Begitu pun dengan adzan, anggap saja sebagai alarm untuk membangunkan hati kita agar ingat jika kita harus menghadap Tuhan. Alarm panggilan Tuhan agar kita menghadap pada nya, memohon pertolongan."
"Gue gak ngerti, tapi yang gue tahu Tuhan itu tak ada. Jika ada dia tak akan membuat gue sengsara!"
"Apa se-benci itu kamu terhadap tuhan?"
"Ya, dan gue tak akan percaya dia ada!"
"Lantas jika tak percaya tuhan ada kenapa kau mengutuknya jahat?"
Kini Aurel yang terdiam terjebak dengan ucapannya sendiri. Aurel juga bingung dengan hatinya yang Aurel tahu dia membenci tuhan karena tak adil dalam hidupnya.
"Apa suara adzan benar-benar membuat telingamu berisik?"
"Ya, sangat berisik bahkan gue selalu terganggu dalam tidur dan telinga gue sakit."
"Apa kamu ingin bagaimana supaya tak terganggu dan sakit lagi?"
"Katakan, gue sudah muak soalnya."
"Pejamkan mata kamu, dan anggap saja angin lalu yang menyapa telingamu!"
"Apa dengan cara itu gue tak akan terganggu lagi?"
"Apa mau coba?"
Aurel terdiam menatap Malik, apa benar begitu. Pada akhirnya Aurel mengangguk karena penasaran juga.
"Ayo pejamkan mata kamu, sesuai dengan yang aku arahkan!"
Perlahan Aurel memejamkan kedua matanya sambil menghela nafas.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x)
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
Asyhadu allaa illaaha illallaah. (2x)
(Aku menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah. (2x)
(Aku menyaksikan bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah)
Hayya 'alashshalaah (2x)
(Marilah Sholat)
Hayya 'alalfalaah. (2x)
(Marilah menuju kepada kejayaan)
Deg ...
Hati Aurel bergetar entah kenapa ketika mendengar lantunan adzan tepat pada kalimat ini.
Bahkan tubuh Aurel bergetar dengan tangan terasa dingin. Sungguh ini seperti berbeda terdengar berbeda dan ini membuat Aurel terkesiap.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (1x)
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
Laa ilaaha illallaah (1x)
Aurel masih memejamkan kedua matanya ketika Malik sudah selesai Adzan tepat di samping telinga Aurel.
Suara Malik terdengar merdu dan nyanyian aneh ini terdengar berbeda dari biasanya. Sungguh Aurel tak mengerti dengan perasaan nya.
Kenapa nyanyian aneh ini terasa berbeda, ada apa dengan hatiku, batin Aurel cemas.
"Sudah, bagaimana apa masih sakit telinganya?"
Aurel terkesiap mendengar suara Malik refleks langsung membuka kedua matanya menatap tajam Malik.
"Bagaimana?"
"Sama saja!"
Ketus Aurel bohong padahal Aurel merasa aneh dengan semuanya. Kenapa hati Aurel terasa hangat dan nyanyian aneh ini tidak terdengar berisik lagi bahkan menggetarkan jiwa Aurel.
Mungkin karena suara Malik bagus, pikir Aurel menampik semuanya.
"Aurel terus saja kamu pejamkan mata dan dengarkan baik-baik nyanyian yang kamu anggap aneh. Di Sana kamu akan menemukan setiap keraguan kamu pada Tuhan!"
"Tanyakan pada hari kecil kamu, jika kau menganggap tuhan tak ada kamu tak akan mengutuknya jahat."
"Dia tak pernah ada dan tak akan ada!"
Tega Aurel tak ingin membahas itu, Aurel sangat gelap hati hingga menutup semuanya.
"Kamu percaya angin ada?"
"Iya!"
"Bisa kau rasakan?"
"Ya!"
"Tapi apa kamu bisa melihatnya?"
"Ya tentu tidak, kenapa lo bertanya begitu?"
"Begitulah tuhan, tidak terlihat namun bisa kamu rasakan kehadirannya. Dan kamu tak bisa menolak jika Tuhan memang ada!"
Kini Aurel bungkam sungguh sangat kesal inilah yang tak Aurel suka dari Malik yang menjengkelkan karena Aurel selalu kalah berdebat.
Awas saja, lain kali gue yang akan menang, pikir Aurel.
Aurel pikir ini acara cerdas cermat bukankah Aurel yang bertanya kenapa ia sendiri yang tak terima sungguh aneh.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
!M@m@#
suka sekali thorrr/Smile//Smile/
2024-03-18
1